Ular mainan

246 16 10
                                    

Matahari mulai menapakkan dirinya, jam dinding telah menunjukkan pukul 06.00 , seperti biasa Bunda membangunkan Anak tersayangnya untuk segera siap-siap ke sekolah.

"Dinda... kok belum bangun sih? kemarin katanya gak sabar ke sekolah," Dinda pun bangun dengan malasnya sambil mengucek matanya.
" Jam berapa sekarang Bun?".
" Jam 06.05, sekarang bangun dan cepat siap-siap nanti di tinggal Afwan loh!".
"Iya Bunda," Dinda pun bangun dan segera bersiap-siap berangkat ke sekolah.

*btw mereka sekarang masih kelas 5 SD xd*

Pukul 06.55 Dinda sudah selesai bersiap-siap ke sekolah, ia pun menunggu Afwan dan Affan menjemputnya untuk berangkat sama-sama.

"Afwan...!" teriak gadis kecil itu ketika melihat Afwan baru saja keluar dari rumah.
"Brisik banget sih lo, masih pagi-pagi juga udah bikin telinga budek," protes Affan.
"Bodo amatt," Dinda.
"Bawel lo," balas Affan.
"Sudahlah, jangan bertengkar, ayo berangkat ke sekolah".
Affan dan Dinda pun berhenti bertengkar dan menyusul Afwan yang lebih dulu melangkah ke sekolah.

TENGTENG!!!

Suara yang paling di tunggu murid, ya suara bel istirahat, Dinda dan Afwan pun menuju kantin untuk makan siang, tak lupa mereka membawa kotak bekal, seperti biasa mereka duduk di kursi pojok kantin.

"Afwan, bawa bekal apa hari ini??," tanya Dinda.
"Entahlah dinda, coba kau lihat kotak bekalku," sambil menyodorkan kotak bekalnya.
"Wah, Afwan hari ini kau bawa sandwich, sepertinya enak, boleh ku coba sepotong?," mengambil sepotong sandwich.
"Ambil saja," mengambil sandwich.
"Umm, enak wann, Ibu memang jago memasak, bekalmu selalu enak, nanti kalau sudah besar aku mau di ajar memasak sama Ibu," penuh ceria.
"Hahaha, yah Ibuku memang pandai memasak, kalau begitu cepatlah besar dan masakkan aku sesuatu yang enak dari resep Ibu," jawab Afwan.
"Oh tentu," senyum manis.
Mereka pun memakan bekalnya masing-masing.

Kantin begitu ramai, banyak suara terdengar dari berbagai arah, anak-anak berlarian, penjual kantin membawa pesanan.

"Dinda..., di mana Affan?," tanya Afwan.
"Gak tau, biarin aja dia hilang, duniaku damai tanpa dia, gak usah di cari, paling dia lagi buat onar lagi,"  jawab Dinda cuek
"Hahaha, senakal-nakalnya dia, dia tetap saudaraku, wajar kalau ku cari," jawab Afwan.
"Gak usah di cari !," tegas Dinda.
"Hahaha," tawa Afwan.

Tapi tiba-tiba Affan datang, ia langsung berdiri di hadapan Dinda, tangannya di belakang, Dinda heran, dan tiba-tiba ia membuat Dinda terkejut dan takut dengan mainan ular-ularan palsunya.

"Ahhh! Affan!!!," teriak Dinda ketakutan.
"Kenapa Dinda??," Afwan kaget dan heran dengan apa yang terjadi.
"Ularr Afwann, Affan bawa ularr, pergi gak lo Affan!!!," teriak Dinda.
"Dasar bocah penakut, sama ular aja takut dasar cemen," terus menakut-nakuti Dinda.
Afwan memukul Affan dengan tongkatnya,"Affan, berhenti ganggu Dinda! kasian!".
"Sakit Wan!," Affan meringis kesakitan.
"Rasain lo ! sana lo! dasar pembuat onar!," teriak Dinda.
"Bodo amat, nihhh ambil nih ular", sambil meletakkannya ke kepala Dinda.
"Ahhh Affan!!!" teriak Dinda sambil melempar mainan Affan jauh.
Affan pun meninggalkan Afwan dan Dinda, dan berlari mencari mainannya.

"Gak papa Din?," tanya Afwan
"Apa-apa ini! Kenapa sih lo punya kembaran rese kayak dia, nyebelin banget!".
"Jangan benci-benci banget lah, nanti bisa jatuh cinta loh," ejek Afwan.
"Ih gak banget, kalau bisa juga gue gak mau ketemu dia selamanya!".
Afwan hanya tertawa membayangkan mereka berdua.
Bel tanda masuk pun telah berbunyi, Afwan dan Dinda kembali ke kelas .

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang