Clara
Gue dan Mona berjalan menuju ke ruang klub, gue deg-degan setengah mati! Yah, hari ini gue akan jadi penyiar, dan gue udah tau mau bahas apa, tapi gue ini anak baru, dan mereka pasti berpikir,"Kenapa anak baru memberi ceramah kepada anak lama?!". Ini benar-benar menganggu gue.
"Tenang, lo gak usah berpikiran jauh," ujar Mona menepuk-nepuk punggung gue.
Dia benar-benar mengerti gue, atau sengaja bilang gitu, padahal dia sendiri ketakuttan? Atau jangan-jangan dia ingin supaya gue tetap di klub itu, karena dia takut kesepian?!
Tiba diruang klub, Mona membuka pintu, dan disana cuman ada kak Ditya sama kak Nika. Dimana ketua?!
Gue menarik bangku, dan mendudukinya dengan cantik. Walaupun gue grogi abis. Disamping gue ada Mona dan dihadapan gue ada kak Ditya, kak Nika? Dia sibuk meracik-racik sesuatu. Semoga itu tidak membunuh.
"Mana kak David?" tanya Mona yang matanya sibuk menelusuri di ruangan ini.
Gue lebih baik tidak melihat kak David yang menyebalkan dan suka mengubah-ngubah nama gue, seperti Area Bunga, dan sebagainya. Dasar playboy, tapi cintanya selalu kandas!
"Lagi ngurus ke guru, boleh atau tidak bahas soal ini," ujar kak Ditya sambil asik sama laptopnya.
Ah, maafkan aku kak David. Kukira kau sedang mencari cinta mu yang tidak pernah berakhir. Gue merasa bersalah sudah menilai kak David seperti itu, gue kira dia hanya buta akan kecintaan.
"Oooh. Eh Ra, udah dapat bahan buat disampain belum?" tanya Mona.
"Udah. Kenapa? Lo punya bahan lain?"
"No. Hanya saja, semoga bahan itu baik-baik aja. Emang bahannya apa?"
"Sutra, karet, terus tali kaca," ujar gue bete banget. Dibilangnya bahan gue gak baik-baik aja? Emang bahan dia bagus? Eh, gue jadi songong gini.
"Gue serius!" ujarnya menatap gue dengan mata yang tajam.
Ingat Clara, dia mantan brandalan, jika kamu tidak serius dengannya, yakin atau tidak yakin, kamu bakal dincincang, di sup, dan dimakan.
"Iya,iya. Tentang cabe-cabean dan terong-terongan disekolah"
Mereka semua melihat gue dengan tatapan 'lo-serius-mau-bawa-itu!'. Come on guys, ini tentang masalah anak muda.
"Ingat, jika lo terlalu frontal, gue yakin guru bakal mendatangi kita."
Gue tau itu."Tenang, golongan darah gue bukan O kok"
"GUE O, KENAPA?!" tanya Mona.
Rasanya gue menarik singa yang sedang santai menjadi buas. Gue harus menjaga hati-hati dengan Mona.
"O itu cantik," ujar gue berbohong.
MAAFKAN GUE MONA!
Mona menjadi malu, dia grasak grusuk, terus senyum-senyum gak jelas, untung saja dia tidak menari harlem shake dikelas ini.
Beberapa menit kemudian kak David datang dengan muka ditekuk. Aduh kak, muka lo makin jelek aja!
"Kenapa, pid?" tanya kak Ditya.
Kak Nika menoleh ke kak David dengan tatapan menyelidik,"Jangan bilang kita gak dibolehin bawa hal begituan? Kita emang gak ngerti masalah cinta, Pid. Tapi kita bisa belajar!"
Cie kak Nika bijak, cie.
Kak David langsung melihat kearah kak Nika, tatapannya tidak percaya,"DITYA! LO PERCAYA HAL ITU KELUAR DARI MULUT NIKA?! APA KARENA ADIK KELAS DISINI?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Single? Woles
Roman pour Adolescents"Gue putus," ujar Rani teman Clara sambil nangis bombay. "Terus kenapa? Lo nangis karena masih sayang atau sedih?" tanya Clara gak peduli "Gue takut jomblo." "HAAAHHH?!" Clara Floarea, cewek yang selalu ceria, tapi gak suka kebisingan. Tapi ketika...