Malam seolah mewakili perasaannya, antara bahagia atau justru sebaliknya Agatha pun tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Sudah dua hari rasanya enggan untuk keluar rumah maupun keluar kamar, keluar kamar hanya untuk makan dan bersih-bersih saja selebihnya justru lebih banyak di kamar.
Malam ini langit terlihat mendung, tetapi hujan tidak kunjung untuk turun membasahi buminya. Duduk di kursi belajarnya pandangan Agatha mengarah pada handphone lamanya, seketika rasa rindu hadir begitu saja tanpa ia minta. Rasanya ingin bertemu tapi tidak mungkin karena pasti yang dirindukan sibuk untuk mengurus acaranya.
Agatha tersenyum getir, andai saja waktu bisa di ulang kembali. Rasanya ia tidak ingin bertemu dan jatuh hati pada seseorang yang pada akhirnya hanya menjadi semu.
Bahkan kalau di lihat dari pesan terakhir sekitar 2 tahun lalu tepatnya waktu Agatha sudah tinggal 7 bulan di Cairo. Setelahnya orang itu tidak pernah lagi mengirimnya, mungkin lelah karena tidak ada jawaban. Makanya sekarang justru sudah menemukan tambatan hatinya.
"Agatha, ada yang ingin bertemu kamu." Panggil om Rahmat ayahnya yang menghampiri Agatha di kamar.
"Siapa, Yah ?"
"Temui dulu, kasihan sudah menunggu mu terlalu lama." Ujar om Rahmat agar Agatha menemuinya lebih dulu. "Ayah tunggu di bawah yah." Ucap om Rahmat kemudian keluar dari kamar putrinya.
Agatha menghela nafasnya, sepertinya penting sekali sampai mau menunggunya untuk keluar dari kamar. Di pakai khimar serta niqabnya sebelum ia menemui seseorang yang sudah menunggunya, membuka pintu kamarnya dan kaki siap melangkah.
Langkahnya terhenti di anak tangga terakhir, Agatha terkejut dengan kedatangan seseorang yang kini sedang berbincang dengan ayah dan ibunya.
"Kak Salim ?" Panggil Agatha pada tamu yang kini sedang berbicara pada kedua orang tuanya.
Merasa namanya di panggil membuat pria itu menoleh ke arah Agatha dan tersenyum. Agatha melangkahkan kakinya untuk ikut bergabung.
Agatha mulai mendudukan bokongnya, tatapan justru mengarah ke arah lain. Walau sesekali ia melihat ke arah pria yang kini berada di depannya.
"Kamu apa kabar, Tha?" Tanya Salim pada Agatha.
"Alhamdulillah aku baik kak, kakak sendiri bagaimana?"
"Aku juga baik, Tha. Oh iya aku baru tau beberapa bulan yang lalu tentang kepergian mu ke Cairo, awalnya aku enggak percaya kalau kamu pergi. Sebenarnya aku udah merasa aneh karena sudah lama tidak pernah lihat kamu."
"Iya kak, maaf yah kalau enggak ngabarin." Ucap Agatha yang meminta maaf. "Lalu kenapa kakak tau kalau aku sudah pulang?"
"Aku tau dari ummi, ummi yang memberitahu ku tentang kepulangan kamu. Tau kepergian mu juga dari ummi." Ucap Salim membuat Agatha hanya mengangguk paham.
"Abi dan ummi mu tau kalau kamu ke sini?" Tanya om Rahmat yang memang masih mendampingi putrinya.
"Mereka tau, karena memang saya jujur ingin bertemu dengan Agatha, Pak."
"Ada apa sebenarnya kedatangan kamu ke sini?" Tanya om Rahmat lagi yang ingin tau maksud dan tujuan Salim datang bertamu.
"Saya ingin bertemu dengan Agatha, walau sebenarnya ada hal lain yang ingin saya katakan pada Agatha dan juga bapak dan ibu."
"Katakanlah !"
"Begini pak, buk, sebenarnya kedatangan saya mempunyai niat baik pada Agatha. Sudah lama saya menyimpan rasa pada Agatha bahkan sejak pertama kali saya bertemu dan mengenalnya, rasa yang saya punya untuk Agatha bukan hanya sekedar teman, tapi rasa lebih dari seorang teman. Saat itu saya sadar akan perasaan saya, tidak seharusnya saya jatuh cinta pada gadis yang belum menjadi muhrim saya dan akhirnya saat itu saya berusaha untuk menahan perasaan saya. Tanpa Agatha sadari sebenarnya selama ini saya selalu memperhatikannya, hati saya merasa sakit saat tau Agatha pergi. Saya merasa ada yang hilang dari hidup saya, saya tau apa yang saya rasakan ini salah karena tidak seharusnya saya seperti ini. Tapi malam ini kedatangan saya ke sini untuk meminta restu pada ibu dan bapak izinkan saya mengkhitbah Agatha." Ucap Salim membuat Agatha dan kedua orang tuanya terbelak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Ku Memilih Mu
Fiksi Penggemartakdir ku memilih mu Mengenal dan bertemu dengannya membuat ku merasakan ada yang yang berbeda dari kebanyangkan gadis yang aku lihat selama ini. Dia berbeda, meskipun terlalu muda untuk ku. Tapi entah kenapa setiap melihatnya, aku merasa hal yang b...