[BOL 1 - The Gift] Eps 28

38 7 0
                                    

Bab 28 : SMILING DOWN.

KALA ITU, Rei dan Felly tanpa menggunakan peraturan tak tertulis berjanji untuk saling bekerja sama. Rei terpaksa berpura-pura membunuh Felly langsung di rumahnya, dan agar lebih terlihat yakin, Rei mengalirkan darah manusia di atas tubuh cewek itu sampai permukaannya benar-benar amis. Jangan tanya dapat dari mana darahnya, tentu saja hal-hal seperti itu mudah didapatkan mengingat Felly adalah salah satu detektif muda terpercaya utusan langsung pihak kepolisian, sehingga segala cara akan diupayakan demi tumpasnya sebuah kasus. Termasuk pada kasus hilangnya beberapa orang perempuan kalangan siswi sekolah menengah atas.

Setelah Rei membawa Felly menggunakan sebuah mobil bertipe station wagon berwarna abu-abu ke toko roti, dia sudah berpesan agar Felly bersedia menahan napasnya dengan cukup lama.

Agar tampak lebih meyakinkan bahkan Rei memasang wajah dingin tak acuhnya dan membiarkan para anggota menggotong tubuh Felly ke dalam freezer raksasa. Setelah pintu ditutup rapat, Felly langsung memotret beberapa foto terkait suasana di tempat menggunakan gawai miliknya. Beberapa penampakan tubuh kaku terbujur para gadis di sana pun langsung disaksikannya dengan mata telanjang. Sambil menahan dingin yang teramat sangat, ketika Tomy membuka pintu kulkas barulah dia mencari kesempatan kabur.

Begitu berhasil kabur, Felly cepat-cepat menelepon nomor polisi karena tahu kalau Rei tidak akan dapat menipu mereka lebih lama lagi. Belum lagi rasanya Felly hampir mati rasa karena bau amis darah menyengat yang bersatu padu dengan dinginnya ruangan beku itu.

***

"A ... aku baru ingat sesuatu, Rei, ada yang harus kamu ketahui selama kamu bolos sekolah. Maaf, mungkin ini akan sedikit mengejutkanmu."

Rei mengernyit, heran. "Ada apa, Fel?"

Felly, cewek itu nampak ragu untuk mengatakannya secara langsung atau tidak. Pantaskah Rei untuk mengetahui informasi ini? Benarkah ini baik-baik saja? Apakah Rei akan shock atau justru biasa saja saat mendengarnya? Felly menelan saliva, memerhatikan wajah ingin tahu cowok tuna asmara di depannya. Semoga ini bukan pilihan yang salah.

"Kenapa, Fel?"

Rei tahu ada yang salah, buktinya cewek itu terus saja memandang ke arah bawah. Memandangi sepatu Rei yang padahal tidak ada apa-apa di sana. Rei pun menarik kedua bahu Felly agar mau tak mau pandangan cewek itu hanya jatuh ke hadapannya. Felly menggigit bibir bawah. Rei langsung mendekapnya kuat-kuat, memberikan seluruh rasa sayangnya agar cewek yang dicintai ini tidak lagi harus merasa khawatir.

Hangat. Itu hal pertama yang dapat dideskripsikan dari pelukan itu. Memang, singkat. Tetapi melunturkan semua rasa ragu Felly. Benar, dia harus jauh lebih percaya bahwa Rei tidak akan kenapa-napa. Kabar ini semoga saja tidak membuatnya stroke ringan.

"E ... Eru," cicit Felly membuat Rei makin penasaran. Apa yang terjadi pada bocah pecinta misteri tersebut? Bukankah dia selalu baik-baik saja? Rei merasa bahwa ini ... bukan kabar yang baik. Mungkinkah selama Rei pergi membolos, terjadi sesuatu padanya? Apakah ini salah satu alasan kenapa bocah itu tidak pernah mau pergi ke kantin? Oh, tidak. Jujur saja, meskipun anak itu menyebalkan ia tetaplah teman dekat Rei. Meskipun Felly dan Eru juga sering bertengkar, tidak mungkin kalau tak ada sedikit pun empati di antara keduanya. Jadi sebenarnya apa yang telah terjadi? Cepatlah, Felly! Cepatlah katakan! Dada Rei terus berpacu kencang, rasanya waktu menjadi melambat. Tidak, tidak, tidak.

"Sebenarnya ... Eru udah ... udah ...." Felly terbata-bata dalam menjelaskan seolah menunjukan bahwa berat sekali hatinya untuk mengatakan. Rei menunduk. Batinnya menjadi seratus persen yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang berat pada bocah itu.

BOL 1 : The Gift✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang