43 - Hasil Memancing Yang Buruk

3.5K 190 37
                                    

          Oliv berbaring di ranjangnya dengan Cakka yang masih bertahan dalam posisinya. Kakaknya itu memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya.

          Oliv berusaha untuk tidak memperdulikannya. Ia menyelimuti diri hingga ujung kepala. Sampai ia teringat tiketnya yang tentu sudah tidak dapat di pakai. Oliv merutuki hal itu. Mau tidak mau, keberangkatannya di tunda.

*****

03.00 a.m.

          Paginya, Oliv terbangun saat langit masih gelap. Terlalu pagi untuk ia bangun. Ini pasti karena dirinya yang tertidur terlalu cepat.

          Oliv teringat Cakka. Ia melirik ke bawah, dan betapa terkejutnya saat melihat tubuh Cakka yang masih setia di posisinya. Oliv menghela nafas, mencoba meredakan sedikit egonya. Badan Cakka bisa sakit jika tertidur dalam keadaan seperti itu. Terlebih di lantai.

          Oliv turun dari ranjangnya dan berjalan menghampiri Cakka. Ia berjongkok di hadapan sang kakak, lalu menepuk – nepuk lengannya, sambil memanggilnya pelan.

"Kak, bangun."

"Kak!"

"Kak Cakka bangun!"

          Tubuh Cakka memberikan pergerakan. Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap wajah gadis di hadapannya dengan sendu.

"Liv..."

"Jangan tidur di sini! Mau sakit?" Ketus Oliv.

"Nggak apa – apa. Yang penting maaf kamu. Kakak nggak akan pindah sebelum kamu batalin keputusan kamu."

          Oliv memegang kepalanya yang sakit akibat tingkah Cakka. Oliv duduk bersila di depan Cakka.

"Gini deh kak, Oliv tanya sama kakak. Emang ngaruh buat kakak, kalo Oliv di sini?" Tanya Oliv baik – baik. Lagi pula, ia sudah lelah menangis. Cakka mengangguk cepat.

"Coba bilang sama Oliv, apa ngaruhnya? Kakak selalu sama dunia kakak sendiri, tanpa memperbolehkan Oliv untuk masuk sedikit aja." Cakka ikut menyilakan kakinya dan meraih kedua tangan Oliv.

"Kakak bener – bener minta maaf sama kamu Liv! Iya, kakak ngaku salah sama kamu. Kakak sering bentak - bentak kamu, kakak sering marah nggak jelas sama kamu. Kakak udah sadar sayang! Maafin kakak! Kakak janji akan seperti dulu. Kakak janji, waktu kakak cuma buat kamu! Kakak janji!"

          Oliv menatap Cakka lelah. Entahlah, janji Cakka tidak membuat Oliv bahagia. Oliv merasa, ia memang harus pergi lebih dulu.

"Oliv nggak tau harus apa kak. Oliv capek. Oliv mau Bunda sama Ayah. Oliv kangen mereka."

"Kan sekarang mereka di sini. Kamu nggak perlu pergi sayang." Melas Cakka.

"Tapi, besok mereka udah pergi lagi." Balas Oliv dengan tenang.

Cakka menunduk lemas,

"Kakak beneran nggak siap kamu tinggal Liv..."

"Tapi nyatanya Kak Cakka siap telantarin Oliv."

"Ya Allah...Kakak beneran nggak berniat telantarin kamu sayang!" Lirihnya.

          Setelahnya, hening. Oliv maupun Cakka tidak ada yang bersuara. Menghela nafas, kembali di lakukan Oliv.

"Kak Cakka kemana sebenernya pas Oliv kejebak di jalan sendirian? Oliv chat, telfon berkali – kali, sama sekali nggak ada respon." Tanya Oliv. Ia sedikit penasaran dengan hal itu. Perlahan Cakka mengangkat kepalanya.

"Kakak udah tidur." Oliv mengangguk cepat. Ia tersenyum tipis.

"Iya, Oliv tau itu. Tapi paginya, kakak nggak berniat tanya sama Oliv? Nggak mungkin kan notif - nya hilang tiba – tiba."

DEVIL RIDER (Proses Editing&Takeover) - Bakal ganti judul kayaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang