Salahku

73 9 0
                                    

"Afwan!!", teriak Affan kaget.

Di bawah sana sudah berlumuran darah, ia mempercepat langkahnya menuruni tangga.

"Afwan, bangun Wan bangunnn," sambil menepuk-nepuk wajah Afwan.
"Gak ada orang-orang lagi, ah telepon ambulans," ia berlari menuju telepon rumah.

Rumah Sakit

Dengan penuh rasa cemas Affan menunggu di ruang tunggu.
"Ini gara-gara gue, harusnya gue gak naik ke kamar sambil basah-basahan, gue yang salah, gue penyebabnya, gimana ini, gue gak mau Afwan kayak gini, kenapa bukan gue aja yang jatoh, gue salah gue salah," ujar Affan memaki dalam hati.

Tak lama orang tua Affan pun datang.

"Di mana Afwan?," tanyaPapa.
"Gimana Afwannya?," tanya ibu panik.
"Di dalam pah lagi diperiksa," jawabnya dengan nada rendah.
"Pah, bu... ini salah Affan," dengan mata yang berkaca-kaca.
"Gak usah salahin diri kamu Fan," jawab Papa.
"Harusnya tadi Affan denger kata Papa kalo gak boleh masuk rumah sambil basah-basahan," dengan nada rendah Affan menyesal.
"Udah Fan, jangan salahin diri kamu, toh juga udah terjadi, sekarang kita harus berdoa untuk Afwan," kata Ibu.
"Ibu sama Affan tunggu di sini dulu, Papa mau kasih kabar ke ayah Dinda," seru papa.
"Pah sembunyiin ini dari Dinda," seru Affan.
"Kenapa?," tanya Ibu.
"Nanti dia khawatir bu," jawab Affan.
"Tapi dia harus tau wan, kepergianmu dulu juga kau sembunyikan, masa ini juga disembunyikan," heran Ibu.
"Afwan udah janji ke Dinda bu, Afwan pengen pindah ke Jakarta dan sekolah di sana sama Dinda," ujar Affan.
"Dan maksudmu?," tanya Papa.
"Ini salah Affan pah, dengan ini Affan akan tanggung jawab, Affan akan ke Jakarta dan pura-pura menjadi Afwan," jelas Affan.
"Jangan sembarangan Fan, itu sulit," seru Ibu.
"Gak usah salahin diri kamu Fan!," seru Ayah.
"Tapi Affan gak bakal tenang kalau gak gini caranya".
"Yah sudahlah bu, daripada dia tak tenang," seru Papa.
"Ya sudahlah," jawab Ibu pasrah.
Papa segara mengabari ayah Dinda dan juga menjelaskan keinginan Affan.

Dinda pov

Di hari libur ini Dinda menikmati liburnya dengan menonton film kesukaannya di ruang keluarga.

Melihat Ayah yang gelisah, Dinda pun bertanya.

"Kenapa yah?".
"Gak papa Din".
"Tapi kok kayak gelisah?".
"Bunda di mana?".
"Di depan tadi siram bunga".
Ayah pun meninggalkan Dinda tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Mendengar penjelasan Ayah, Bunda dan Ayah berniat ke Bandung.
"Din, Bunda dan Ayah ada urusan mendadak," kata Bunda.
"Urusan apa Bun? Kayaknya buru-buru banget," tanya Dinda heran.
"Ada pokoknya, Bunda tinggal dulu yah sehari, gak papa kan?," tanya Bunda.
"Yah ditinggal nih?? Gak boleh ikut?," tanya dinda.
"Gak usah Din, cuma sehari doang kok," jelas Bunda.
"Iya deh Bun," jawab Dinda.
"Ada apa sih? Kok perasaan gue gak enak", serunya dalam hati.

Beberapa jam kemudian

Orang tua Dinda sudah sampai.
Ia bergabung di ruang tunggu.
Tak lama dokter pun keluar.

"Dia masih koma, tapi setelah nanti dia tersadar ia harus tetap di rawat mengingat kondisinya yang lemah", ujar dokter.

Mendengat itu Affan sangat terpukul, ia terus menyalahkan dirinya. Untuk menenangkan diri ia melangkah ke taman rumah sakit.

"Arghhhhhh", teriaknya melepaskan beban.
"Kenap bukan gue sih yang ngalamin itu, kenap harus Afwan!".
Ternyata bunda Dinda mengikuti Affan dari tadi.

"Affan...".
"Bunda?".
"Udah Fan jangan salahin dirimu terus, ini bukan salahmu kok".
Hening untuk beberapa saat.
"Bun, Affan mau bilang sesuatu".
"Bunda udah tau".
"Hah?".
"Dijelasin sama Ibu Affan tadi, pura-pura jadi Afwan kan?," tanya Bunda memastikan.
"Iya Bun".
"Tapi Fan nanti kalo Dinda tau yang sebenarnya gimana?," tanya Bunda.
"Biar Affan yang tanggung Bun", jawabnya.

Beberapa hari setelah kejadian

Setelah beberapa hari kejadian Afwan, Dinda yang tak tau apa-apa pun mulai bertanya-tanya.
Surat dari Afwan pun tak di balas-balas, waktu libur pun sudah hampir habis.

"Bun, kok Afwan gak balas surat Dinda yah?," tanya Dinda.
"Sibuk mungkin," jawab Bunda.
"Sibuk apaan emang," ketus Dinda.
"Afwan bakal balik kan?," tanya Bunda.
"Janjinya sih gitu Bun, tapi kok gak pernah ngurus sekolah yah?," tanya Dinda.
"Siapa bilang?," tanya Bunda.
"Ini aku barusan".
"Diurus kok, ayah yang urus," jawab Bunda.
"Oh yah?," tanya Dinda tak percaya.
"Iya", jawab Bunda singkat.
"Affan ikut gak?," tanya Dinda.
"Kayaknya nggak," jawab Bunda lagi.
"Kenapa?," tanya Dinda.
"Gak tau, Bunda ke belakang dulu," ujar bunda mengakhiri percakapan.

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang