18. Getting mad?

1.4K 156 6
                                    

Yoongi yang ekspresif dengan Jimin yang tenang. Air dan minyak. Bumi dan langit. Utara dan selatan. Sangat tidak memungkinkan untuk menyatukan mereka bukan?

Oh tentu tidak.

Mereka adalah pribadi yang saling melengkapi, ya meski tidak selamanya mulus karena rintangan mereka datang dari dalam diri mereka sendiri.



GETTING MAD?



Musim panas sedang berlangsung sekarang, air di rumah sudah habis dan aku lupa untuk membeli setidaknya sebotol mineral dari luar sana. Hey! Aku sangat lelah!

Aku akan pulang untuk makan siang, dalam perjalanan aku melihat berbagai restoran cepat saji yang terasa menggodaku untuk datang.
Perutku berbunyi dan aku memercepat langkah untuk kembali.

Omong-omong makan siang, aku akan makan bersama dengan Jimin. Dia si lelaki kurang kalsium yang sialnya justru menjadi top untukku, tinggi kami hanya berbeda kurang dari satu senti jadi dia harus bersyukur dengan keberuntungan itu.

Aku masih saja mengelak dengan mendeklarasikan diriku adalah top sejati, dia pendek, dia lucu, jadi dia yang menjadi bottom, okay?

Okay darimana. Aku harus berjuang lagi kali ini. Kami baru saja berusia sebulan, dan voila! Dia membawaku ke apartemennya untuk tinggal bersama mengingat tempat kerja kami tidak jauh.

Dia adalah seorang novelis ternama dengan nama samaran yang aneh, aku tidak tahu pasti tapi dia tidak ingin melakukan meet and greet apapun dengan pembacanya. Bukankah itu sombong?

Aku sendiri adalah seorang pembuat lagu, komposer, ah apapun itu sebutannya, gedungku bekerja ada di sebelah penerbit Jimin. Jadi kami sangat dekat, jika saja aku tidak keras kepala berada di ruang studioku.

Keputusanku adalah pergi keluar, membeli air, dan tidur siang hingga menjelang malam, kemudian kembali ke studio karena laguku belum rampung. Ada salah satu idol grup baru besutan acara ternama yang akan segera debut. Dan aku ditugaskan untuk membuat lagu mereka dengan tempo ballad. Aku pasti bisa.

Tepat ketika aku membuka pintu, Jimin berada di depan dengan tentengan air dan beberapa sayuran. "Kau belanja?"

Dalam hati aku merengut karena kalah satu poin untuk menjadi ultimate top.

"Hmm."

Fuck!

Dia slalu saja irit bicara, aku meremat rambutku ketika ia melewatiku sambil mendelik ke arahnya, tanganku gemas ingin mencakar wajahnya.

Tunggu, seorang top tidak mencakar tapi memukul. Ya maksudnya memukul Jimin hehehe.

Aku masa bodoh dengan dirinya, menyambar mineral dan meneguknya rakus membuat aku semakin berkeringat. Melepas kaos dan menyisakan dalaman putih di atasku, pendingin kami sedang bermasalah dan Jimin belum membenarkannya.

"Kau, kenapa tidak membetulkan pendinginnya? Aku jadi gerah!"

Dia terkekeh dan menata sayuran dengan tanpa menjawabku. "Yak! Kau dengar tidak?"

"Iya Yoongi, aku mendengarmu. Bukankah kau top di sini? Kau ingin terjadi sesuatu denganku karena memerbaikinya?"

Sial!

"Aku kan tidak paham!"

"Top yang bertanggung jawab Yoongi."

Tunggu dia memanggil namaku saja?

"Kau tidak sopan!"

Aku mendelik dengan mata yang kubuat seram. Aku sedang marah tapi responnya hanya mengusap kepalaku dan berlalu.

Double sialan! Wajahku memerah.

"Jika tidak bisa jadi top, terima saja. Memang seburuk apa menjadi bottom hm?"

Aku tidak ingin menggubrisnya, memakan apapun yang dia beli. Oh dia membeli hot dog dan cheese burger. Junk food!

"Kau membeli semua ini Jim? Kau gila!"

Aku berucap seperti orang yang menyalahkannya, nyatanya aku juga memakannya. Ini sangat enak, sudah lama sekali.

"Aku tahu kau menginginkannya."

Suaranya tidak terlalu jelas terdengar, aku tidak ingin memikirkannya, hanya berpikir bahwa makanan ini akan tandas di perutku.

Nafsu makanku besar sekali, aku tidak ingat menghabiskan semua yang Jimin bawa. Menyisakan sebotol air mineral berukuran sedang dan sandwich. Kepalaku rasanya mendadak gatal karena berpikir banyak. Tepat ketika aku menghela napas, hawa dingin terasa di sekitarku.

"Sudah dingin lagi?"

Jimin kembali dengan tubuhnya yang mengenakan kaos tanpa lengan.

Tuhan! Aku akan mati!

"K-kau..."

Aku tidak tahu ingin memarahi karena dia baru muncul, atau justru terpesona dengan tubuhnya. Aku ini top kan? Hei aku masih top kan?

"Aku memerbaiki pendinginnya tadi, maaf jika lama. Kau suka makanannya? Sudah tidak mengidam junk food lagi?"

Darimana dia tahu aku sangat ingin junk food hari ini?

"Kau stres, kau akan memilih segala hal yang cepat, termasuk makanan tanpa ingin memasaknya. Lihat, kau hanya menyisakan sepotong sandwich."

Pipiku bersemu, aku menunduk. Uhh aku seperti bottom.

"Masih ingin bertengkar dengan status?"

Aku menggeleng, merentangkan tangan. Ia menurut untuk memelukku, aku tidak peduli jika ia berkeringat, itu seksi.

"Terima kasih Jimin."

"Hmm."

Dia hanya mengusap kepalaku. Jiminnie ku yang manis.



End

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang