BAB 23 : DECISION.
REI masih bergidik ngeri di balik selimut. Siapa sebenarnya liveinsomewhere? Apa motifnya meneror Rei? Ada urusan apa antara cowok tuna asmara yang tak pernah mengenyam hubungan pacaran itu dengannya? Kesalahan apa yang pernah dibuat Rei? Semua ini bagaikan teka-teki rumit yang tidak akan menemui akhir.
Cowok itu berusaha berpikir jernih meskipun sangat sulit, entah kenapa Rei ingin menangis. Dia frustasi sendiri, tidak tahu akan jalan keluar semua masalah yang kini dihadapinya.
Tiba-tiba Rei terperangah sendiri, bulir demi bulir keringat dingin membanjiri dahinya. Jangan-jangan liveinsomewhere adalah salah satu pemilik Toko Roti Bersama? Mungkin saja, kan? Mengingat Rei yang sudah bolos sekolah dua hari tanpa kabar dan sengaja menghindari mereka namun mereka yang tahu akal bulus Rei memilih untuk menerornya secara terang-terangan bahkan melalui ranah dunia maya yakni mengirimi surel aneh.
Rei meneguk saliva susah payah. Bagaimana ini? Sekarang juga dia harus segera menentukan!
Is that the truth?
***
Matahari sudah menutup dirinya, bersiap menggantikan dirinya dengan gelapnya malam. Lampu-lampu jalanan sudah dinyalakan Kendaraan lalu-lalang di kota sibuk Jakarta seakan tidak ada matinya. Untungnya kemacetan kali ini tidak terlalu parah dibandingkan dengan tadi sore, meskipun ini adalah hari Jumat-hari yang dapat dikatakan cukup sibuk karena merupakan hari perbatasan akhir pekan.
Di antara sibuknya kendaraan yang saling berlomba-lomba menjadi penyumbang polusi terbanyak kota, ada salah sebuah rumah di pojokan pertigaan jalan yang berasiktektur minimalis berbentuk T berlapiskan cat putih yang dipadu-padankan biru langit yang cerah. Dari dalam rumah, aroma mint segar memenuhi seisi rumah. Di salah satu kamar rumah tersebut, tampak seorang cewek yang tengah mengenakan piyama berwarna pink bergambar Helokiti sedang sibuk bergulat dengan tugas-tugas sekolahnya. Sesekali dia menguap pertanda lelah, rasanya ingin cepat-cepat dia merebahkan dirinya di atas ranjang. Kini dia memandangi sebuah foto keluarga yang ada di dalam kamar sembari tersenyum kecil. Itu adalah foto terakhir dia bersama kedua orang tuanya.
Sampai suatu ketika dia tersentak ketika mendengar ketukan pintu yang begitu jelas nyaring bunyinya. Dahinya mengernyit. Sesiapa seseorang yang bertamu malam-malam begini?
Dia segera menggelengkan kepala, menghilangkan pemikiran-pemikiran buruk yang sempat melintas di kepala lalu mulai melangkahkan kakinya keluar kamar. Tak begitu jauh jarak dari kamarnya menuju pintu depan karena rumahnya yang dapat dibilang minimalis dan sederhana.
Karena bingung dan heran, dia membuka sedikit gordennya sekadar untuk mengetahui siapa orang yang mengetuk pintu. Keningnya yang sudah berkenyit itu makin mengerut saat tahu tidak ada siapa-siapa di luar, lantas siapa orang yang sudah mengetuk tadi?
Memilih masa bodo, dia lantas mengangkat bahu lalu bermaksud kembali ke kamar sampai sebuah ketukan kedua menyadarkannya. Dia beku seketika. Memang ada orang, tapi siapa?
Dibuka lagi gordennya, nihil. Tetap tidak ada siapa-siapa. Bulu romanya lantas berdiri, sedikit ngeri.
Sebenarnya siapa orang iseng yang sedari tadi mengerjainya?
Duk duk duk.
Suara ketukan yang ke-tiga langsung menyadarkannya. Dia tersentak halus, berusaha mengontrol napasnya. Dengan gemetar, jemarinaya yang halus itu meraih kenop pintu. Berpikir matang-matang, haruskah pintu bercat putih ini dibukanya? Sesekali rasa takut menyergapnya namun rasa penasarannya juga tak sirna. Dia dilema sekali saat ini.
Bagaimana kalau yang di luar orang jahat? Bagaimana kalau ... bagaimana kalau?
Ah! Sudahlah! Lagipula dia hanya ingin tahu, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BOL 1 : The Gift✔
Mystery / Thriller[BREAD OF LOVE SERIES 1/END] Bread of Love adalah sebuah cerita yang diangkat dari 2 tema, yaitu cinta dan pengkhianatan. Dengan dicampur bumbu misteri yang sengaja disuguhkan untuk kalian, wahai para detektif yang selalu haus misteri! Berkisah tent...