13. The Beautiful Flowers [2]

1.8K 221 26
                                    

anomalee22 presents📖

THE BEAUTIFUL FLOWERS[2]

MinYoon

.

.

.

Bertahun-tahun berlalu, apakah kau masih sama seperti dulu?

Aku yang memutuskan berpisah untuk kebaikan kita, aku yang memilih tidak ingin diperjuangkan dibanding melihatmu sakit dan menangis karenaku.

Apakah hatimu masih terpaku padaku?

Apakah detak jantungmu masih ada untukku?

Apakah ukiran namaku belum terhapus?




Dua tahun. Waktu yang tidak sebentar untuk melepaskan orang yang kita cintai. Waktu yang sangat lengang untuk memasukkan urusan apapun, yang baik maupun buruk. Bahkan sekalipun mencari hati lain untuk disinggahi sebelum kembali berpulang pada rumah.

Jimin melakukan itu, mengisi kekosongan hatinya dengan sibuk berkelana bersama kertas dan bulpoinnya untuk sekadar menorehkan tanda tangan pada salah satu surat yang dianggapnya penting.

Mengabaikan jeritan hatinya, ia memilih abai pada segala panggilan Yoongi di ponselnya. Tidak, ia tidak memblokir nomornya, atau membuat larangan agar tidak menghubunginya. Ia hanya ingin tenang.

Jihoon tahu bahwa Jimin sedang tidak ingin ditemui siapapun dari pihak Yoongi. Jadi ia hanya bisa berusaha dengan terus mengirimkan pesan pada Jimin dengan harapan dibalas meski hanya ucapan salam.

Ia tidak ingin kakaknya seperti ini terus-terusan. Bertahun-tahun seperti pesakitan, siapa yang akan tahan?

Berulang kali ia mencoba untuk meminta Jimin kembali.

Tapi nihil.

Jimin seolah sudah tidak memiliki hati.

Berulang kali pula ia mengubungi teman-teman kakaknya untuk meminta bantuan, tidak jarang juga berbagai psikiater dan dokter menangani keluhan kakaknya. Tapi sekali lagi tidak ada perubahan signifikan, kondisi Yoongi tetap sama seperti pertama kali Jimin memintanya berpisah.

Hampir ia menyerah, kekasihnya, Soonyoung, selalu memberikannya dukungan. Siapa lagi yang akan diandalkan Yoongi jika bukan adiknya sendiri?

Terlebih ketika Jimin menghilang saat ia menginjakkan kaki pada kantor megah Jimin.

Lelah menggerogoti batinnya. Hampir bunuh diri jika Yoongi tidak sadar dan menghentikannya. Mereka menangis bersama di malam hari, sama-sama menguatkan hati untuk perjalanan sulit yang menantinya di depan.

Setidaknya kini sudah lebih baik.

Yoongi mau makan, itu sudah kemajuan yang sangat luar biasa. Tubuhnya memang kurus namun ia senang Yoongi masih dapat diajak bicara tidak seperti sebelumnya.







"Terima kasih karena keluangan waktumu untuk menemuiku Jimin Hyung."

Jimin tertawa kecil, melupakan beban batin yang merayapinya bagai semut. "Sudah lama sekali, jadi aku mengalah."

Jihoon tidak peduli ia terlihat mengemis atau sebagainya. Kakaknya harus sembuh!

"Tidak bisakah ka-"

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang