Pantai

87 13 5
                                    

Hari ini hari libur, Dinda mengajak Affan dan Afwan berlibur ke pantai dengan keluarganya. Hari ini cuaca sangat memungkinkan, matahari tak begitu terik, pukul 07.00 pagi mereka sudah berada di pantai.

"Sudah ganti pakaian semua kan?," tanya Ayah.
"Sudah...," jawab ketiganya serempak.
"Ya sudah kalian boleh bermain di sana, tapi jangan jauh-jauh yah, jangan pisah-pisah, nanti hilang," kata Ayah memperingati.
"Kalau sudah lapar balik ke sini yah," kata Ibu.
"Siap Bun," jawab Dinda dan Afwan. Affan tak sabaran ingin bermain air sampai sampai ia tak menjawab kalimat Bunda, ia berlari ke pinggir pantai lebih dulu.

"Affan tunggu," teriak Dinda sambil menuntun Affan berlari kecil.
"Gak sabar," teriak Affan.
"Kayak kurang liburan yah kita hahaha," kata Afwan.
"Hahaha iya yah, lebih cepet Wan, aku juga gak sabar," jawab Dinda.
"Eh din, ngomong-ngomong kok kalo kamu ngomong ke Affan pake lo gue tapi kalo ke aku pake aku kamu?," tanya Afwan.
"Iya soalnya kan kamu sopanin aku jadi aku juga sopan, Affan kan sebaliknya," jawab Dinda.
"Hahaha aneh aneh juga kamu," jawab Afwan.

Mereka bertiga pun bermain di pinggir pantai, Afwan dan Dinda membuat istana dari pasir, sedangkan Affan bermain bola.

"Afwan lihat istanaku sudah megah," kata Dinda riang.
"Gak bisa Din," jawab Afwan dengan senyuman.
"Astaga, maaf Afwan, gak bermaksud," dengan menyesali perkataannya.
"Kalau begitu tuntun tanganku merabahnya, biar aku bisa bayangkan", kata Afwan.
Dinda pun mengenggam tangan Afwan dan merabah seluruh bagian istana pasirnya, sangat hati-hati takut runtuh.

"Wah iya Din istanamu besar," kata Afwan.
"Yeyy aku memang hebat membuat istana pasir, harus di abadikan ini, minta ayah foto ah," riang Dinda.
"Aay.."
BRUK!
Belum selesai dinda memanggil Ayahnya, tiba tiba bola Affan mengenai istana Dinda.
"AFFAN!!!," teriak Dinda.
"Maaf din gak sengaja," jawab Affan.
"Gak sengaja gak sengaja! Lo emang pembuat onar! Capek gue denger maaf lo," omel Dinda.
"Serius gak sengaja".
"Ini susah susah gue buat, seenaknya aja lo hancurin!," mata Dinda mulai berkaca-kaca.
"Sabar din," afwan menenangkan dinda.
"Eh jangan nangis dong," kata Afwan. Namun Dinda tak tahan lagi, ia menangis, hampir setengah jam ia membuat istana pasir itu dengan susah payah dan dengan mudahnya Affan menghancurkannya.

"Maaf Din, jangan nangis dong," Affan mendekati dinda dan  berusaha menenangkan Dinda.
"Dasar pembuat onarrrrr," sambil mencubit Affan.
"Aww.. sakit Din, lepas," Affan meringis. Dinda pun melepas cubitannya.
"Udah Din jangan nangis lagi yah", sambil mengelap air mata Dinda.
"Iya Wan," jawab Dinda.

Lalu Ayah dan Bunda datang membawa kamera .
"Foto bareng dulu yah, sebelum pulang," kata Ayah.
"Cepet deh fotonya, matahari udah terik," ucap Bunda.
"Oke satu duaa...," mereka pun mengabadikan kejadian hari itu, dengan penuh kebahagian, berganti ganti pose, mereka tampak begitu bahagia. Setelah beberapa kali berfoto, Bunda pun mengajak mereka berganti pakaian dan pulang, mereka bertiga pun menurut.

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang