Gue gak tau ada cewek serakus seperti sepupunya Reido, dan menuduh gue yang nggak-nggak. Benar-benar keterlaluan. Gue merasa kalah telak bersama Clara atau si anak kecil tersebut, bisa-bisanya dia membuat gue kehilangan beberapa uang di dompet gue yang mulai menipis.
“Assalamualaikum”
Gue masuk ke dalam rumah yang di sambut oleh nenek. Ngomong-ngomong soal nenek gue ini rada mainstream, seperti yang pernah terjadi dia makai baju polkadot, benar-benar membuat gue pusing dengan tingkah lakunya.
“Walaikumsallam,” sahutnya.
Nenek menggunakan celemek pink dan brenda-renda, tidak cocok untuk seorang nenek-nenek. Gue serius! Benar-benar membuat gue pusing, tapi jika ada nenek hidup gue lebih sedikit bewarna karena di otak gue memikirkan, kenapa ada nenek seperti nenek gue?
“Nek, itu dari siapa?” tanya gue yang duduk di sofa sambil menonton film.
Nenek ikut-ikuttan duduk di samping gue,”Ini? Hmm, dari siapa ya?” tanyanya seperti anak ABG.
Inilah yang membuat gue malas ketika bertanya dengan nenek gue, dia selalu bertingkah imut jika ditanya,”Ya udah, Efan mau ke kamar”
“Gak-gak, ini dari Fanny. Katanya nenek tampak muda jika makai celemek seperti ini,” ujar nenek sambil berputar-putar. Semoga aja gak pusing dan pingsan.
“Jangan mutar mulu, yaudah Efan ke atas,” pamit gue.
Kenapa kak Fanny memberi nenek celemek seperti itu? Jika sepupu Reido datang kesini mungkin dia akan menambah julukkan buat nenek gue yaitu ‘Nenek Celemek Pink Brenda’. Eh? Tapi kenapa gue mikirin anak kecil tersebut? Ah paling karena gue ke ingat dia aja.
Gue membuka pintu kamar dan langsung merebakan badan gue di kasur yang empuk ini—gak peduli masih pakai baju sekolah—gue mengambil hp yang ada di kantong, mengecek apa ada pemberitahuan di FB atau Twitter, rupanya ada dan yang membuat gue lemes kembali adalah itu dari Winda semua. Cewek ini tidak pantang menyerah, coba dia begitu di pelajaran gue yakin udah juara aja tu anak. Tapi sayang, dia gak bakal juara di hati gue.
Sebenarnya gue berminat kok pada cewek, hanya saja belum ada yang cocok buat gue.
Mungkin lo pada bilang gue ‘sok’ banget ya? Tapi beneran, gue orangnya pemilih dalam hal begituan, hanya ingin cinta yang murni gak palsu. Sok bijak banget.
Tapi masa bodoh deh, yang penting gue jalani aja hidup ini dulu. Ada waktunya gue menjalin cinta, cielah.
***
“Stefan! Makan Malam!” teriak kak Fanny dari luar.
Gue buru-buru mengganti pakaian sekolah menjadi pakaian rumah, kenapa gue buru-buru? Karena kalau gak buru-buru makanan tersebut bakal di makan sama kak Fanny, dia cewek rakus sama seperti anak kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single? Woles
Teen Fiction"Gue putus," ujar Rani teman Clara sambil nangis bombay. "Terus kenapa? Lo nangis karena masih sayang atau sedih?" tanya Clara gak peduli "Gue takut jomblo." "HAAAHHH?!" Clara Floarea, cewek yang selalu ceria, tapi gak suka kebisingan. Tapi ketika...