Takdir ku memilih mu 12

1.3K 95 2
                                    

Agatha dan Shergio tiba di sebuah rumah dengan bangunan kolosal, bangunan tua tetapi terlihat klasik. Keduanya segera masuk dan mereka di sambut begitu hangat dengan sang pemilik rumah.

"Agatha sudah lama tidak main ke sini. Kata Shergio, Agatha lagi sibuk yah?" Tanya wanita paruh baya yang bertanya pada Agatha.

"Iya budhe maaf, Agatha memang lagi sibuk. Apalagi kan sebelum ke kampus Agatha harus bekerja dulu, setelah itu baru ke kampus. Pulang pun sudah sore, kalau ada tugas bisa magrib baru pulang." Jelas Agatha sambil berjalan menuju ruang tamu.

"Enggak papa, semoga lelah mu bisa menjadi keberkahan yah."

"Amin, budhe." Balas Agatha dan Shergio bersamaan.

"Sher, tolong buatkan minum untuk Agatha."

"Enggak usah budhe, biar nanti Agatha ambil sendiri saja. Sudah kaya tamu aja."

"Loh, kamu inikah memang tamu. Sudah sana, Sher. Tolong buatkan." Titahnya yang membuat Shergio langsung berjalan menuju dapur.

Kini hanyalah Agatha bersama budhe Ami, budhenya Shergio. Suasananya seketika menjadi serius karena memang budhe Ami yang tidak lepas menatap Agatha.

"Agatha !" Panggil budhe Ami membuat Agatha menatap wanita paruh baya di depannya.

"Iya budhe."

"Ada yang ingin budhe sampaikan sama Agatha. Tapi seharusnya yang menyampaikan adalah padhe Ibnu, tapi sayangnya padhe sedang keluar kota dan baru berangkat tadi pagi. Tapi besok pagi InsyaAllah sudah kembali."

"Ada apa budhe, kelihatannya begitu serius sekali?"

"Ya Agatha, ini memang serius."

"Ada apa budhe, coba tolong katakan."

Budhe Ami menghela nafasnya lalu berjalan mendekati Agatha. Duduk di samping Agatha sambil meraih tangan Agatha untuk digenggamnya.

"Begini, ada seorang ikhwan datang ke sini. Kedatangannya adalah untuk mengajak mu Ta'ruf. Bagaimana? Menurut budhe dan padhe kamu sudah sepantasnya memiliki imam, jadi biar kamu enggak sendirian lagi."

"Maaf budhe, kenapa ikhwan itu meminta Agatha untuk di ajaknya Ta'aruf? Sedangkan disini keponakan budhe adalah Shergio."

Budhe Ami tersenyum lalu mengelus punggung tangan Agatha. "Sayangnya ikhwan itu jatuh hati pada mu, Agatha. Bahkan mungkin kalian kenal."

"Siapa dia, budhe?"

"Dia Fahri, kamu kenal bukan?"

"Mas Fahri Ketua PSDM di kampus kita, Tha?" Sahut Shergio dengan membawa nampan berisi secangkir teh hangat.

Agatha diam mengingat, ia hanya tau nama saja. Sedangkan wajahnya tidak pernah lihat, bertemu pun tidak pernah.

"Aku hanya tau namanya saja, Sher. Lalu kenapa dia justru mengajak ku ta'aruf, apa dia mengenal ku? Kalau dia mengenal ku, dari mana dia tau aku?" Ujar Agatha dengan pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

"Tha, sebelumnya aku minta maaf. Mas Fahri kenal kamu dari aku.  Kamu memang belum pernah ketemu sama mas Fahri tapi justru mas Fahri tau dan sering memperhatikan kamu walau dari jauh. Mas Fahri tanya pada ku tentang kamu, dia ingin tau kamu lebih jauh bahkan dia ingin mendekati mu dengan cara yang diridhoi Allah. Jadi bagaimana, apa kamu terima niat baik mas Fahri?"

"Jadi bagaimana jawaban Agatha?" Tanya Budhe Ami yang menatap Agatha.

"Bisakah kasih aku waktu untuk jawab tawaran mas Fahri?" Ucap Agatha melemah.

Takdir Ku Memilih MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang