part 9.

55 10 0
                                    

Ara p.o.v

"Bwahahahahahaha"

Entah kenapa telingaku terasa panas kala mendengar tawa mengejek yang dikeluarkan oleh sahabatku, Nadya. Huh,untung masih bisa aku sebut sahabat.

"Ketawa aja terus"ucapku sinis sambil membolak balikkan halaman buku sejarahku dengan perasaan super dongkol.bener ya kata orang,sahabat itu gila,disaat kita jatuh dia selalu bantu,tapi nunggu kelar dulu ketawanya,seperti saat ini,nadya bisa tertawa sengakak ini karna aku baru saja menceritakan kejadian kemarin pada nadya,bukannya sedih malah ngakak kayak gini.

"Prepthh..hahaha iya iya gue berenti..hahahaha"ujar nadya yang katanya mau berenti,tapi apa buktinya?ia malah masih tertawa keras yang membuat teman kelasku menatap heran kearah ku dan nadya.

Aku mendengus keras karna sebal dengannya dan memilih keluar kelas saja.

"Eh,eh mau kemana lo?"

"Kantin,jangan ikut lo!"ujarku ketus yang langsung berjalan cepat agar nadya tak sempat melihatku melewati belokan koriodor perpustakaan.

Aku kembali menengok kebelakang,untuk memastikan nadya tak mengikutiku,dan sedetik kemudian aku bernapas lega karna nadya tak mengikuti sampai sejauh ini.

Aku kembali memandang kedepan,bahkan aku tak menyadari bahwa kakiku sudah melenceng kesamping yang membuat dahiku langsung berciuman dengan tembok perpustakaan.

dug.

"Awwsshh,"ringisku sambil memegangi dahiku yang benjol dengan menekannya pelan.

"Aduh...benjol pasti!"

Aku terus menekan dahi sebelum sebuah tangan terulur untuk menurunkan tanganku,aku langsung menatap pemilik tangan itu yang membuatku mengeryitkan dahi bingung.

"Jangan ditekan terus,nanti merah"ujar pemilik tangan itu yang kulihat dari name tag namanya bernama revano kayden.d,hm,nama yang langka.

"Kakak siapa?"tanyaku ragu.

"Lo nggak kenal gue?"tanyanya seolah tak percaya dengan apa yang kutanyakan tadi.

Aku menggeleng pelan,karna aku benar benar tak tau siapa dia?pernah liat aja ga pernah!

Kulihat ia mengelah napas pendek sebelum berbicara.

"Lo akan tau nanti"

Ia langsung berlalu pergi dengan gaya cool,oh..ya allah dia keren banget...

Aku mengibaskan tanganku ke udara untuk menghalau pemikiran luar batas ku tentang cowok yang bernama Revano kayden.aku langsung bergegas menuju perpustakaan untuk melihat lihat buku yang menurutku itu menarik.

Aku berjalan mendekati lorong buku fiksi,aku melihat lihat buku nya sekilas sebelum mataku tefokus pada satu objek,aku mendekati objek itu yang membuatku menahan napasku kala aku mulai dekat dengannya.

Aku tau siapa cowok yang sedang tertidur di bangku panjang itu dengan kaki yang ditekuk satu dan tangan yang diletakkan di atas hidung untuk menutupi matanya,sambil sebuah earphone yang melekat di kedua siai telinganya,dia diaz.

Aku sedikit membungkuk untuk memastikan bahwa ia benar-benar sedang tidur,aku terus meneliti setiap lekuk wajahnya,sungguh maha karya ciptaan tuhan yang indah.

Aku sempat menahan napasku kala melihat ada sebuah rubik disisi kanannya,entah kenapa tanganku terulur untuk mengambil benda penuh warna itu.

Aku duduk di bangku depan diaz,tanganku memutar bagian pada rubik itu,aku menghela napas berat.huh,sudah lama sekali aku tak bermain dengan benda ini.

Aku terus memainkannya walaupun aku sudah lupa bagaimana cara menyusunnya agar menjadi satu warna,mungkin karna aku terlalu keras membolak balikkan rubik itu hingga tanpa kusadari,cowok yang tidur didepanku terbangun dan langsung terduduk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Aku masih fokus menyusun rubik agar menjadi satu warna sehingga aku tak menyadari sepasang mata sedang menatapku dengan senyum tipis yang menghiasi wajah tampannya.

"Huh,gimana sih?"gerutuku pelan,yang semakin membuat cowok itu tersenyum geli.

"Bukan gitu polanya"

Sebuah suara mengagetkanku yang membuatku langsung menatap kedepan,membuat mataku langsung bersitubruk dengan mata tajam miliknya.

Ia masih tersenyum geli karna melihat ekspresi kagetku yang seperti orang mencuri barang,tapi lain denganku karna aku tak mencuri,aku meminjam tapi belum ijin aja,hehe

"Bukan gitu polanya,kalo lo gitu terus mana bisa jadi?"ujarnya sambil terkekeh geli.

Aku memalingkan wajahku ke samping,karna semburat merah sudah tercetak jelas di kedua pipiku.

Diaz masih terkekeh geli karna tingkahku barusan dan sedetik kemudian ia mengangkat daguku dengan telunjuknya agar menatap wajahnya,ya allah jaraknya deket banget ini.

Entah kenapa hatiku menghangat kala melihat senyumannya yang sudah sekitar empat tahun lebih aku tak pernah melihatnya,bahkan aku menahan napasku sejenak.

Ia terkekeh geli lagi."napas ra"
Aku menuruti perkataannya yang membuatnya terkekeh geli sambil menjauhkan wajahnya dari depan wajahku.

"Mau gue ajari lagi"

Aku mengangguk pelan yang membuat sebuah senyum hangat terbit diwajah tampannya.

"Jadi tangan lo harusnya taroh disini,terus, ba bi bu bla bla"ujarnya panjang lebar yang tak ku dengarkan karna mataku terpusat pada satu titik saja,yaitu cara menerangkannya yang tak banyak berubah walaupun sudah amat lama,tanpa kusadari sebuah senyum tipis terbesit di wajahku yang membuat diaz mengalihkan pandangannya dari rubik.

Mata kami saling mengunci satu sama lain seolah sedang membicarakan keluh kesah yang ada dihati.aku terus menatapnya dan tanpa sadar sebuah kalimat terucap begitu saja dari bibirku.

"Aku kangen kak diaz"

Yeyy,akhirnya selesai juga.
Jangan lupa vote and komen ya.

Next??

MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang