48 - Perasaan Lebih

4.5K 211 75
                                    

           Agni memasuki apartemen Raja sambil memijat kedua pelipisnya. Meskipun telah memuaskan diri dengan mengendarai motornya, niat Agni untuk mengalihkan pikirannya masih belum tercapai.

          Agni mengedarkan berkeliling apartemen, namun tak kunjung menemukan Raja. Ia kira pria itu kembali ke apartemen. Baguslah jika pria itu masih berada di rumahnya. Karena setidaknya selama ia menenangkan diri, ada yang menjaga sang Bunda di rumah.

"Ya Allah!! Lebih baik hamba mu yang banyak dosanya ini beristirahat, daripada kebanyakan ngomong kasar!" Ia merebahkan tubuhnya di ranjang milik Raja, seletelah membuka sepatu dan jaketnya.

          Gadis itu mulai memejamkan matanya dengan posisi meringkuk. Sambil berharap dalam hatinya, saat ia terbangun, perasaannya bisa menjadi lebih baik.

*****

           Gabriel sedang berada di ruang OSIS bersama tiga sahabatnya, beserta para anggota OSIS lainnya. Mereka berempat, beserta partner Cakka dan Alvin, sedang memimpin sebuah rapat mengenai Pentas Seni yang akan di adakan di sekolah mereka.

"Yel! Lo kenapa?" Bisik Cakka pada Gabriel yang duduk di sebelahnya. Sedari tadi, Cakka memperhatikan sahabatnya itu melamun.

"Nggak kenapa - napa." Gabriel mengurut pelipisnya pelan.

"Kalo nggak enak badan, mending izin aja deh sama Rio. Pulang, terus istirahat."

"Gue kangen Ify Cak." Gumam Gabriel.

"Kan tadi udah ketemu. Kata Lo, respon Ify baik, kenapa sekarang Lo galau gini?"

"Justru karena respon dia baik, bikin gue nggak tahan mau peluk dia. Gue nggak sabar nunggu semuanya bisa kayak dulu lagi. Lo kan tau, gue sayang banget sama Ify." Cakka menepuk pundak Gabriel.

"Sabar Yel. Pelan - pelan. Semua akan ada waktunya. Keadaan Lo sama Ify udah lebih mending, di banding gue sama Oliv." Gabriel yang tadi hanya menatap kedepan, kini menoleh pada Cakka yang sedang memaksakan senyumnya.

"Sorry Cak, buat yang tadi pagi." Cakka tersenyum tipis.

"Santai aja."

"Oliv beneran jadi pergi?"

"Iya. Cuma kayaknya nggak hari ini. Kan tiketnya gue sobek semalam." Gabriel mengangguk - anggukkan kepalanya paham.

"Nginap di rumah gue aja kalo situ kesepian." Cakka terkekeh.

"Perhatian deh Lo sama gue. Makin cinta gue." Spontan Gabriel menatap Cakka seram.

"Najis!"

"Gabriel, Cakka!" Tegur Rio yang kini menatap mereka berdua, begitupun dengan anggota yang lain. Sahabat mereka yang satu itu, memang beribawa jika sedang memimpin. Membuat semua orang segan.

"Eh sorry Yo. Maaf semuanya!" Rio pun kembali menatap para anggotanya.

"Kita lanjutkan lagi. Jadi setiap kelas, bisa menyumbangkan maksimal dua orang atau dua kelompok."

"Gue setuju sama pendapat Rahmi tadi. Penampilannya, hanya bernyanyi dan menari. Alasannya adalah, sekiranya dua hal itu yang menarik bagi senior - senior kita dan juga kita sendiri. Kalo kita tambah puisi atau semacamnya, gue takut agak sedikit garing. Kecuali, itu dari pihak kelas 12 nya langsung."

"Bagaimana? Ada pertanyaan atau masukkan?"

"Gue Yo!" Salah satu anggota perempuan mengangkat tangannya.

"Ya silahkan."

"Berarti mereka boleh dalam bentuk band atau lainnya kan?"

"Boleh. Kalo soal itu bebas. Yang penting mereka tampil bernyanyi atau menari. Nah buat yang menarinya, juga bebas. Boleh tradisional, boleh modern dance dan semacamnya."

DEVIL RIDER (Proses Editing&Takeover) - Bakal ganti judul kayaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang