"Hoee,kak pelan pelan aja napa?"ara terus saja menggerutu selama perjalanan pulangnya.Saat ini ia sedang diantar pulang oleh diaz dengan motornya,bukan tanpa alasan ara menggerutu,karna diaz membawa motornya saja melebihi batas normal dan jadilah ara menggerutu dengan tangan yang memeluk erat pinggang diaz.Ia tak sadar bahwa diam diam diaz tersenyum tipis dibalik helm full face nya,dan soal ngebut,diaz memang sengaja membawa motornya dengan kecepatan diatas rata rata.Baginya itu kesenangan tersendiri baginya.
"Udah"ujar diaz datar.
Ara mendongakkan wajahnya dan ia baru sadar bahwa ia sudah sampai didepan rumahnya.Sedetik kemudian ia sudah turun dari jok belakang.
Ia berdehem sesaat"Makas--"kalimat ara mengambang di udara karna melihat diaz sudah menjalankan motornya dan berlalu.
Ara menghela napas panjangnya sebelum mengayunkan kakinya masuk kedalam rumah,mungkin tidur adalah pilihan yang bagus,pikirnya.
***"Hai,kak"sapa ara menuruni tangga dengan penampilan jauh dari kata rapi.
Ia langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi yang terletak disamping revan.Revan memperhatikan penampilan ara dengan mulut penuh dengan roti,merasa ada yang memperhatikannya ia kemudian beralih menatap revan tajam.
Ia kemudian menaikkan sebelah alisnya"apa lo?"tanya ara ketus.
Revan tampak mengendikkan bahunya acuh,ia masih fokus mengunyah makannya dengan mata yang tak lepas dari ponsel, ketimbang meladeni ara yang sekarang masih setia menatapnya tajam.
"Lo ngapa sih liatin gue terus?"tanya revan
Ara hanya mengendikkan bahu acuh sambil melahap roti yang masih tersisa.
"Mama papa mana?"tanya nya.
"Nggak tau,papa belom pulang,terussss mama palingan nonton tipi"ujar revan tak acuh,ia masih saja setia dengan ponselnya.
Ara berdiri dari posisi duduknya untuk mengambil minum sebelum sebuah suara membuatnya terlonjak kaget.
"ARAA"teriak mama ara yang baru saja datang berlari dengan tangan kanan yang memegang ponsel.
Ara menaikkan dagunya"kenapa sih ma?"bahkn ara mengurungkan niatnya untuk berdiri dari duduknya,padahal tadi ia sedang ingin minum.
"Cepet,sekarang kamu kemasi semua pakaian kamu dan--"
"Ehh,mama apa apaan sih!mama mau ngusir ara?terus nanti ara tidurnya gimana?ihh kok mama jahat banget sih?kak,bujuk mama dong"
ara hampir saja menangis ditempat karna ucapan mamanya barusan,bahkan matanya sudah berkaca kaca,ia takkan terima kalau sampai ia disuruh keluar rumah dan menjadi gelandangan,sungguh ia takkan ridho.
Aritha-mamanya ara tampak menahan tawanya agar tak meledak,ia kemudian berdehem sejenak.
"Bukan gitu sayang.maksud mama cepet kamu kemasi pakaian kamu karna sebentar lagi revan bakal anterin kamu ke rumah oma!bukannya mau usir kamu"ia kemudian terkekeh geli.
Ara tampak mengerucutkan bibirnya sebelum beranjak untuk memeluk mamanya dan menangis si bahunya.
"Ihh,aku kirain mama beneran mau usir ara"katanya sambil terisak.
"Emangnya ngapain sih aku harus kerumah oma?"tanyanya.
"Apalagi kalo bukan kangen ra!"ujar revan sambil beranjak pergi menuju kamarnya.
Aritha mengangguk membuat ara segera melepaskan diri dari dekapan aritha.
"Yaudah,sana cepet pasti oma udah nungguin kamu!lagian besokkan libur,jadi kamu nginep aja disana?oke?"ucap aritha.
Ara mengangguk dan kemudian ia berlalu menuju kamarnya,tak ada salahnya kan ia nginap di rumahnya oma?lagian ia juga sudah sekitar empat bulan tak datang kesana,jadi maklum saja kalau omanya itu sudah kangen berat dengannya,secara ara adalah cucu kesayangannya,iya kan?
***
Ara membuka pintu mobil cukup keras,mungkin saking semangatnya ingin bertemu dengan oma nya."OMA"teriak ara sambil merentangkan kedua tangannya bermaksud ingin memeluk.Siti—omanya ara menerima saja dirinya dipeluk,toh ia juga merindukan cucunya itu.
Setelah sekian lama berpelukan mereka melepaskan diri,senyum bahagia terukir manis di wajah keduanya mengabaikan revan yang tengah sibuk mengangkat koper ara.ia bahkan heran padahal hanya dua hari saja,tapi adiknya itu sangat lebay hingga ia membawa koper'katanya barang barang perempuan itu banyak'alah itu mah cuma alibi pikirnya.
Ia berdehem cukup keras membuat dua orang yang sedang merindu itu terganggu.
"Koper lo mau taroh mana?"ujar revan.
Siti yang melihat ada revan langsung berlari memeluk erat lelaki itu,mengabaikan ekspresi kaget dari revan.
"Weladalah,ada revan juga toh"
Ara terkekeh geli melihat tingkah oma dan kakanya itu,ia kemudian mengangkat sendiri kopernya menuju lantai dua rumah bergaya minimalis namun tradisional.Ia meletakkan kopernya begitu saja sedangkan ia membaringkan tubuh lelahnya di kasur,matanya tak henti menjelajahi setiap sudut kamar nya dulu.
Ara menutup sejenak matanya sebelum suara gitar membuatnya terbangun,ia kemudian beranjak menuju balkon berniat ingin melihat siapa pelaku yang sudah memainkan gitar disaat malam hari saat ini.
Ia menoleh kesamping,tepatnya ke arah orang yang sedang memangku gitarnya,ara membelalak kaget kemudian senyum manis tercetak jelas diwajah cantikknya,ternyata dunia sesempit ini ya,pikir ara.Dan sedetik kemudian bibirnya tak tahan untuk tidak menyuarakan nama orang tersebut.
"Kak kay"
Hehe akhirnya selesai.
Ditunggu vomment nya ya?Semoga semua sukaaaaaaa
Next??

KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe
Jugendliteratur"Sampai kapan kau akan melupakannya?" "Entahlah" "Mungkin selamanya..." ****** Kesepian yang sesungguhnya adalah ketika kau hidup ditengah orang-orang yang menyuruhmu untuk berpura-pura.