[BOL 1 - The Gift] Eps 11

164 20 2
                                    

Bab 11 : STUCK IN THE MIDDLE.

MUNGKIN bisa dikatakan dia hampir terlupakan di dalam cerita ini, memang pastinya akan ada bagian yang tertinggal dan harus diperjelas. Sekilas dia cuma kelihatan seperti tokoh yang tidak penting sama sekali hingga akhirnya Rei baru menyadari bahwa dia sudah cukup lama ada berdiam di hidup Rei, walau mungkin hanya sebagai teman sekelas. Lebih dari itu, dia adalah satu-satunya cewek yang cukup akrab dengannya. Tentu saja bukan Toriko.

"Bunuh, bunuh cewek itu yang udah mengkhianati lo."

Lagi-lagi kalimat keji itu terngiang lagi. Mengubrak-abrik batin Rei sehingga menimbulkan luka yang tak terkira dalamnya. Sakit sekali, pedih sekali.

22.40. Cowok itu kini berada di atas surga kenyamanan dambaan setiap orang yang mengharapkan mimpi indah, yaitu sebuah ranjang single bed sembari menatap sayu langit-langit kamar. Sudah sedari tadi dia mencoba memejamkan mata namun rasanya sulit sekali tidur. Entah angin insomnia apa yang menganggunya.

Boleh jadi dia tengah bimbang, atau juga galau, yah pokoknya anggap saja begitu. Intinya jelas dia uring-uringan. Air mukanya menjelaskan itu.

Bagai embusan angin yang kian melambai lembut pada dedaunan hingga memunculkan rintik embun, tiba-tiba saja terputar memori singkat di hari itu. Hari yang mungkin sudah terasa sangat lama, namun takkan pernah bisa dilupakan. Tentu saja begitu, mana ada orang yang bisa melupakan kencan pertama yang sangat berkesan?

Tepat sebelum masa Persami diresmikan selesai, cowok tuna asmara itu diam-diam mencoba mengerahkan seluruh keberaniannya sebagai seorang pria jantan. Dia masih ingat sensasi degupan ekstrim yang seakan ingin meledak-ledak bak letupan popcorn.

Dimulai dari meraih tangan cewek yang terlihat sangat cantik itu-berdasarkan opini sepihak-perlahan tapi pasti Rei mencoba melontarkan maksud hatinya. Ya, kalian pasti sudah menebaknya. Sebuah ajakan kencan. Entah Dewi Fortuna apa yang telah berpihak padanya, buktinya cewek itu mengiyakannya dengan cepat.

Pupil Rei terbuka lagi, sekali lagi. Wajahnya masih lesu, betapa tak percayanya dia pada apa yang telah terjadi kini. Insomnia ini sungguh menganggu. Tolonglah. Rei butuh istirahat walau hanya sedetik. Pupil itu menutup lagi untuk kedua kalinya, kini malah ingatannya berpindah tempat. Memberikan kisah lanjutan dari ajakan kencan setelah hari itu.

Waktu itu Sabtu sore, tak lama usai bel pulang sekolah yang berdendang merdu bagai harmoni syahdu. Jika diperhatikan jelas dengan mata telanjang, mereka berdua kelihatan seperti sepasang kekasih muda yang berjalan berdua di pusat perbelanjaan yang tak jauh dari sekolahnya.

Bercanda tawa ria bagai tak memiliki beban, masih memakai baju seragam pramuka. Tak memedulikan orang-orang di sekelilingnya, waktu juga terasa berhenti saat mereka berdua bercengkrama.

Ini sudah ke sekian kalinya Rei membuka kembali pupil, menepis semua memori itu. Dia tak sanggup. Benar. Senyum cewek yang diam-diam disukainya itu tanpa sadar telah membuatnya mabuk kepayang. Mana sampai hati dia menyakiti cewek itu? Orang yang ternyata tanpa disadari sudah menjadi hal yang berharga dalam hidupnya. Sebegitu cepat waktu berjalan hingga Rei sudah telanjur menyayangi cewek itu hingga tidak mungkin untuknya tega mengakhiri hidup yang disayang hanya untuk dijadikan bumbu baru Toko Roti Bersama.

***

"Bukannya pahit, tapi ini kenyataan Rei. Lo harus paham posisi lo saat ini." Suara pembuka sedikit serak milik Ryo yang biasanya moody-an itu dengan sedikit menggema bersamaan dengan heningnya surga roti ini.

BOL 1 : The Gift✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang