Permen Karet

86 13 4
                                    

Matahari telah berganti bulan, sekarang sudah pukul 21.00. Di kamar Affan dan Afwan sedang berbincang-bincang.

"Wan...," panggil Affan.
"Ape?," jawab Afwan.
"Udah tau?," tanya Affan lagi.
"Udah," jawab Affan.
"Tau apa emang?," tanya Affan heran, sebab pertanyaannya belum selesai tapi Afwan sudah menjawab.
"Pindah ke Bandung kan?," jawab Afwan sambil melepas kaca mata hitamnya.
"Iya Wan, rasanya gue gak terima," sambil membaringkan diri.
"Yah mau gimana lagi, kita kan cuma anak, cuma bisa ngikut aja," jawab Afwan.
"Padahal udah nyaman, udah nyaman sama sekolah, teman-teman," ujar Affan
"Iya sih, bakal kangen pasti sama dinda," ujar Afwan.
"Iya yah, gue gak bisa dengar omelan dia lagi, suara meweknya, ketawanya," lanjut Affan.
"Besok terakhir sekolah nih, gak tega rasanya ngomong ke dinda," kata Afwan.
"Jadi ? Mau pergi tanpa pamit?", tanya Affan.
"Gak enak juga sih, tapi gak tega nanti kalo denger Dinda nangis," ujar Afwan.
"Buat surat aja kalo gitu," jawab Affan.
"Ide bagus Fan," kata Afwan.
"Gue ambik kertas dan pulpen dulu," kata Affan dan segera mengambil barang yang ia cari.

Mereka pun menulis surat untuk dinda, sedih rasanya harus berpisah setelah sekian lama bersama. Setelah ia menulisnya mereka pun tidur.

SD HARAPAN BANGSA

Hari ini seluruh siswa dan siswi SD HARAPAN BANGSA mengadakan kerja bakti, mereka mambersihkan kelas masing-masing dan daerah-daerah sekolah lainnya.

Afwan dan dinda memungut sampah setelah membersihkan kelasnya. Sedangkan Affan? ia tetap di kelas setelah lelah membersihkan kelas.

Pov Affan
"Capek juga, ngumpet ah, capek gue bersih-bersih," ujar Affan ngomong sendiri.

Kelas sudah bersih, rapi, dan harum, membuat nyaman untuk belajar apalagi tidur bagi affan.

Beberapa menit sebelum affan terlelap ia mendengar tiga teman kelasnya masuk, bisa di tebak mereka pasti tiga sekawan yang tak terpisahkan, mereka... Aldi, Kiki dan Iqbaal.
Eh gak denggg! Canda hehe.

Mereka adalah Fadel dan dua anak buahnya Fadil dan Randi, mereka tak kalah jailnya dari Affan.

"Cepetan ah ambil duit lo," ucap Fadel
"Oke," jawab Fadil
"Permen karet gue gak berasa lagi nih," ujar Fadel sambil terus mengunyah permen karet.
"Yah buang lah," jawab Randi.
"Nih gue buang," sambil meletakkan permen karet di bangku Dinda.
"Gila lo? Tau kan itu kursi siapa?," tanya Randi.
"Tau kok," jawab Fadel cuek dan terus melangkah keluar kelas.
"Mau cari gara-gara lo sama...," belum selesai Randi ngomong tapi di potong fadel.
"Ah bodo amat, setiap hari kerjaannya ngomel mulu, capek gue dengernya," jawab Fadel terus melangkah.

"Ahh elo yang bawel goblok! Ganggu tidur gue aja," ucap Affan lagi-lagi ngomong sendiri.
Affan pun tertidur.

TENG!!TENG!!

Suara bel istirahat berbunyi, Afwan dan Dinda yang sedari tadi di luar kelas untuk membersihkan kembali ke kelas. Selain untuk beristirahat sejenak juga untuk mengambil bekalnya.
"Ah capeknya," keluh Dinda sambil duduk di kursihnya.
"Iya aku juga capek," kata Afwan sambil duduk di samping Dinda.
"Kakiku serasa mau copot ini," keluh Dinda lagi.
"Hahaha, ya udah kita makan yuk, balikin energi," seru Afwan.
Afwan pun melangkah ke mejanya untuk mengambil kotak bekal di tasnya.
"Ihh... ini kenapa kayak ada yang lengket-lengket," kaget Dinda.
"Kenapa din?", segera mendekati Dinda.
Murid yang lain pun heran melihat Dinda
"Ih susah berdiri ini, lengket," seru Dinda.
"Pelan-pelan coba," ucap Afwan heran dengan apa yang terjadi.
"Ihh permen karet," ujar Dinda matanya mulai berkaca-kaca.
"Ihh jijik, siapa yang taro permen karet di kursi gue??," teriak Dinda dan air matanya mulai terjatuh.
Suara dinda membuat Affan terbangun.
"Brisik banget sih," gumam Affan dalam hati.
Dinda mulai menangis, Affan heran dengan apa yang terjadi, ia pun mendekati Dinda.
"Kenapa sih?," tanya Affan.
"Permen karet katanya," jawab Afwan.
"Ihh jijik, gimana dong ini, gak mau hilang," Dinda terus menangis.
"Cari es batu, terus tempelin, nanti bisa lepas itu," usul Afwan.
"Minta tolong dong es batu,"pinta Dinda pada teman kelasnya sambil terseduh-seduh.

Affan teringat siapa murid yang terakhir masuk kelas sebelum ia terlelap.
"Sialan!," ucap Affan dan meninggalkan kelas.

Affan mencari Fadel di luar kelas, lapangan, kantin, dan gudang belakang sekolah yang sering di tempati bolos sekolah.
Dan akhirnya ia menemukan tiga sekawan.
Dengan emosi Affan melangkah ke hadapan Fadel.
BRAK!
Pukulan tepat di wajah Fadel. Membuat ketiganya terkejut.

"Lo kan! Yang kerjain dinda?!," tanya Affan tak santai.
"Punya bukti apa lo?!," jawab Fadel sambil menahan sakit pukulan dari Affan.
"Bukti lo bilang? Gue tadi di kelas! Gue tidur di belakang! Gue denger suara lo bertiga! Dan lo yang terakhir keluar dari kelas!," jawab Affan tegas.
Ketiganya terdiam. yah senakal-nakalnya mereka, ia tetap kalah dengan Affan.
"Gue peringatin lo skali lagi! Jangan ganggu dinda!," seru Affan.
Ketiganya tetap diam menunduk.
"Denger gak lo?!!," tanya Affan lagi.
"Iya Fan ," jawab mereka bertiga.
Affan pun meninggalkan mereka bertiga, tapi setelah langkah ke tiga ia membalikan badan.
"Gue bakal pindah! Gue bakal jauh dari Dinda! Jaga Dinda!! Kalo gue denger lo malah ganggu dia, lihat aja nanti !," seru Affan.
"Iya iya," jawab ketiganya tetap menunduk.
"Jaga! Denger gak lo?!," tanya Affan lagi.
"Iya Fan," jawab Fadel.
Affan pun meninggalkan mereka dan kembali ke kelas. Dan semuanya kembali seperti jadwal biasanya.

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang