[BOL 1 - The Gift] Eps 8

188 19 8
                                    

Bab 8 : ANSWER IS CLEAR.

COWOK itu terpaku di tempatnya. Terkejut, bakan netra serta mulutnya membuka lebar dengan kaku setelah menyadari sesuatu. Sesuatu yang sudah memecahkan ruang lingkup teka-teki yang selama ini tidak pernah mendapatkan titik terang. Sebuah kunci dari misteri yang selama ini hanyut dalam berbagai pertanyaan yang membingungkan, inilah jawaban yang mutlak.

"Ja-jadi ... jadi ini yang dimaksud dengan 'bumbu rahasia Toko Roti Bersama'?" tanyanya bersamaan dengan wajah yang memucat kebingungan, tidak percaya, dan beragam rasa lainnya bergejolak campur aduk. Kedua tangan dan kakinya gemetaran menahan dingin yang semakin mengalahkan suhu tubuh hangatnya.

***

"Rei! Rei! Rei!" panggil Eru setengah berteriak dengan antusias. Dia baru saja sampai di kelas kemudian sudah seheboh ini karena di hadapannya ada seorang cowok tuna-asmara yang sedang merenung. Tampak dari dirinya yang menopang tangan di meja kelas.

"Kenapa? Pagi-pagi udah ribut aja lo," keluh yang bersangkutan bete, soalnya dia malas kalau sedang sibuk memikirkan banyak hal malah diganggu dengan tak wajar.

"Kok lo bisa sih jadi pemilik ke tujuh toko roti? Gimana caranya?"

Rei menghela napas panjang lalu mengingat-ingat. "Gak tau, tiba-tiba aja gue ditawarin buat jadi pemilik di sana cuma dengan alasan sama-sama suka roti."

Eru cengo. "Alasan apaan, tuh? Kalo cuman karena alasan gaje kayak gitu semua orang bisa dong daftar jadi pemilik di sana?"

Rei mengetuk-ngetukkan kaki di bawah meja pertanda dirinya sedang memikirkan sesuatu.

"Btw daritadi lo renungin apaan, sih? Yang gue tanyain barusan?" Eru tak bosan menghunjami Rei dengan berbagai pertanyaan yang semakin memusingkan. Hingga akhirnya Rei memukuli tangannya sendiri ke meja membuat Eru shock lalu menahan Rei melakukan aksi gila di luar dugaan itu.

"Eh! Lo kenapa, sih?"

Rei memberi tatapan lelah dan napas memburu. "Gue bingung. Seandainya lo di posisi gue, apa yang akan lo pilih?"

"Emangnya masalah lo apa? Gue aja gak tau," timpal Eru dengan wajah 'nih anak minta disleding, ya'.

Rei mengancungkan telunjuk dan ibu jarinya ke bawah dagu mirip bak detektif yang sedang berpikir keras. Mungkin dia bingung merangkai kata-kata yang tepat atau ragu untuk bercerita pada cowok misterius di depannya.

Satu sekon, dua sekon, hingga akhirnya bibirnya mengeluarkan berbagai kalimat yang mewakili masalahnya. "Gini, seandainya lo lagi jatuh cinta sama seorang cewek tapi dia punya rahasia terpendam yang gak boleh lo ketahui. Lo bakal milih cari tau sendiri tentang rahasianya atau nunggu dia sendiri yang kasitau?"

Mendengar penjelasan Rei dengan wajah serius malah membuat Eru terbahak. Dia tak bisa menahan tawanya yang menggelegar, Rei tersinggung lalu menepuk pundak cowok itu kesal.

"Woi, gue serius!" keluh Rei dengan wajah memerah setelah susah-payah berhasil menceritakan masalahnya namun justru menyesal setengah mati setelah mendapat reaksi menyebalkan itu.

"Sorry-sorry." Eru berusaha mengontrol tawanya. Sebenarnya bukan perihal masalahnya yang membuat cowok itu tergelak, melainkan subjek dari masalah itu sendiri. Please-lah, itu Rei lho! Serius Rei yang notabenenya jomblo abadi SMA Sini bisa jatuh cinta? Lucu sekali, sumpah.

Bukannya menanggapi berupa pendapat atas pertanyaan Rei, Eru malah memberi pertanyaan baru. "Lo suka sama siapa emangnya? Felly?"

Wajah Rei merah padam membuatnya mengalihkan pandangan. "Gak! Gue kan bilang seandainya, bukan beneran! Lagian gue butuhnya pendapat lo bukan keponya lo!"

BOL 1 : The Gift✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang