HARD MOMENTS
MINYOON
Anomalee22
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Ini adalah Hari Sabtu. Hari di mana Jimin pulang menemui pujaannya yang lama tidak ia lihat keadaannya. Bisnis yang ia jalani mengharuskan pria yang memiliki eyesmile itu pergi dari negara tercinta dan mengunjungi proyek besar di negara lain.
Yoongi —Sang kekasih, tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Ia memilih abai pada pekerjaan Jimin. Yang jelas, ia akan pulang pada setiap sore dan sesekali pergi ke luar negeri.
Jadi mereka memanfaatkan hari ini dan esok untuk bersama. Siapa tahu, sang dominan akan pergi lagi?
“Jimin jangan ganggu aku!”
Submisifnya memberontak dalam duduknya. Ia sedang berusaha keras untuk belajar, karena Jimin dengan baik hati mau untuk membiayainya, hitung-hitung mengisi waktu luang.
Tapi tidak jika Jimin berada di rumah. Tugasnya akan berantakan!
“Ayolah, hanya memeluk saja tidak boleh.”
“Tapi Jimin, ini harus ku kumpulkan senin, harusnya kau memberiku waktu agar bisa cepat selesai dan aku bisa menghabiskan waktu denganmu!”
Senyum jahil muncul pada bibir tebal Jimin. “Ah jadi kau ingin habiskan waktu denganku. Begitu Yoongi?”
Kemudian ia lari terbirit karena Yoongi benar-benar mengangkat buku tebalnya untuk segera dilemparkan, tidak lupa dengan delikan marah.
“DIAM JIMIN!!”
Samar, suara tawa Jimin terdengar hingga tempatnya belajar. Meski terlihat marah sebenarnya ia malu.
Malu ketika Jimin mengetahui dan justru menggodanya.
‘Aku kan juga ingin habiskan waktu denganmu.’
“Malam ini bintangnya banyak sekali.”
“Kau saja tidak pernah mau menghitung bintang.”
“Memangnya ada berapa bintang di langit dan berapa yang muncul malam ini?”
Yoongi gelagapan, ia mana tahu tentang astronomi. Hell! Ia benci itu.
“Tanya saja pada dosenku, jangan bertanya padaku.”
“Hei marah-marah terus, tidak lelah? Besok minggu loh.”
“Lalu apa Jimin? Kau selalu membuat semuanya jadi aneh!”
Terkekeh, Jimin kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang Yoongi yang kecil, menariknya untuk bersandar pada tubuhnya. Sedang Yoongi mengiyakan dengan memeluk Jimin lebih erat.
“Bagaimana sekolah?”
“Membosankan, mengapa kau menyuruhku jika kau tidak ada di kampusku Jimin?”
“Kau akan mati bosan di rumah sendirian.”
Yoongi mendengus, “Aku sulit tidur sejak sekolah. Tugas itu rasanya ingin ku bunuh.”
“Tidak boleh begitu, kau akan terbiasa nantinya.”
Menghela napasnya, Yoongi tahu jika Jimin tidak dapat di debat.
“Aku mencintaimu Jimin.”
“Aku juga.”
Pagi buta menjelang, ini baru saja pukul 2 dini hari. Yoongi masih dalam keadaan tanpa busana terbalut selimut tebal berwarna putih. Namun hal berbeda terlihat pada Jimin. Ia sudah mengenakan jaket tebalnya, celana panjang lengkap dengan tas jinjing besar dan koper di dekat pintu.
Masih dalam keadaan pencahayaan yang minim, Jimin terduduk di samping kekasihnya.
“Yoongi-ya...”
“Hmmhh?”
Jimin tersenyum melihat Yoongi meregangkan badannya. Ia tahu mungkin Yoongi kelelahan.
“Sayang bangun, hei ayo bangun.”
Bisikan itu nyatanya sampai di telinga Yoongi.
“Hmh? Jimin?”
Ia mengusak rambutnya, kemudian menguap lebar.
“Ada apa?” Mata kecilnya melihat jam di meja nakas. “Ini masih pukul 2.”
“Aku ada kunjungan.”
“Lagi?”
Jimin tidak bisa tidak menyesali perkataannya ketika melihat raut wajah kecewa pada wajah Yoongi.
“Sayang, aku tahu. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun.”
“Aku tidak bisa ikut?”
“Ujianmu sebentar lagi.” Ia mencubit gemas hidung Yoongi.
“Ku antar?”
Gelengan Jimin berikan. “Tidak kau lelah.”
“Jimin ayolah.”
Tidak peduli pada rengekan Yoongi. Jimin hanya mencondongkan tubuhnya, mengecupi berbagai sisi wajah Yoongi.
“Aku pergi dulu ya?”
“Tidak boleh.” Yoongi mengalungkan tangannya pada leher dominan, ia tidak ingin berpisah dengan Jimin karena ia tahu Jimin akan pulang sekitar 2 minggu lagi.
“Sayang, aku juga tidak ingin pergi.” Kembali usapan diterima Yoongi pada punggung dan rambutnya, “aku juga ingin di sini, bersamamu. Tapi ini pekerjaanku sayang, mengerti ya?”
Ini yang ia takutkan, setiap beberapa bulan sekali Jimin tidak akan pulang selama 2 minggu. Dan ia tidak akan pernah mau melakukan perpisahan dengan Jimin dalam bentuk apapun.
Ini sangat berat untuknya.
“Jimin ayolah, kau bisa di sini. Kerjakan saja di sini.”
“Jika aku bisa sayang. Akan aku lakukan.”
Ini artinya sudah tidak ada hasil dari acara merayu Jimin dengan banyak hal.
“Aku berangkat oke?”
Sekali lagi, Jimin mengusap pipi tembam milik Yoongi sebelum keluar menjinjing tas juga menyeret kopernya.
Baru saja ia akan membuka pintu depan, ia dikejutkan dengan tangan melingkar di pinggangnya.
“Jangan pergi Jimin.”
Demi Tuhan! Yoongi bahkan hanya mengenakan selimut dan dia mengejar Jimin sedang keadaannya belum membaik?
“Oh sayang aku mohon jangan seperti ini.”
Yoongi hanya menggeleng, mengusak berkali-kali punggung kokoh Jimin.
“Please?”
Jimin berada di titik yang diinginkan Yoongi.
“Baiklah, ganti bajumu, kau ikut.”
Senyum manis Yoongi tunjukan pada Jimin, tidak lupa mengecup pipinya lalu berlari dengan tangan tetap memegangi selimut besar.
“Aku menyayangimu Park Jimin!” Seru Yoongi dari arah tangga.
Berakhir dengan Jimin yang memegangi keningnya sendiri karena harus menyiapkan alasan mengapa Yoongi tidak masuk pada si dosen killer kekasihnya.
‘Mati aku.’
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD MY HAND
Short StoryRANDOM PRIVATE!!! JUST ONESHOOT OR TWO SHOOT [MINYOON!!] Segelintir kisah antara seorang Park Jimin dan Min Yoongi, perjalanan menggapai cinta masing-masing, mencintai dan dicintai, tersakiti dan menyakiti, dan membuat bahagia. Tidak peduli mereka b...