Terbongkar

53 5 0
                                    

Cahaya matahari mulai menyelinap masuk dari sela-sela jendela.

Pagi ini Affan telat lagi, setengah jam lagi waktu masuk sekolah.

Secepat kilat Affan siap-siap untuk sekolah.
Setelah selesai, buru-buru Affan ke rumah Dinda.

Di teras rumah ada bunda dan ayah.
"Eh Affan, belum berangkat?", tanya Ayah.
"Telat lagi yah?", tanya Bunda.
"Iya bun telat", sambil merapikan rambutnya.
"10 menit lagi masuk fan, biar Ayah antar deh", tawar Ayah.
"Makasih Yah", lalu ikut naik ke mobil.

Setibanya di sekolah ada yang berbeda hari ini, seperti menjadi pusat perhatian, sepasang mata selalu menatapnya dari atas sampai bawa ketika Affan jalan di depan orang-orang.

"Aneh", katan Affan dalam hati.
Namun Affan mencoba untuk mengabaikannya. Sampai ia mendengar dari mulut salah satu cewek saat berpapasan dengannya.

"'Masih aja pd ke sekolah yah, masih nempel juga tuh kacamata".

Langkah Affan terhenti.
Ia mengingat kejadian kemarin, sepertinya Fadel membuka rahasia besarnya.

Buru-buru Affan mencari Dinda.

Selangkah kaki Affan masuk ke kelas, Dinda sudah menampakkan batang hidungnya. Tak seperti biasanya, raut wajahnya seperti penuh tanda tanya.

"Maksud lo apa Fan?!", sambil menunjukkan hp ke wajah Affan.

Hp itu memutarkan video kejadian kemarin saat di toilet, tak dapat disangkal lagi, percakapan dalam video itu terdengar jelas, dan diperkuat lagi dengan komentar dua nenek lampir itu.

"Gue bisa jelasin Din".
"Jelasin apa hah? Jelasin kalo selama ini lo cuma mempermainkan gue?".
"Gak gitu din!".
"Halah!!", Dinda meninggalkan Affan.

Dinda berlari meninggalkan Affan.
Affan ikut dari belakang.
Dinda menaiki mobilnya, Affan dengan cepat ikut naik.

"Turun lo!", bentak Dinda.
"Dengerin gue dulu Din".
"Gak usah! Semua udah jelas! Dari kecil emang lo suka kalo gue gak bahagia kan!".
"Ngak Din!".
"Gue benci lo Fan!!", dan memukul-mukul Affan.
"Denger dulu din!", sambil memegang kedua tangan Dinda.
Dinda perlahan tenang.
"Biar gue yang bawa mobilnya, kita cabut dari sini", pinta Affan.
Dinda hanya menurut.
Affan pun mengendarai mobil Dinda menuju taman.

Jadi sekarang sudah waktunya untukku jujur? Jujur aku egois, aku memang sudah berbohong, aku hanya ingin di dekatnya, melewati hari dengan senyumannya. Apa sekarang sudah berakhir? . Kata Affan dalam hati.

Sesampainya di taman, mereka mencari tempt yang sejuk agar nyaman menceritakan semuanya.

"Maafin gue Din", Affan memulai percakapan.
Dinda hanya diam.
"Gue gak bermaksud untuk bohongin elo Din".
"Maksud lo apa hah?! Setelah sekian banyak hari kita lalui bersama, sampai gue nyaman di dekat lo, gue baper setiap harinya dan kejadian kemarin udah buat gue sadar kalo gue jatuh cinta sama lo. dan sekarang semua itu hanya boongan!, maksud lo apa Fan!!", seru Dinda meluapkan perasaannya, dan setetes air mata mulai jatuh.

Gue jatuh cinta sama lo!, Affan kaget mendengarnya.

"Gue gak bermaksud mainin perasaan lo Din, gue cuma mau bantu Afwan nepatin janjinya".
"Ngomong apa sih lo! Gue gak ngerti!"
"Beberapa hari sebelum waktunya Affan balik ke jakarta, Affan jatuh dari tangga, gue ngerasa bersalah, soalnya tangganya licin karna gue abis renang dan langsung naik ke kamar, dan Afwan sekarat beberapa hari, gue nyesel dan gue pengen bertanggung jawab atas kejadian itu, dan dengan ini gue pengen nebus kesalahan gue, gue pengen nepatin janji Afwan ke elo...", jelas Affan.

Dinda masih diam mencerna apa yang baru saja Affan katakan.

"Gue gak bermaksud mempermainkan lo Din, semua yang udah kita laluin bener-bener gue nikmatin, gue seneng bisa dekat sama lo, gue seneng lihat senyum lo setiap hari, gue pengen jaga lo, gue sayang Din sama lo!".

Air mata Dinda tak dapat terbendung, Dinda menangis.

"Maafin gue Din, gue juga sakit kok, jangan nangis Din".
"Sakit?", tanya Dinda.
"Iya gue sakit Din, bukan fisik.
Setiap malam otak dan hati gue bertengkar! Hati gue sayang sama lo, tapi otak gue bilang gue salah lakuin ini, gue bukan Afwan, lo gak mungkin mau sama gue. Tapi semakin hari semakin gue sadar kalo gue emang jatuh cinta sama lo Din, gue gak tau pasti sejak kapan, tapi lo harus tau Din gue udah sering jaga lo dari kecil tanpa lo tau!".

Hening beberapa menit.

"Afwan di mana Fan?," tanya Dinda memulai lagi pembicaraan.
"Di Bandung, udah baikan tapi masih harus bolak balik cek kesehatan".
"Gue pengen....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Afwan/Affan ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang