Rumah Hantu

72 6 0
                                    

"Dansa sama gue yuk," tawar Fadel.
Affan yang mendengar itu tiba-tiba merasa jengkel.
"Boleh," jawab Dinda.
Mendengar jawaban Dinda Affan semakin jengkel.

Dinda dan Fadel mulai berdansa mengikuti irama.
Keduanya terlihat begitu menikmati.
Tapi tidak dengan Affan, ada rasa aneh yang pertama kali ia rasakan saat melihat Dinda dekat dengan Fadel.
Ia tak dapat mengartikan rasanya dengan jelas, yang ia tau ia sangat ingin menonjok wajah Fadel saat itu juga.

Tak tahan melihat mereka berdua, Affan berencana mencari udara segar di luar.
Sasa dan Lina yang tadi kejebur ingin pulang karna malu, ia berpapasan dengan Affan.

"Berhenti lo!," tegas Affan.
"Gue?," tanya Lina heran sebab hanya mereka yang ada di teras rumah Fadel.
"Apa maksud lo ngerjain Dinda tadi siang?," tanya Affan.
"Emang kenapa? Masalah buat lo?," tanya Sasa.
"Dinda yang dikerjain kenapa lo yang sewot? Emang lo siapa? Pacar? Bukan kan!," kata Lina jengkel.

"Jangan ganggu gue lagi dan Dinda!," tegas Affan sambil menunjuk keduanya.
"Hellowww, emang lo siapa yang bisa ngatur-ngatur gue!," kata Sasa.
"Berani banget lo nunjuk-nunjuk! Gue patahin tuh jari baru tau rasa lo!," jengkel Lina.
"Oh atau lo pura-puta buta?? Gimana lo bisa tau kalo gue dan Lina yang keluar? Dan gimana lo bisa nunjuk gue dan Lina pas di depan wajah gue? Hah?! Jelasin tuh!," kata Sasa mulai curiga.

"Denger baik-baik, urusan Dinda adalah urusan gue juga! Gue bisa ngelihat ato gak bukan urusan lo! Atauu lo juga pengen ngelihat apa yang gue lihat? Pengen coba?!," balas Affan dengan penuh penekanan.
"Lo pikir gue takut sama lo?!," seru Sasa.
"Gue tau rahasia lo! Lo mau semua orang tau hah?!,"ancam Affan.
"Rahasia apa emang?," tanya Lina.

"Lo! Anak Prabu Sanjani yang sok kaya itu padahal seorang koruptor! Lo mau semua orang tau kalo yang selama ini lo pamer-pamer adalah hasil dari duit haram? Hah? Gak malu?," jelas Affan sambil menujuk Sasa.

"Dan lo! Yang masa lalunya suram! Waktu SMP lo jadi bahan bullyan di sekolah lo kan? Lo balas dendam sekarang ke adek kelas lo dan mencari ketenaran dengan menjadi ekor Sasa! Mau kesebar beritanya?!," ancam Affan pada Lina.

Keduanya bungkam, mereka tak tau harus berkata apa, yang dikatakan Affan memang fakta.

"Kalo lo gak mau berita yang memalukan ini kesebar ke seantero sekolah, jangan ganggu Dinda!," tegas Affan sekali lagi.
"Denger gak?!," bentak Affan.
"Awas yah lo!," kata Sasa sambil menunjuk Affan dengan penuh amarah dan meninggalkan rumah Fadel.

Puas dengan apa yang sudah ia lakukan, Affan kembali ke dalam, berniat mengajak Dinda pulang.

Dinda yang sudah berdansa kembali ke Affan.
"Ayo pulang," pinta Affan.
"Sekarang?," tanya Dinda.
"Besok!," lalu berjalan keluar lebih dulu.
"Hey tunggu!," Dinda menyusul Affan.

Esok Harinya
Pagi ini Dinda main ke rumah Affan.
Setelah Dinda asik menceritakan kejadian kemarin, ia melihat sebuah gitar.

"Afwan lo tau main gitar?," tanya Dinda.
"Napa emang?," tanya balik Affan.
"Kemarin gue denger suara petikan gitar dari kamar gue, dan sepertinya itu dari kamar lo," jelas Dinda.
"Lo percaya?," tanya Affan.
"Kalo lo gak tau gak mungkin kan ada gitar di kamar lo," kata Dinda.
"Iya gue tau," jawab Affan.
"Coba mainin," Dinda duduk di kasur mendekati Affan.

Affan mengambil gitarnya dan mulai memainkannya.
Petikan gitarnnya sangat indah.

kamu adalah bukti
dari cantiknya paras dan hati
kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
tentang terang dan gelapnya hidup ini

kaulah bentuk terindah
dari baiknya Tuhan padaku
waktu tak mengusaikan cantikmu
kau wanita terhebat bagiku
tolong kamu camkan itu

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang