Sudah seminggu Giska bersekolah di SMA Harapan. Dan selama itu juga ia tak pernah lagi bertemu dengan Diaz. Entah kenapa ia selalu mengkhawatirkan kondisi cowok bermata tajam itu, apakah ia melakukannya lagi? Entahlah ia selalu berharap bisa menemuinya lagi walaupun itu hanya sesaat. Seperti saat ini ia menatap seluruh penjuru kantin berharap ia bisa bertemu dengannya walaupun ia tau tak akan pernah menemukan Diaz dikantin.
Giska tak menyadari bahwa perubahan sikap Giska ini tak luput dari pandangan Ara, bahkan diam diam ia selalu menatap Giska dengan pandangan heran.
"Gis lo kenapa sih?" Bukan Ara yang menanyakannya, melainkan Nadya. Giska mengalihkan pandangannya sesaat pada Nadya " enggak pa-pa kok"
Nadya memicingkan matanya menatap Giska seolah tak percaya. "Beneran?"
"Iya, Nadya ku..." ujar Giska gemas seraya tangannya bergerak lincah mencubit pipi chubby nya membuat Nadya mendengus sebal.
"Ihh, lepasin Giska" Giska segera melepaskannya, kemudian pandangannya teralihkan pada Ara yang terus menatapnya, ia tersenyum sejenak. "Kamu kenapa Ra? Kok natapnya gitu banget ke aku?"
Ara segera menggelengkan kepalanya "nggak kok, gue nggak papa, oh ya Gis anterin gue ke kamar mandi bentar yuk" Giska mengerutkan dahinya sebelum menjawabnya dengan anggukan.
Baru saja Ara dan Giska akan berdiri dari duduknya Nadya mencegahnya "eh, eh terus gue sendiri dong disininya?"
"Nggak lah, kan ada banyak orang di kantin ini Nadya" Nadya mendengus sebal mendapati Giska yang mengejeknya "yaudah sana sana pergi, tinggalin aja gue sendiri disini, biar nanti gue ditemenin sama Alfa aja, huh, udah sana pergi hus hus"
Ara dan Giska terkekeh geli sebelum mereka melangkahkan kakinya pergi menuju toilet.
"Giska" panggil Ara, saat ini mereka berdua sedang menuju toilet sesuai permintaan Ara, Giska menolehkan kepalanya ke arah Ara.
"Iya, ada apa?" Ara menggelengkan kepalanya, sebenarnya ia ragu ingin menanyakan ini pada Giska atau tidak, tapi ia sendiri bahkan tak tahan jika tak menanyakannya secara langsung pada Giska.
"Emm, gimana ya? Jadi gini, gue cuma mau tanya aja sama lo sebenernya ada hubungan apa ya lo sama kak Diaz?" Giska secara tiba tiba menghentikan langkahnya, yang secara otomatis membuat Ara melakukan hal yang sama.
Ia menatap Giska dari samping, ia bingung kenapa Giska tidak menatapnya dan malah menggerakkan kepalanya seperti sedang mencari sesuatu. Ia mencoba menyentuh lengan Giska sebelum Giska memutuskan untuk berlari. Ara yang kaget dengan perlakuan Giska yang secara tiba tiba itu mengerutkan keningnya dan memilih mengejar Giska, ia menjajarkan langkahnya dan segera meraih lengan Giska.
Giska yang kaget dengan perlakuan Ara barusan sengaja menghentikan langkahnya, ia menatap Ara heran. "Ada apa ra?"
Ara menatap Giska tajam "harusnya gue yang tanya kayak gitu ke elo. Lo kenapa?"
Giska mengerutkan dahinya " aku nggak kenapa napa kok"
"Lo bilang nggak kenapa napa terus kenapa lo lari kayak tadi ngehindarin gue?" Bentak Ara membuat Giska segera menyentuh kedua pundak Ara.
"Aku nggak papa Ra. Kamu salah pa—"
"Sebenernya kenapa lo lari tadi?" Tanya Ara gemas. Giska kembali memutar otaknya mencoba mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya.
"Tadi..."
"Kenapa, lo mau—"
"Tadi aku ngejar kak Ardiaz"
Lemas, Ara menatap Giska tajam "maksud lo? emangnya kak Diaz kenapa? Kok lo sampe ngejar dia gitu?"
Giska bingung ingin menjawab apa sehingga ia memilih diam membuat Ara gemas di buatnya "kenapa Gis, jawab dong"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe
Teen Fiction"Sampai kapan kau akan melupakannya?" "Entahlah" "Mungkin selamanya..." ****** Kesepian yang sesungguhnya adalah ketika kau hidup ditengah orang-orang yang menyuruhmu untuk berpura-pura.