[BOL 1 - The Gift] Eps 6

165 25 12
                                    

Bab 6 : JUVENILE.

06.50, SMA Sini.

MATAHARI menampakkan sinar hangatnya lagi bersama kicauan merdu burung-burung, hari yang dikatakan sempurna. Tampak lengkungan bibir milik cowok tuna asmara bersama langkah demi langkahnya menuju kelas yang sangat dinikmatinya. Hingga tiba-tiba saja seseorang tak dikenal menabraknya begitu saja tanpa rasa bersalah, refleks Rei pun menolehkan tengkuknya sembari menahan sedikit emosi yang bergejolak. Apalagi ketika tahu kalo orang di belakangnya adalah kakak kelas. "Woi kak, jalannya pelan-pelan dong!" tegurnya.

Sayangnya saja sang kakak kelas yang entah siapa namanya itu langsung melengos seenaknya. Rei makin mendumel dalam hati karena suasana batinnya yang masih segar sudah dirusak begitu saja. Dengan mimik kesal, langkahnya beralih dari ingin ke kelas menjadi mengikuti kakak kelas aneh yang berlari terburu-buru seolah terlambat datang padahal sekarang masih sepuluh menit sebelum bel pelajaran pertama.

"Woi, cepetan dong jalannya!" tegur beberapa manusia tak tahu darimana asalnya di belakang Rei, cukup banyak yang berbicara begitu membuat Rei tertegun. Mereka bagai kelompok paduan suara yang menggema di indera pendengaran. Rei membalikkan punggung, air mukanya berubah. Dia melongo tak percaya. Kenapa ada kumpulan murid yang datang pagi padahal biasanya mereka selalu teladan a.k.a telat datang pulang duluan?

"Ah i-iya." Rei yang tersadar bergerak meminggir. Berbagai spekulasi muncul di pikirannya, ada apa gerangan? Jangan-jangan mereka taubat? Ini kan hari Jumat! Barokah amat!

Rei menggelengkan kepala menolak spekulasinya itu lalu memikirkan kemungkinan lain, kenapa mereka semua berjalan ke arah yang sama? Kenapa mereka tidak langsung bergerak ke kelas? Akhirnya Rei memutuskan untuk membuntuti kumpulan murid campuran jurusan dan angkatan yang tergesa-gesa itu.

Langkahnya terhenti setelah melihat kumpulan siswa itu juga sudah berhenti. Mereka cukup banyak hingga menutupi pandangan Rei. Entah apa yang sedang mereka lihat. Rei mendongakkan kepala sembari menggerakkan kedua pupilnya tapi tetap tak terlihat, bahkan setelah dia melompat-lompat bebas di udara.

Dia mulai geram hingga melancarkan aksi nekatnya, kedua lengannya mencoba membuka jalan dengan menyapu siswa yang menghalanginya. Bodo amat mau dikata apa juga, yang penting terobos aja dulu.

Dengan susah payah, kini dia sudah berada di barisan paling depan. Ternyata benda yang sedang dikerubungi murid-murid adalah majalah dinding SMA Sini. Pupil Rei membeliak lebar. Tulisan di sana begitu mencengungkan.

***

"Hoi, Rei, hoi!" panggil Eru sembari menepuk-nepuk pundak Rei dengan gusar, ia meratapi Rei yang sedari tadi melamun entah memikirkan apa. Pikiran cowok tuna asmara itu melayang-layang akibat kejadian tadi pagi.

"Lo mikirin apa sih?"

Rei tersentak. Tengkuknya menoleh pada cowok pencinta nuansa dark yang memanggilnya tanpa bosan itu. "Bukan apa-apa, kok."

Eru menghela nafas panjang lalu menatap ke depan. "Lo mau nemenin gue ke Toko Roti Bersama, gak? Tetangga gue nitip nih, katanya penasaran sama rasanya yang enak itu." Seketika Rei tertunduk. Hal itulah yang tadi pagi dilihatnya. Sebuah artikel tentang kesuksesan Toko Roti Bersama yang tertempel rapi di majalah dinding SMA Sini.

"Kalo gue boleh tanya-" Rei menggantungkan kalimatnya, kelu. Eru balik menatap Rei dengan raut kebingungan.

"-toko roti itu sesukses apa sih?" lanjut Rei dengan wajah polosnya membuat Eru terbahak-bahak di tempat, bahkan cowok itu tak kuasa mengusap perutnya yang terasa geli.

"Hei!" tegur Rei tersinggung. Memangnya ada yang salah dalam pertanyaannya itu?

"Maaf-maaf. Abisan pertanyaan lo lucu sih, ya jelas sukses bangetlah mereka! Gitu aja masa masih nanya? Lagipula nih kalo ada pendaftaran buat jadi anggota ke-tujuh mereka, pasti gak bakal ada murid yang berani nolak!"

BOL 1 : The Gift✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang