part 17.

28 6 1
                                    

"Do you love me?"

Pertanyaan Ara tersebut sontak membuat Kay mendelik sangat kaget, bahkan bola matanya seperti ingin menggelinding keluar, bagaimana mungkin gadis yang ada didepannya ini bisa mengucapkannya dengan wajah sesantai itu? ia bahkan tak tentu bisa melakukannya.

Ara tampak menahan senyum yang hampir merekah sebab melihat wajah kaget Kay,namun ia sadar bahwa ini bukan saat nya untuk tersenyum lebar dan tertawa, alih-alih tersenyum lebar ia malah memasang wajah sesantai mungkin dan ia usahakan agar tak membatin.

Ara menaikkan dagunya tinggi "kenapa?"

Pertanyaan Ara itu membuat Kay segera tersadar dan segera merubah wajah kagetnya menjadi santai dan tenang, ia tak berniat untuk menjawab dan memilih untuk kembali menyantap makanannya. Ia bahkan tak menghiraukan Ara yang mencebikkan bibirnya kesal sambil sesekali kaki mungilnya itu menendang pelan kaki Kay.

Kay mencoba tak menghiraukan, bahkan ia merasa seolah tak menganggap bahwa sepasang kaki kini semakin menendang keras kakinya,cukup! Ia sudah tak tahan dan dengan cepat tangannya berkelit memegang kaki gadis didepannya sehingga membuatnya berjengkit kaget dan meringis karna kakinya terantuk meja.

"Aww" pekik Ara nyaring bahkan membuat beberapa pengunjung menghentikan sejenak aktivitas makan mereka, Ara meringis kecil kemudian menatap tajam Kay yang saat ini kembali mengunyah makanannya walaupun tangan satunya digunakan untuk memegang kakinya. Ara berusaha untuk melepaskan kakinya namun usahanya tak berhasil.

"Ihh lepasin dong kak!" Seru Ara pelan, namun Kay bergeming, ia tak melepaskan cekalannya membuat Ara terus menendangnya sambil mendesis marah, sedetik kemudian Kay melepaskan cekalannya membuat Ara bersungut sebal,kemudian menatap tajam Kay, merasa ada yang menatapnya membuat Kay mendongak dan mendapati Ara sedang menatapnya garang.

Ia menaikkan sebelah alisnya "apa?"

Mungkin jika kalian jadi Kay pasti sudah terlihat bahwa dikepala Ara sudah nampak dua tanduk yang menjulang gagahnya memberi tanda bahwa ia sedang-menahan-emosi.

"Wajah lo kenapa?" Pertanyaan bodoh sebenarnya karna sudah pasti bahwa Ara sedang marah.

Bahkan Kay dapat-samar samar-mendengar gigi Ara bergeletuk.

Ara membulatkan matanya "Hah! Emangnya wajah aku kenapa?" tanya Ara dengan raut wajah panik, namun sedetik kemudian raut wajahnya berganti menjadi malaikat pencabut nyawa yang membuat Kay meneguk kasar ludahnya,ia tau sedari tadi Ara terus mengumpatinya-di hati-membuat telinganya panas mendengarnya.

Kay terkekeh geli sambil memainkan garpunya, ia tak berani menatap mata tajam Ara.

Ara memajukan tubuhnya kedepan"Kenapa.pertanyaan.yang tadi.nggak.dijawab?" Bisik Ara penuh penekanan pada setiap kalimat.

Kay bergidik ngeri melihatnya dan memilih mengaduk aduk sisa makannya "pertanyaan yang mana sih ra? Gue nggak ngerti soalnya lo tadi banyak banget—"

"Kakak suka sama aku?" Ara memotong perkataan Kay membuat Kay menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, ya ia salah tingkah.

"Ngg,yang itu?hmm maybe"ujar kay ragu ragu. Ara bahkan menahan napasnya sejenak sambil mengalihkan pandangannya kesegala arah kecuali kearah Kay,ya,ia sekarang sedang salting,ia bahkan tak tau harus melakukan apa karna kay terus menatapnya sedari tadi.

"Kayaknya udah waktunya aku pulang. Jadi aku pulang dul—"

"Kenapa?"

"Hah?apanya?"

Kay tampak menghela napas beratnya sejenak,sebelum memulai untuk bicara dan menatap intens mata ara.

"Gue sayang sama lo" sahut Kay membuat ara menahan napas nya lagi,melihat hal itu kay nampak terkekeh geli dan tangannya terulur untuk mengacak mesra rambut Ara.

MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang