Chapter 1

5.1K 239 45
                                    

"Efan! Efan!" teriak seseorang diluar kamarnya. Ganggu amat orang mau tidur juga, batinnya dan berjalan membuka pintu. Rupanya yang berteriak tadi adalah kakaknya, Stefanny.

"Kenapa sih kak? Ganggu orang aja," protesnya.

Stefanny yang biasa di panggil Fanny hanya melihat adiknya."Di panggil nenek tu, gak tau kenapa. Turun sana," kata Fanny dan kembali kekamarnya yang tepat disebelah kamar adiknya.

Kenapa lagi ni nenek?, pikir Efan. Efan menuruni tangga dengan berat hati, seharusnya di hari minggu ini dia harus bisa menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya yaitu tempat tidurnya. Dilihatnya neneknya yang sudah rapi dengan baju polkadot. Ya ampun, nenek gue kenapa? tanyanya dalam hati.

"Nek, kenapa pakai baju polkadot sih?!" tanya Efan.

Selvi menoleh ke cucunya dan tersenyum,"Eh cucuku, kok kamu belum siap? Kamu baru bangun tidur ya? Kan nenek udah bilang sama Fanny suruh kamu ngantar nenek"

"Emangnya mau kemana sih?" tanya Efan penasaran.

Selvi hanya mengerlingkan matanya,"Kamu mandi dulu, baru nenek kasih tau"

Walaupun Selvi sudah tua, tapi dia tetap berjiwa muda. Dia itu nenek-nenek gaul, dia ketua di komunitas 'NeNeGa' yaitu 'Nenek-Nenek Gaul'.

"Yaudah deh, aku mandi dulu," izin Evan menuju kamar mandi.

☆☆☆

Efan menuruni tangga, dia menggunakan kaos lengan pendek, dan celana jeans, dia terlihat lebih tampan selesai mandi,"Nek, jadi gak perginya?" tanya Efan sambil duduk dihadapan neneknya.

"Yaudah, yuk pergi," ujar Selvi sambil berdiri dan Efan yang baru duduk akhirnya berdiri. Bagus tadi gak usah duduk, makinya dalam hati.

Efan mengendarai mobil dan disebelahnya ada neneknya yang sibuk dengan smartphone,"Nek, emangnya mau kemana sih?"

"Ya ampun Fan, jangan nanya deh. Kita bakal breakfast di cafe dekat rumah tante Yeti"

Efan sedikit kesal karena neneknya main rahasia-rahasiaan. Tapi walaupun begitu Efan tetap aja mau ngantar neneknya. Tiba di kafe tersebut, Selvi langsung turun dan menyuruh Efan cepat untuk turun.

Mereka berdua duduk, dan memesan makanan. Beberapa menit kemudian ada cowok yang berumur 20an, cocok sebagai seorang kakak bagi Efan yang berumur 16 tahun. Siapa lagi ni cowok?, pikir Efan.

"Hei sayang," ujar Selvi dan cipika-cipiki dengan cowok itu.

Efan hanya memasang wajah melong, Jangan bilang ini pacar nenek gue?, pikirnya. Dan rupanya itu benar, Selvi memperkenalkan cowok itu kepada Efan cucunya, dan Efan hanya diam tanpa menyahut.

"Fan, ini pacar nenek, namanya Rio" ujar Selvi."Salam dong, kok kamu diam aja?"

Efan bersalaman dan langsung melepaskan jabattan tangan tersebut, mereka bertiga duduk, dan Efan hanya diam dan menyedu kopinya yang barusan datang. Efan melihat neneknya dan brondongnya tertawa, tapi Efan merasa aneh.

"Lo serius sama nenek gue?" celetuk Efan dan langsung dicubit pinggangnya oleh neneknya,"Apa sih nek?"

"Kamu gak boleh ngomong gitu," nasehat Selvi,"Maaf ya Rio, cucuku emang kayak gini"

"Ya elah nek. Nek mana tau, dia mau pacaran sama nenek cuman karena harta doang, yah umur nenek gak panjang, terus hartanya diambil sama ni orang, dia sama aja ngedoain nenek," sindir Efan.

Muka Rio menjadi merah dia menahan malu, marah, kesal, dan sebagainya. Memang benar, Rio hanya menginginkan harta Selvi doang, Sial ni anak, umpat Rio dalam hati.

Single? WolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang