Tantangan

85 9 4
                                    

Byurrr
Air bekas pel jatuh tepat membasahi sekujur tubuh Dinda.
Dinda kaget, baunya busuk, sangat.

"Buka!!," teriak Dinda meminta pertolongan.
Nihil, tak ada yang mendengar, tak ada orang yang masuk ke dalam toilet.

Dinda mencoba menghubungi Affan, tapi sayang tak bisa, entah hpnya rusak karena kena air atau lowbat.

Tak tahan lagi, Dinda mulai mengeluarkan air mata.
"Tolong!!!," berkali-kali Dinda meminta pertolongan tetap saja tak ada yang mendengar.

Affan masih di kelas, masih menunggu Dinda.
Berkali-kali berputar mengelilingi kelas, gelisah.

"Udah setengah jam kok Dinda belum balik sih, ninggalin gue kali yak?".
Affan semakin gelisah, ia mencoba menghubungi Dinda tapi tak terhubung, membuatnya semakin gelisah.

Affan mencoba mencari Dinda.
Mencari ke kantin, tapi tidak ada.
Mencari ke lapangan dan hasilnya sama saja.
Mencari lagi ke ruang guru, barangkali Dinda sedang mengumpulkan tugasnya, nihil Dinda juga tak ada.
Orang-orang yang berpapasan dengannya jadi heran melihat Affan, bagaimana tidak, Affan melangkah begitu cepat dan pasti seperti orang normal, tapi karena di pikiran Affan hanya ada nama Dinda ia tak memperdulikan hal itu lagi.

Karena di mana-mana batang hidung Dinda tak tampak juga, Affan sudah mulai menyerah.
"Ah, mungkin Dinda memang sudah pulang, awas aja kalo sampe di rumah, gue jadiin tahu bulat tuh anak".

Affan melangkah pulang, sebelumnya ia melewati toilet perempuan.
'Toilet rusak, tumben,' katanya dalam hati.
Dua langkah dari pintu toilet Affan mendengar suara minta tolong.
Yah itu suara Dinda, sangat pelan bahkan hampir tak terdengar lagi.
"Itu suara Dinda!," tak pikir panjang lagi Affan masuk ke toilet perempuan.

"Dinda!," teriak Affan.
"Afwan!, tolong Wan, tolong gue".
"Lo kenapa Din?".
"Gue di kunciin Wan, buka!!".
"Jauh-jauh dikit dari pintu, gue dobrak nih pintu".
Dinda menurut, ia menjauh dari pintu.
"Satu...dua...tiga", sambil mendobrak pintunya.
Belum bisa terbuk.
"Satu...dua...tiga," dengan penuh tenaga.
Akhirnya pintunya terbuka.
"Afwan!," sambil memeluk Afwan.
Affan membalas pelukannya.
"Lo kenapa Din?".
"Gak tau Wan, kayaknya ada yang ngerjain gue".
'Awas aja kalo gue dapet pelakunya!,' kata Affan daam hati.
"Lo bauu eww," ejek Affan.
"Ihh ini di sirem, nyebelin! Dingin nih gue".
"Gue gak bawa jaket lagi," kata Affan.
Affan membuka seragamnya, dan memberikan pada Dinda, tenang Affan masih memakai baju kaos putih.
"Nih pake, nanti sakit," sambil memakaikan pada Dinda.
"Makasih Wan".
"Yuk pulang," ajak Affan.
"Gue malu Wan, bau".
"Nanti gue yang ngomong kalo gue belom mandi dari kemarin," sambil menarik tangan Dinda pulang.

Sesampainya di Rumah
"Sana lo mandi yang bersih, mau ke Fadel kan?," seru Affan.
"Iya ah bawel," balas Dinda.
"Iyalah, gue kan gak mau bawa cewe busuk kayak lo sekarang".
"Sialan lo!," sambil memukul bahu Affan.
"Gue balik yah, harus cantik!," meninggalkan Dinda.

'Apaan sih Afwan, ini juga perut gue kok geli, kayak ada kupu-kupunya, ah sudahlah,' Dinda masuk ke rumah.

Untuk melepaskan bau busuk sialan itu dari badan Dinda ia harus keramas tiga kali.
Setelah lelah membersihkan diri akhirnya ia harum lagi.

Dinda merias wajahnya, sesuai apa pesan Affan ia harus cantik malam ini.
Samar-samar ia mendengar suara petikan gitar dari kamar Affan, merdu.

Tepat sejam sebelum acara Fadel di mulai Dinda sudah siap.
Malu-malu ia menjemput Affan.

Ting Tong
Affan yang juga sudah siap segera membuka pintu.
"Udah can...," belum selesai ia bicara suaranya tertahan.
Affan terpesona, benar malam ini Dinda sangat cantik.

"Apa?! Mau ngejek lagi gue bau??, buruan ah nanti telat," seru Dinda  mencoba PD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?! Mau ngejek lagi gue bau??, buruan ah nanti telat," seru Dinda mencoba PD.
"Oke..".

Setengah jam mereka menempuh perjalanan akhirnya mereka tiba.
Ternyata Rumah Fadel sudah ramai.
Banyak yang pergi berpasangan, banyak juga yang jomblo.

Affan dan Dinda pun melangkah masuk untuk bergabung.
Semua mata tertuju pada dua sejoli ini,
Bagaimana tidak? Jika Affan begitu tampan dan Dinda begitu menawan.
Menyadari hal itu keduanya mencoba PD saja.

"Ih cakep banget sih gebetan gue," kata Sasa.
"Kalo pasangannya?," tanya Lina sengaja memancing emosi.
"Sok kecantikan, di mana-mana juga lebih cantik gue lah," dengan penuh percaya diri.
"Cantik kok di tolak, hahahaha," ejek Lina.
"Mau gue ceburin lo ke kolam? Nih kolamnya deket!," kesal Sasa.
"Gak gak, hahaha," tolak Lina.

Sebelum Dinda dan Affan memilih duduk di kurai pojokan yang agak sepi, ia menemui Fadel terlebih dahulu.

"Hai del, HBD yah moga di tahun ini apa yang lo pengen bisa terwujud," kata Dinda sambil berjabat tangan dengan Fadel.
" thank's Din," jawab Fadel.
"Dan makin dewasa bro," tambah Affan.
"Thank's Wan, nikmatin malam ini teman kecil, gue bahagia lo juga harus bahagia," seru Fadel.
"Sipp," jawab Dinda sambil berlalu dengan Affan.
"Btw lo cantik Din," kata Fadel sedikit teriak agar didengar Dinda.
"Thank's," jawab Dinda dengan senyuman.

Acara pun di mulai, diawali dengan tiup lilin dan potong kue, juga dengan permainan seru lainnya.
Tak lupa berdansa bersama di penghujung acara.

"Wan gue haus nih, gue ambil minum dulu yah di sana," kata Dinda.
"Iya," jawab Affan singkat.

Nenek lampir mulai menjalankan aksinya.
"Hai Wan," sapa Sasa sok cantik.
"Hai Afwan," sapa Lina ikutan.
Affan hanya cuek dan terus menikmati minumannya.
"Cakep juga lo malam ini, coba aja datengnya ama gue, pasti cakepnya maksimal," kata Sasa.
'Genit juga nih cewe,' kata Affan dalam hati.
"Gak!," jawab Affan singkat.
Lagi-lagi Lina tertawa kecil mendengar Dinda di tolak.
"What! Udah dua kali lo nolak gue?!," emosi Sasa tak terima.
"Wahh... wah.. wah... baru kali ini gue di tolak cowo dan untuk yang kedua kalinya di satu cowo yang sama!," sambil mondar-mandir di pinggir kolam, gerah akibat di tolak lagi.

"Denger yah Wan lo bakal jadi milik gue! Dan lo...," kata Sasa.
Belum selesai ia bicara tiba tiba ada pelayan yang buru-buru membawa tambahan cemilan dan tak sengaja mendorong Sasa.

Byurrr
Dinda jatuh ke kolam.
Sontak semua orang mengarahkan pandangan ke kolam.
"Bangsat!," teriak Sasa marah.
"Hahaahaha," tawa Lina.
"Bantuin gue njing!," kata Sasa pada Lina.
"Sahabat mah gini Sa, ketawa dulu baru bantuin," kata Lina terus tertawa.
"Sialan lo!," emosi Sasa.
"Karma kali lo abis kerjain Dinda hahaha," Kata Lina kecoplosan.
"Goblok!!!," sebel Sasa pada Lina karna mulut embernya kelakuannya terbongkar.
"Hahaha...," belum puas Lina tertawa, tiba-tiba Dinda mendorong Lina ke kolam.
"Oh jadi lo yang ngerjain gue? Rasain tuh!," balas Dinda.
"Berani banget lo!," teriak Lina.
"Rasain lo! Goblok sih!," tambah Sasa yang senang Lina ikut kejebur.
"Awas yah lo!," teriak Lina.

Dinda menarik tangan Affan pindah.
Ia muak mendengar kata-kata kedua nenek lampir itu, selain itu ia juga puas sudah membalas kejadian tadi siang.

Waktu berdansa sudah di mulai, semua mengajak pasangannya berdansa, kecuali para jomblo yang hanya bisa menjadi obat nyamuk.
"Berani juga tuh Dinda," kata Randi.
"Dari kecil kan emang galak," tambah Fadil.
"Dan makin cantik kan?," tanya Fadel.
"Gue tantang lo Del! Lo harus jadi pacar Dinda, kalo lo bisa terserah apa mau lo gue jadiin hadiah, itung-itung juga hadiah buat ultah lo," tantang Randi.
"Deal!," tegas Fadel.
"Pertama-tama lo ajak aja dulu Dinda dansa sama lo," tantang Fadil.
"Lihat yah! Kalo perlu pake mata kali lo juga," sambil berjalan menuju Dinda.

"Hai Din...," sapa Fadel.
"Hai".
"Dansa sama gue yuk!," tawar Fadel.

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang