Bab 15 : CRY OUT
"MAMA benci padamu! Sungguh, akan jauh lebih baik kalo kamu itu MATI aja!" tajam Hera.
Toriko berusaha menelan air liur yang entah kenapa sulit ditelan atau menolak ditelan. Bibirnya gemetar seolah tak menyangka dengan apa yang baru saja didengarnya. Benarkah itu yang diucapkan oleh wanita yang sudah melahirkannya? Sekejam itu? Sungguh, dimana perasaaan wanita itu? Terlebih dengan Toriko yang bahkan masih kebingungan memikirkan dimana kesalahannya. "Tapi ... ma?"
"Gak ada tapi-tapian!" Hera kembali mendekat lalu mulai mencengkeram dagu puterinya, berusaha untuk menyembulkan kedua pipinya yang mulus ke hadapannya sehingga Toriko mau tidak mu terpaksa harus melihat langsung ke arah kedua netra yang tengah berapi-api itu.
"Ma ... sakit," rintih Toriko.
Hera sama sekali tidak peduli dengan hal itu, yang dia inginkan hanyalah mencurahkan semua yang tersimpan dalam benaknya. Rasa sakit yang selama ini dia bagikan dan berusaha dia bagi dengan cara seperti ini.
"Mama mau apa? Mama mau bunuh aku? Bunuh aku, ma!" Air mata Toriko makin tak terbendung, dia juga tidak peduli dengan penampilannya sekarang. Sebuah perasaan yang bertolak belakang. Antara ibu yang membenci anaknya tanpa sebab dan anaknya yang dalam hatinya menyimpan perasaan sayangnya yang besar kepada ibunya hanya dapat kebingungan dengan semua perlakuan itu. Kapan semua ini berakhir? Kapan? Tuhan, tolong Toriko!
"Kamu nantang mama?" Emosi Hera makin tersulut.
"Aku gak bermaksud!"
"Kamu berani nantang mama?"
"Enggak ma, maaf!"
"Diam! Mama tanya, kamu berani nantang mama?"
"Enggak, ma! Maafin aku!"
"Kamu berani ya sama mama?"
Plak! Plak! Telapak tangan Hera berkali-kali menyergap kasar permukaan kulit Toriko secara bergantian tanpa ampun, perih itu berusaha ditahan namun apa daya Toriko hanyalah seorang siswi berusia tujuh belas tahun? Sekuat apa mentalnya? Dia hanya bersiap semua ini berakhir.
"Rasain itu!"
Kulit mulus itu resmi memerah memar dan sedikit mengeluarkan luka di beberapa titik. Hidup Toriko seperti hancur. Dia mulai memilih tidak peduli dan mengeluarkan permintaan terakhirnya.
"Daripada mama nyakitin gini, sekarang mama bunuh aku!"
"Kamu benar-benar, ya!" Mata Hera melotot tajam seakan ingin keluar. "Kamu benar-benar menentang, ya!"
Toriko mengangguk lemah menahan perih yang menjalar. "Iya, aku menentang! Cepat bunuh aku!"
Hera sudah tidak dapat berpikir sehat, dia berhamburan mencari barang tajam di sekitar mereka. Ketika matanya menangkap sebuah pisau yang berserak sembarang di atas piring dan sebuah apel yang kulitnya sudah terbuka, dengan cepat diambilnya benda itu. "Kamu akan nyesal udah berani nantang mama!" Begitu benda itu sudah digenggamnya rapi-rapi, Hera tersenyum puas kemudian tertawa terbahak-bahak. Tawa yang menggelegar dan mengerikan, seakan wanita itu tengah dirasuki oleh makhluk halus dan tak sadar bahwa nyawa yang ingin diakhiri adalah nyawa puteri bungsu kandungnya sendiri.
Toriko tercekat sendiri melihat benda yang sudah digenggam ibunya, belum lagi tampang mengerikan Hera tercetak jelas dari air mukanya. Ditambahnya tawanya yang membuatnya semakin mirip seperti psikopat keji di film-film.
Apa wanita itu serius ingin mengakhiri nyawa puterinya? Sungguhan?
"Ma ... mama?" Bibir mungil Toriko semakin bergetar, dinginnya angin malam menusuk kulit dan menambah suasana ketegangan yang terus bergulir di setiap detiknya. Tubuh itu perlahan memucat dan bulir-bulir keringat dingin terus menetes tanpa disadari. Toriko merinding, sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOL 1 : The Gift✔
Mystery / Thriller[BREAD OF LOVE SERIES 1/END] Bread of Love adalah sebuah cerita yang diangkat dari 2 tema, yaitu cinta dan pengkhianatan. Dengan dicampur bumbu misteri yang sengaja disuguhkan untuk kalian, wahai para detektif yang selalu haus misteri! Berkisah tent...