UPDATE LAGI NIH!!!
SEMOGA SUKA YA! MAAF TADI PENDEK, MAKANYA AKU KASIH LANGSUNG CHAPTER 10!
INI ADA STEFAN MENGAGUMI CLARA LOH
PENASARAN? AYO BACA!
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA! OH IYA, DENGERIN LAGUNYA UNTUK MENEMANIMU MEMBACA CERITA INI!
***
Stefan
Sepanjang pelajaran gue hanya mendengarkan keluhan atau lebih tepatnya tangisan Reido. Dia curhat bahwa sekarang di benci Clara karena membuat semua orang tau wajah Clara ketika tidur, dan Reido di dorong oleh Clara, jadi intinya Reido sedang frustasi karena sepupunya itu
“GUE GAK TAU KALAU CLARA MARAH SAMA GUE,” ujar Reido dari pelajaran pertama sampai sekarang itu-itu aja di omonginnya.”Padahal selama ini gue baik sama dia, kami pernah mandi bersama,” ucapan itu membuat mata gue membulat,”waktu kecil sih. Sekarang kan gak boleh.” EMANG GAK BOLEH!
Reido ini cowok yang terbuat dari apa? Ingin mandi sama sepupunya lagi padahal mereka udah berumur 15! Padahal gue 16, kenapa Reido 15? Kecepattan masuk ni anak, cerdik banget.
“Lo punya sister complex? No, bukan sister complex, cousin complex ya?”
Reido menginjak kaki gue dengan keras. Dan gue yakin dia bukan sister complex atau cousin complex, hanya di antara itu. Reido masih menyalahkan dirinya atas peristiwa yang di alaminya, benar-benar membuat gue pusing, jadi gue memutuskan untuk fokus belajar. Gini-gini gue harus belajar dong, masa gue gak belajar, yah ini karena pak Andre udah melotottin gue dan Reido.
Gue melihat penghapus papan tulis melayang ke arah gue dan mengenai kepala Reido yang dari tadi ribut masalah Clara, dia melihat pak Andre yang garang, buru-buru Reido mengembalikkan penghapus dan pak Andre menjitaknya.
Kasian sekali sepupu Clara ini.
***
Bel istirahat berbunyi, gue meletakkan barang-barang gue dengan rapi, ketika semua sudah selesai, Reido menarik gue dan semua orang menatap kami. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan!
Tiba di kelas 10, gue yakin Reido nyari Clara dan bener dia menanyakan kepada adik kelas yang sekelas dengan Clara, adik kelas itu bilang bahwa Clara sudah duluan keluar. Reido balik dengan tatapan nanar.”Dia membenci gue sekarang”
Dengan berjalan lung lai di koridor membuat gue kasian kepadanya.”Gimana kalau hari ini gue traktir di kantin?”
Mukanya berubah ceria ketika mendengar kata ‘traktir’, gratissan aja taunya.”OKEE!”
Tiba di kantin, anak-anak yang kemarin memanggil kami untuk duduk bersama mereka. Gue dan Reido duduk disana dan di kelilingi oleh cewek-cewek atau lebih tepatnya cabe-cabean sekolah kali ya?
“Fan, kok klub siaran gak nyiar lagi ya?” tanya Reido.
Bilang aja lo kangen sama Clara! Tumben banget nanya begituan. Gue hanya membalas dengan mengangkat bahu, yah gue kan gak tau? Gue memakan semua makanan yang gue pesan, dan untung saja Reido tidak mood jadi makanannya sedikit. Kalau banyak tekor bandar.
“Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh! Gue Clara Floarea dari klub siaran kembali lagi menemani kalian. Klub siaran kali ini mendapat sebuah kertas di kotak curhat, yah tentu saja isinya tentang curhattan bukan?
“Gue bacaain ya suratnya :’Gue lagi suka sama seseorang, tapi sayangnya dia bad boy. Mungkin ini kayak kisah di novel ya? Tapi gue beneran suka sama dia, gue mau nembak dia, tapi takut di kata-katain sama gebetan gue. Mungkin dia bakal nolak gue terus gue di maki-maki gak sadar diri. Tapi jika dia terima, teman-teman gue bakal ngata-ngatain gue kok mau pacaran sama dia dan sebagainya? Jadi gue harus gimana? Tolong kasih saran’”
Ini seperti drama! Kalau saran dari Stefan Lucian adalah gue gak pernah ngalamin itu, jadi gak tau mau kasih saran apa, lo kira gue ahli dalam bidang cinta? Sama sekali gak!
“Buat kamu yang ngirim surat ini, saran dari anggota klub siaran adalah nembak saja, jika kamu di tolak mungkin dia bukan jodoh kamu. Tapi jika kamu di terima, dan temanmu pada komentar, emang mereka tau sifat gebetan kamu yang asli? Kamu menyukai gebetan kamu karena kamu sering memperhatikannya bukan? Kamu menyukainya, kamu memperhatikannya, dan kamu tau sifat asli dia.”
Kayaknya pendapat gue tentang anak kecil ini tentang kejelekkannya hilang sedikit, ketika dia mengucapkan itu suaranya lembut. Oh man, apa yang lo pikirkan?!
“Ketika pacaran memang banyak liku-likunya, tapi ini kan cuman cinta monyet? Jangan terlalu serius, belum tentu dia jodoh kamu. Ajak santai aja ketika pacaran, terserah orang mau bilang apa, ini hubungan kita. Anggap saja begitu.”
Bijak banget ya. Tapi gue setuju dengan dia. Gue gak yakin itu kata-kata dari dia, mana tau colong. Gue melihat Reido, mata Reido berbinar-binar, mungkin dia berpikir bahwa sepupunya benar-benar bijak.
Terdengar suara cowok yang mengambil alih.”Mungkin kami sok bijak ya? Iya gak, Ra?”
Ah suara Ditya.”Kami memang gak mengerti cinta atau apapun itu, tapi kami pernah merasakan itu. Diam-diam menyukai seseorang, ketika ingin menembaknya, kita menjadi gugup, tapi ketika sudah di terima, ada sesuatu yang aneh dalam diri kita, perasaan yang campur aduk. Ketika menjalani, ada sedikit rasa cemburu, mungkin tidak sedikit, karena dia milik kita, siapa yang ingin melihat pasangan kita berjalan dengan lawan jenis lainnya? Kadang terjadi ke salah pahaman atau sebagainya. Tapi itu lah pacaran, tidak mungkin mulus-mulus saja.
Gue? Gue pernah menyukai seseorang, tapi itu di dalam mimpi gue serius. Di mimpi itu gue memiliki seseorang yang tidak ingin gue lepaskan sekalipun. Tapi gue lupa gimana mukanya, gue juga udah beberapa kali memimpikannya. Mimpinya itu seperti gue gak ingat.
“Buat kamu, coba aja tembak, jika di tolak seperti yang di bilang Clara, dia bukan jodoh kamu. Cowok gak akan sejahat itu ngegatai-ngatain kamu.
Benar, gue gak ngata-ngatain Winda kan? Cuman dalam hati doang kok. Lo kira gue berani ngata-ngatain dia di hadapan dia? Di mutilasi iya!
“BERUSAHALAH SEKUAT TENAGA! KAMI DARI KLUB SIARAN MENDUKUNG KAMU!”
Itu teriakkan bukan 2 orang atau 1 orang, tapi seluruh anggota klub. Kayaknya klub yang menyenangkan, kayaknya ya.
“Oke gue Clara dan kak Ditya mengundur diri. Dan kalian mau curhat, silakan masukkan surat ke kotak curhat di depan klub siaran! Terimakasih sudah mau mendengarkan siaran kami yang gaje ini, untuk menemani istirahat, kami memutarkan lagu dari Tulus – Mengagumi dari Jauh, semoga menikmati!”
Siaran mereka di ganti dengan alunan lagu yang membuat suasana di kantin ini beda, sedikit senyap karena ada yang mengikuti alunan lagu. Gue mendengar cewek-cewek ingin menembak gebetannya, tapi ada yang masih ragu.
Gue? Gue gak punya gebetannya.
“GUE BAKAL MINTA MAAF KE CLARA!” teriak Reido sambil berdiri.
Reido benar-benar bego ya? Dia kan bakal pulang sama! Kenapa gak di mobil aja. Gue menyusul Reido yang udah duluan pergi dari sini. Tiba-tiba ada yang memegang baju gue. Sekarang apa lagi?!
Gue menoleh dan Winda yang memegang baju gue. Crap! Kayaknya saran klub siaran membuat Winda akan mengatakan cintanya ke gue!
“Ada apa, Win?” tanya gue.
“Gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?”
Kan bener, kan.”Gue gak seperti yang lo kira, Win. Gue bukan cowok yang perfect, romantis, atau sebagainya. Mungkin saat ini gue gak mau pacaran, gue bukannya gak suka sama lo. Gue suka kok, tapi gue menganggap lo cuman teman sih. Gue bukan jodoh lo, Win. Gue yakin ada seseorang yang menunggu lo, tanpa lo tau”
Gue meninggalkan Winda, gue melihat wajahnya yang menunduk sambil tersenyum. Yah, kadang seseorang selalu tertuju pada satu barang tanpa tau masih ada barang yang bagus daripada barang yang dia tuju atau seseorang selalu tertuju pada satu orang tanpa tau masih ada orang yang memperhatikan dia, lebih dari dia yang memperhatikan orang yang dia sukai.
***
WAH GIMANA YANG UDAH BACA?
KOMEN DAN VOTE YA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Single? Woles
Teen Fiction"Gue putus," ujar Rani teman Clara sambil nangis bombay. "Terus kenapa? Lo nangis karena masih sayang atau sedih?" tanya Clara gak peduli "Gue takut jomblo." "HAAAHHH?!" Clara Floarea, cewek yang selalu ceria, tapi gak suka kebisingan. Tapi ketika...