Chapter 15

1.7K 112 20
                                    

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!

SORRY LAMA UPDATE, KADANG TAK MOOD BUAT MENULIS, MAAF MEMBUAT KALIAN MENUNGGU *BAGI YANG MENUNGGU!!*

TERIMAKASIH BUAT KAK NABILAH YANG KASIH SEMANGAT BUAT NULIS INI! /HUG /KISS

DAN MAAF JIKA ADA KATA-KATA YANG TAK PANTAS, AKU BENAR-BENAR MAAFF!!!

APA INI KEPENDEKKAN?!

SELAMAT MEMBACA

***

Clara

Gue hanya sibuk main laptop dan mondar-mandir dari fb-twitter-ask.fm-fb-youtube-twitter-ask.fm-dan seterusnya. Gue sendiri di rumah, Bara belum pulang, nyokap dan bokap gue juga belum pulang.

Yah, ini keseharian gue, menunggu keluarga gue pulang, mereka sering pulang jam 5 sore atau jam 6 sore, biasa sibuk.

Ketika gue asik chatting sama Mona, tiba-tiba ada yang mengetuk-ngetuk kaca rumah gue, awalnya pelan tapi lama kelamaan ketukannya semakin keras, gue gak berani buka, mana tau dia penjahat? Gue masih tetap diam di kursi dan diam seribu bahasa.

"CLARA!! BUKA PINTUNYA!!"

Gue terlonjak kaget mendengar teriakkan seperti toa, buru-buru gue buka dan terlihatlah emak gue dengan muka betenya.

"LAMA BANGET BUKANYA! BERAPA KALI MAMA KETUK, GAK DIBUKA-BUKA!" omelnya.

Gue cuman manggut-manggut pasrah, kalau gue balas, gue dibilang anak durhaka, nah kalau gue gak balas kadang dibilang pura-pura gak dengar, serba salah jadinya.

"Angkat barang sana"

Gue berjalan menuju mobil, membuka pintu belakang dan terlihatlah sepupu-sepupu gue di mobil ini, gue terharu, rupanya mereka mau kasih gue surprise.

"AAAAA!!! KENAPA GAK TURUN!?!" tanya gue heboh.

Mereka menoleh ke arah gue."Sandal kami pada ketukar semua, ada yang masuk ke bawah kolong, susah jadinya," kata kak Tia dan kembali menyibukkan diri mencari sandalnya.

Gue cuman memasang wajah datar dan merasa kesal dengan apa yang terjadi, gue mengambil barang dari mobil dan langsung masuk ke rumah.

Gue tidak peduli dengan mereka lagi, mereka menyakiti gue, sakitnya tuh disini.

Tiba di rumah gue meletakkan barang-barang yang gue bawa dan kembali ke ruang keluarga untuk nonton—sebenarnya kadang gue langsung masuk kamar—dan satu persatu sepupu gue masuk, mereka meletakkan barang-barang mereka dan berkumpul di ruang keluarga.

"Kamu kenapa cemberut gitu?" tanya bang Vian.

Gue menoleh ke bang Vian yang baru muncul dari kamar mandi."Gak ada, lagi badmood doang"

Namanya Vian Ovindo , dia salah satu sepupu gue dari keluarga bokap gue, yah mungkin anak laki-laki yang paling tua di antara sepupu laki-laki gue.Dia sekarang udah kuliah, pintar, lumayan ganteng, mau pasang behel tapi gak jadi—karena bibirnya udah memble duluan, udah punya pacar, pacarnya model, dan kata pacarnya dia setia. Oh iya, lumayan matre.

"Cie, badmood. Sok-sok banget sih," ujar Fira.

Nah ini Shafira Rakhansa, adik perempuan dari bang Vian, lumayan cerewet, suka curhat tentang gebetannya waktu sd, katanya dia populer dikalangan cowok angkatan dia, katanya ya. Lumayan rese juga, karena dia kurus dan mungkin lebih cantik daripada gue.

"Apa sih, Fir? Suka-suka dong," sahut gue dan dia cuman senyum-senyum gak jelas.

"Clara! Aku haus, gak ada minuman dingin apa?" tanya Fauzan.

Single? WolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang