part 3.

106 15 4
                                    

"Ara ayo pulang!"

"Iya"

Ara dan nadya melangkahkan kakinya keluar gerbang SMA Harapan dengan langkah super cepat karna Nadya yang menarik tangan Ara, yang membuatnya mau tak mau pasrah tangannya di tarik oleh sahabatnya.

Ketika mereka dan beberapa murid lainnya sudah pulang, Alfa justru kebalikannya, entah ia yang bodoh atau memang temannya, karna yang jelas saat ini ia masih terjebak di kelasnya sambil menatap jengah kedua temannya yang sedang menunduk di kolong meja.

"Woy lo berdua kapan mau pulang? Gue capek nih nunggunya"

Alfa mendengus sebal karna bel sudah berbunyi lima belas menit yang lalu dan ia masih duduk manis dikursi kelasnya-kelas XI IPS 5-karna menunggu kedua temannya yang sedang melakukan ritual wajib mereka sehabis pulang sekolah.

"Entaran lah Al,gue bel--"

"Woy...ver...gue dapet pen nih dibangkunya si ipeh" Teriak Rizal yang membuat vero langsung berlari mendekati mejanya Ipeh.

"Mana-mana?"

"Nih ada tiga" sahut Rizal dengan tangan yang masih merogoh mejanya Ipeh .

"Alah...cuma tiga,itu mah dikit zal"

"Ye...kita juga harus bersyukur kali Ver" sahut Rizal tak mau kalah.

Alfa yang mulai jengah dengan sikap absurd kedua temannya yang suka mengutili pen dari bangku bangku pun melangkah kan kakinya keluar kelas.

"Mau kemana lo Al?"

"Ke bandara"

"Ngapain"

"Jemput sepupu"

"Oh oke-oke...hati hati broh"

Alfa langsung memasuki mobilnya menuju bandara. Mungkin sekitar setengah jam ia perjalanan ia sudah sampai di bandara.

"Kemana sih tu anak" gerutu alfa saat sudah sampai di ruang tunggu bandara.

Kepala alfa tak henti-hentinya menoleh kekanan dan kekiri unfuk mencari keberadaan sepupunya sambil menggerutu sebal karna tak kunjung menemukan batang hidung sepupunya itu.

"Mana sih...bikin susah orang aja!" Gerutu Alfa. Mungkin karna lelah meneliti seluruh penjuru bandara, ia memutuska untuk mendudukkan tubuhnya di bangku. Namun belum sempat ia mendudukkan tubuhnya, ia kembali menegakkn tubuhnya karna terlonjak kaget saat ada yang menepuk keras bahunya membuat Alfa mengumpat keras.

"Anjing ,bangsat tai lo"

Alfa langsung menatap horor pelakunya yang hanya menampilkan wajar datarnya seolah tidak melakukan apa apa.

"Anjir lo! kemana aja gue cariin ga ada?" Tanya Alfa pada sepupunya yang hanya menatap Alfa datar.

"Toilet" jawaban datar dari sepupunya itu seolah membuat alfa kurang puas.

"Ngapain aja lo disana sampe buat gue nunggu disini sampe ngoyot nih kaki."

Cowok yang dipanggil Alfa sepupu itu, hanya mengendikkan bahunya acuh sebelum berbalik meninggalkan "Biasa"

"Etdah...udah ditungguin lama malah ninggal,untuk sepupu."

Alfa segera menyusul memasuki mobil yang sudah diduduki sepupunya di kursi penumpang belakang Alfa. Ia mendengus keras.

"Ngapain lo duduk situ, lo kira gue sopir lo?" Tanya alfa percuma karna alih alih menjawab, sepupunya itu malah menutup matanya tak menggubris pertanyaan Alfa.

Tak dipedulikan akhirnya Alfa mengalah dan lebih memilih untuk melajukan lamborgini merahnya membelah jalanan Jakarta dengan kesunyian yang mengisi dua anak manusia itu.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih empat puluh lima menit, akhirnya mereka sampai di kediaman Hidayat-rumah keluarga Alfa.

"Masyaallah, Diaz...kamu udah sampe nak...sini bude peluk..." ujar seorang wanita paruh baya sambil merentangkan kedua tangannya bermaksud ingin memeluk cowok yang tadi di panggilnya dengan sebutan 'Diaz'.

Cowok itu hanya tersenyum tipis sambil membalas pelukan bude nya.

"Aduh...Diaz kamu tambah tinggi ya? tampan lagi, aduh...ponakkan bude ini ganteng banget sih..." Diaz hanya tersenyum tipis sambil membiarkan Ika-ibunya Alfa- mencubiti pipinya, ia hanya bisa pasrah pipinya menjadi sasaran rindu.

"Bunda, biasa aja dong. Alfa juga ganteng kok" tak mau kalah Alfa nimbrung bicara karna tak terima dengan ucapan bundanya barusan.

"Iya, iya kamu juga. Oh ya diaz besok kamu mulai sekolah disekolahnya Alfa ya, Kepindahan kamu udah bude urus kok. Kamu tenang aja!sekarang kamu istirahat di kamar sana"

Diaz menurut dan mulai menarik kopernya menuju kamar yang sudah disiapkan  untuknya, entah kenapa ia tak sabar menanti hari esok tiba, dan entah kenapa juga ia seperti merasa ingin segera bertemu dengan seseorang yang sangat dirindukannya, bukan bahkan sangat dirindukannya.

————————————————

Hai hai haiiiiiii.......gimana? Menarik nggak? Menarik aja lah biar saya seneng hehehe.

Jangan lupa ya, sempatin vote and komen nya biar saya tambah seneng.

Next part selanjutnya nggak??

MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang