20. Birthday

1.3K 177 30
                                    

Jimin akan berulang tahun hari ini, aku sudah menyiapkannya sejak jauh-jauh hari. Satu bulan sebelumnya aku sudah mendiamkannya tanpa peduli bagaimana reaksinya. Kami tidak tinggal satu rumah tapi kami saling mengerti sandi untuk masuk ke apartemen masing-masing. Dia sudah memintaku untuk tinggal bersamanya mengingat hubungan kami yang akan menginjak satu tahun, lima hari setelah ia berulang tahun.

Tapi aku menolaknya, bukan karena tidak mau tapi kan ini untuk ulang tahunnya. Aku ingin mengejutkannya dengan membawa koperku nanti. Ide yang bagus.

Hari ini aku sedang berada di sebuah kafe terdekat dengan tempat kerjaku sebagai ilustrator di perusahaan komik Seoul. Aku akan menemui teman-teman lamaku dulu Hoseok ─dia manager di kantorku bekerja, sialan bukan?─ dan Namjoon. Namjoon adalah satu dari sekian orang yang bekerja pada Jimin, Jimin sendiri adalah direktur sebuah perusahaan properti yang sedang berkembang.

Aku jadi merasa bangga dan haru.

Baiklah sudah satu jam aku menunggu dan juga minumanku sudah habis tapi rasanya dua cecunguk ini tidak juga muncul.

Bosan.

“Maaf kami terlambat Yoong.”

Yoongi berdecak kemudian bergeser sedikit agar dua orang lainnya bisa duduk di kursi yang melingkari meja bundar itu. “Kalian dari mana saja, jangan berbohong. Apalagi kau Hoseok!”

Y-yak kenapa aku? Aku menunggu si Namjoon ini, dia lama dan menangis jika ku tinggal.”

Min Yoongi, sungguh definisi kekasih galak sesungguhnya. Hoseok bersyukur karena dia tidak jadi memacari orang ini.

Sedang Namjoon menggigit bibirnya, ragu antara berbicara atau tidak.

“Umm itu, aku tadi bertemu dengan Jimin. Wajahnya cerah sekali.”

Muncul persimpangan di dahi Yoongi. Tidak mungkin, dia dan Jimin bertengkar sejak awal bulan karena memang ini adalah rencananya mengerjai Jimin. Tidak mungkin juga Jimin tahu aksi jahilnya.

“Karena?”

“Karena,” Namjoon tidak enak hati mengatakannya langsung di depan sahabat karibnya itu. “karena seorang wanita yang pergi bersamanya hari ini.”

“Dan siapakah itu Tuan Kim Namjoon yang sangat tampan?”

“Sekretarisnya.”

“APA?!”

“Y-yoong tenang dulu.” Hoseok berusaha menjauhkan Yoongi dari Namjoon yang seperti akan di cakar habis oleh satu-satunya submisif di sana.

“Aku tidak berbohong Hoseok!”

Namjoon ikut berteriak ketika tatapan memelas itu dilontarkan Hoseok. “Jadi ini sungguhan?”

“Yap.”

Namjoon berujar tanpa beban, kemudian diam karena sadar yang ia lakukan salah. “Uh maaf Yoong.”

“Kau ada potonya?”

Yoongi berujar dengan putus asa karena tidak ingin lagi membahas ini lebih lama. Ia percaya pada Jimin, ia akan percaya perkataan Namjoon jika saja poto itu berada di depan matanya.

Tidak tanggung memang, bukan poto melainkan video yang diberikan Namjoon.

Air mata Yoongi luruh saat itu juga.






Kelabakan, kedua pria yang lebih tinggi dari Yoongi itu menahan tangan pucat sahabatnya yang akan memukul siapapun wanita sekretaris Jimin.

“Yoong tenanglah.”

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang