Chapter 6

2.1K 144 20
                                    

 Stefan

Gue tidak berjalan ceria lagi dikoridor, gue berjalan dengan muka ditekuk. Bagi gue ini adalah hari yang sial, pertama gue dibangunkan dengan cara tidak wajar oleh kak Fanny, dia menggosok-gosok tangannya ke ketiaknya dan memberikan tangan--yang sudah sama baunya dengan ketiak--ke hidung gue, kak Fanny benar-benar mengerikan sebagai cewek.

Kedua, my honey swetie mogok ditengah jalan, tenang dia bukan orang atau apapun, dia hanya motor kesayangan gue dan tadi mogok! Gue gak ngerti apa yang dipikirkan motor satu ini, apa dia bosan gak pernah membonceng seorang perempuan?! Dan jok belakang selalu diduduki laki-laki? Gara-gara itu gue harus mendorongnya sampai sekolah, ketampanan gue berkurang satu.

Ketiga, dicdepan pagar gue bertemu dengan Winda, cewek yang selalu ingin gue hindari tapi selalu bertemu dimanapun, mungkin jika gue sudah menikah dengan siapa saja, gue yakin dia bakal calon jadi pembantu dan menggoda majikannya. Lupakan soal itu, sekarang Winda memeluk lengan gue, dan menatap semua orang jika berani tersenyum kepada gue.

"Winda, bisa gak lepasin tangan gue? Tangan gue kesemuttan"

Dia malah memperkuatnya, lama-lama tangan gue bakal rapuh. Maka gue menyerah mengurus cewek satu ini, jika gue menegurnya lagi, mungkin dia bakal menggenggam tangan gue lebih-lebih dan lebih kuat!

Tiba dikelas, Winda melepaskan tangan gue, karena dia ingin meletakkan tasnya dan pergi ke bangkunya. Dan ini kesempatan Stefan si cowok yang dikekang daritadi sama psikopat untuk kabur dan gue segera pergi menuju bangku gue.

Gue meletakkan pantat indah gue di bangku tersebut, dan melihat kearah Reido,"Do, minjam pr dong"

Reido diam, dia meletakkan mukanya kemeja dari tadi, tidak bergeming. Jangan-jangan dia sudah mati?!

"DO! DO!" ujar gue sambil mengguncang-guncang tubuhnya.

Dia mendongakkan kepalanya kearah gue, dia hidup teman-teman. Dia hidup. Tapi mukanya sangat-sangat menyedihkan!

"Kenapa Do?"

"GUE PUTUS, FAN! PUTUS! DIPUTUSIN! BUKAN MUTUSIN!" pekiknya didepan muka gue.

"Harga diri lo men, diputusin"

"Gue gak terima! Padahal gue udah beri dia apapun yang dia mau, dari tas, sepatu, baju, dan pulsa sekalipun gue beliin. Tapi dia malah mutusin gue, hanya gara-gara gue gak mau beliin dia apapun, lo tau kan, gue beliin pakai duit bokap? Kalau gue minta ma bokap terus, bisa diusir gue dan tidur dijalanan," katanya panjang lebar.

Jadi kalian tau kan? REIDO ITU COWOK BEGO, YANG DIMANFAATIN SAMA CEWEK, TERUS PAS DIPUTUSIN, REIDO BAKAL MINTA BALIKAN! GUE YAKIN ITU.

Maaf gue kehilangan arah, makanya gue marah-marah tadi.

"Jadi lo mau ngapain?"

"Gue bakal ngajak dia balikan!" kata Reido penuh semangat.

Kan? Betul kata gue, dia bakal ngajak balikan.

"Terserah lo deh," ujar gue pasrah dengan kebegoan Reido

"Lo emang ngedukung gue, sob," kata Reido.

Gue baru tau, Reido emang bego banget.

***

Gue dan Reido berjalan berdampingan menuju kantin, dan bukan cuman Reido saja disamping gue, lo tau siapa yang selalu bergelantungan ditangan gue? Ya my monkey, yang bernama Winda--tolong jangan bilang ke Winda, nanti gue dimutilasi. Gue sebenarnya udah pernah ngusir si Winda, dengan berbagai macam, dari usir cantik sampai usir galak, gak ampuh, men!

Single? WolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang