16. Sial?

1.6K 183 7
                                    

Anomalee22 present 📖

SIAL?

MinYoon

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

Ini tentang sebuah takdir, dimana semua telah ada yang menentukan.

Baik dan buruk, sakit dan sehat, kanan dan kiri, semua telah diatur dengan pasti tanpa ada yang dapat menghalanginya.

Seperti Jimin yang aneh, lebih aneh dari sahabatnya Kim Taehyung. Sering mengatakan hal yang aneh adalah hobinya.

Biar saja, kita lihat bagaimana ia bermain dengan takdir.



Hari ini aku tidak berhenti mengumpat, hariku sungguh sial, sangat-sangat sial malah. Aku lelah sekali jika telah seperti ini.

Pagi tadi aku tertinggal kereta untuk berangkat, alhasil aku tidak dapat melakukan absensi dengan benar. Bosku marah dan aku dipecat hanya karena hal sepele, sungguh aku ingin menghabisi kepalanya yang botak!

Baik, dilanjut dengan aku yang pulang dengan wajah murung. Kereta sangat penuh dan aku bahkan tidak dapat tidak mengingat bagaimana ada tangan wanita yang tiba-tiba saya hampir, aku ulangi, HAMPIR, MENYENTUH, ASET, MILIKKU!!!

Fuck!

Dia pikir aku tertarik dengannya?

Dan belum berhenti, aku tidak dapat berpindah tempat duduk karena memang aku sangat-sangat lelah untuk mengusak barisan yang aku bahkan tidak bisa berbalik.

Selesai di sana, aku tertidur di apartemen kecilku yang nyaman ya meskipun jorok. Aku tidak tahu mengapa tapi aku menyukai hal yang jorok, kalian tahu maksudku kan?

Terlelap baru beberapa menit, ponselku berdering kencang.

"Yak! Tidak tahu aku tidur hah?!"

Aku tidak melihat siapa penelponnya yang ternyata adalah bosku.

"Jimin, ini aku. Bisa kau kemari?"

Aku menganga, tidak menyangka secara pribadi bosku memintaku datang kembali ke kantor. Apa dia ingin mencabut keputusannya.

Baru saja ingin kuucap dia sudah memotongnya, "Barang-barang di ruanganmu tertinggal. Bagaimana bisa kau hanya pulang tanpa membawa barangmu?"

Tunggu.

Aku sungguhan dipecat?

Sungguh bukan mimpi?

Sial!!!

"Baiklah."

Malas, aku bergerak perlahan memakai kembali bajuku. Dan ah mengapa aku baru menyadari bahwa hari sudah mulai sore?

Aku berjalan menuju supermarket, membeli roti dengan ukuran sedang untuk makan siangku di kereta. Ku hiraukan bagaimana peraturan yang mengatakan tidak boleh makan dalam kereta.

Hell!! Ini keretaku, aku yang membayar kalian dengan tarif beberapa won tiap hari kan?

Sial seribu sial, makananku terjatuh karena terdesak. Lengkap sudah penderitaanku.

Mengomel lagi dalam hati, aku melanjutkan perjalanan menuju kantor. Tidak ingin banyak berdebat langsung saja aku merapikan barang-barangku.

Seperti beberapa dokumen, kipas kecil, dan peralatan mandi juga makan yang sengaja kutinggal.

Tidak ada karyawan yang menyapaku, mungkin bos yang memerintahkannya, tapi aku sudah tidak peduli. Terlalu banyak mengumpat membuatku haus.

Sekali lagi Tuhan! Dompetku tidak ada, aku bingung harus bagaimana. Memang aku memiliki uang di kartu keretaku, itu hanya cukup untuk pulang. Aku tidak tahu untuk aku makan besok dan selanjutnya.

Pasrah, aku berjalan ditengah keramaian stasiun sendirian, dengan wajah tertekuk aku mengedarkan mata. Tidak ada yang peduli dengan keadaanku.

Masuk dalam peron. Kereta datang tidak lama, aku tidak mendapat tempat duduk dan harus berdiri di dekat pintu.

Hati-hati, pintu akan ditutup

Yayaya, tutup saja sana!

Aku tertidur dengan keadaan berdiri, memakan waktu yang cukup lama dari kantor menuju rumahku, belum lagi barang bawaan—

Tunggu, dimana barang-barangku tadi?

Aku menelisik setiap sisi dan tidak ada. Kemungkinan aku meninggalkannya disuatu tempat.

Kantor? Tidak aku membawanya.

Di jalan juga tidak.

Ah aku sempat duduk di salah satu kursi di stasiun untuk beristirahat.

Jadi aku harus kembali? Tapi uangku sangat tidak cukup.

Akhirnya ku putuskan untuk merelakan barang itu hilang, masa bodoh jika aku harus merugi.

Melangkah turun dengan kaki kanan, aku berbalik ketika ada orang yang menahan lenganku.

Ah manis.

"Agassi, maaf aku melihatmu meninggalkan ini."

Tunggu, barang-barangku?!

"Dimana kau menemukannya?"

"Di stasiun, aku duduk di sebelahmu tadi dan aku mengejarmu, syukurlah aku dapat menemukanmu."

Oh God, dia cantik sekali dengan keringat kecil yang membasahi rambutnya.

"K-kau..."

"Min Yoongi, lain kali jangan ceroboh. Jika tidak kutemukan mungkin itu akan dianggap sampah oleh petugas stasiun."

"N-nde."

Kelu. Aku tidak dapat berkata apapun ketika ia tersenyum.

Peringatan bahwa pintu akan ditutup berkumandang lagi. Oh tidak dia panik.

"Aku harus pergi, tujuanku masih jauh. Annyeong."

Dia berlari dan berdiri kembali di dekat pintu, melambai dengan senyum manisnya yang terlihat sebelum pintu tertutup.

Okay, aku rela sial hari ini jika ini balasanMu Tuhan!



Ngetik dadakan di kereta kepikiran ginian. Bodo ah, moga suka gengs

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang