Cakep

85 7 2
                                    

"Affan mana Wan?," tanya Fadel.

"Tess, Tess, ok karna upacara akan dimulai, tolong perbaiki barisannya," seru salah satu guru.

Murid pun memperbaiki barisannya, Affan tertolong karena itu, sebab ia belum berpikir jawaban apa yang harus ia katakan.
Upacara pun dimulai.

Sejam berlalu, upacara pun berakhir.
Semua murid kelas XI dan XII kembali ke kelasnya masing masing kecuali Osis, sedangkan murid kelas X diarahkan ke aula untuk mengikuti MPLS sehari oleh Osis.

Affan terpisah dengan Dinda, Affan pun mencari-cari keberadaan Dinda.

"Eh lihat deh Lin, dekel itu cakep kan?," kata anak kelas XII yang bernama Sasa.

Sasa dan Lina adalah dua orang kakak kelas yang disegani adik kelasnya.
Mereka cantik dan terkenal galak, selain itu mereka senang membully.

"Yang mana? di sini kan dekel semua," tanya lina balik.
"Itu yang pake kaca mata," jawab Sasa.
"Iya sih cakep, tapi kok pakai kaca mata hitam? Kan gak boleh," tanya Lina.
"Iya juga yah," heran Sasa.
"Buta kali yah?," tanya Lina.
"Masa sih, ehh Lin...Lin... itu dia natap gue kan?," sambil memperbaiki tampilannya.
"Sepertinya sih begitu," jawab Lina dengan kata-kata andalannya.

Dan ternyata.
"Afwan...," teriak Dinda dari belakang dua kakel itu.
Dinda pun lari mendekati Affan dan berjalan bersama menuju aula.

"What??," geram Sasa.
"Haahhahaha," tawa Lina mengejek.
"Sialan, jadi dia tadi natap dekel itu dan bukan gue?," geram Sasa.
"Sepertinya sih begitu, hahahaha GR lu sih tinggi hahahaha," ejek Lina tak berhenti tertawa.
"Diem lo! Lihat aja dia bakal jatuh di tangan gue," kata Sasa dengan mantap.
"Lihat aja hahaha," sambil berjalan meninggalkan Sasa menuju aula.
"Tunggu goblok," teriak Sasa.

Setelah lelah mengikuti MPLS seharian, akhirnya mereka pulang, tapi sebelumnya mereka melihat penentuan kelas dulu di mading.

Affan dan Dinda sekelas di X MIPA 2,
Sedangkan Fadel dan dua temannya di kelas X MIPA 3.
Sekolah tau tentang identitas Affan yang sebenarnya dan telah di atur tanpa diketahui teman-temannya.

Halte Bus

"Afwan tinggal di mana?," tanya Dinda.
"Di rumah dulu lah," jawab Affan.
"Oh yah? Asik dong," dengan riangnya.
Affan hanya membalas senyuman.
"Kapan baliknya? Kok gak kasih kabar? Surat juga nggak," tanya Dinda lagi.
"Semalam, biar kejutan".
"Ih sok kejutan," sambil memukul bahu Affan.

Bus telah datang.

"Eh busnya udah datang, yuk Wan gue tuntun".
"Oke".

Setelah di atas bus Dinda melanjutkan Pertanyaannya.

"Oh ia Wan, Affan kok gak ikut?".
Seketika jantung Affan berdetak cepat.
"Anu...".
"Anu apa??".
"Anu... lo kangen yah?".
"Ih cuma nanya".
"Affan sibuk".
"Sibuk apaan emang?".
"Gak tau lah, katanya sih nanti nyusulnya".
"Oh gitu".

Akhirnya mereka sampai di halte dekat rumahnya, masih perlu berjalan untuk sampai di rumah.

'Itu kan toko es krim yang dulu, ah kangennya,' kata Affan dalam hati.
"Panas yah Wan".
"Iya, toko es krim yang dulu masih ada gak?," tanya Affan pura-pura tak tau.
"Masih, itu di depan".
"Oh yah?? Mampir yuk".
"Yuk".

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang