PART 12

9.5K 981 63
                                    

Pintu itu akhirnya terbuka. Jimin melongokan kepalanya dari balik pintu.

"Lisa? Ada apa?" tanya Jimin, berusaha bersikap normal.

Alis Lisa berkerut. Sesekali wanita itu melirik dari balik pintu Jimin yang tidak sepenuhnya terbuka. Jimin tidak membiarkannya masuk. Bahkan pria itu hanya mengeluarkan kepalanya saja.
"Oppa, kau tidak apa-apa, kan?"

"Tidak.. Aku baik-baik saja. Memangnya aku kenapa?"

"Kau bilang kau sedang tidak enak badan semalam."

"Oh, ya... Ya, aku merasa tidak enak badan.." Jimin baru tersadar.

"Aku juga mendengarmu berteriak saat ditelepon semalam."

"O-oh...benarkah?" Jimin sedikit tergagap.

"Jadi, apa sekarang kau masih merasa sakit, Oppa?"

Ingin rasanya Jimin berteriak kalau ia sangat kesakitan. Terutama pada bagian pinggang dan bokongnya. Tapi tentu saja itu tidak mungkin.

"Aku sudah baikan sekarang. Terima kasih." jawab Jimin akhirnya. "Maaf, aku tidak bisa membiarkanmu masuk Lisa. Aku ingin mandi tadi...jadi aku sedang tidak berpakaian..jadi..."

"Ya, ya. Aku mengerti." sahut Lisa sambil mengangguk-angguk cepat. "Tapi, Oppa... Apa kau melihat Jungkook-sshi?"

Jimin mematung beberapa detik.

"Aku tidak melihatnya sejak tadi malam. Tiba-tiba dia menghilang saat di pesta. Ponselnya tidak aktif sampai sekarang. Barusan aku juga sudah memencet bel kamarnya berulang kali, tapi tidak ada sahutan." kata Lisa sambil melihat kamar Jungkook yang bersebelahan dengan kamar Jimin.

"Entahlah...a-aku juga tidak tau." Jimin berusaha berbohong.

"Tapi..." Lisa menatap Jimin lekat. "Tapi ada kenalanku saat di pesta tadi malam... Dia melihat Jungkook-sshi sedang menaiki lift bersamamu."

Matilah, Jimin! Ia ingin mati sekarang juga. Kebohongan apa yang harus ia katakan? Apa sekarang ia sudah ketahuan?

"Itu...aku memang bersamanya semalam. Dia membantuku mengeringkan celanaku...itu...kau tau? Aku tidak sengaja masuk ke dalam kolam. Jadi kebetulan Jungkook-sshi melihatku...lalu dia meminjamkan jasnya untuk menutupi celanaku... Dia hanya mengantarkanku sampai kamar. Setelah itu dia pergi..aku tidak tau kemana dia..aku benar-benar tidak tau." Jimin berusaha menjelaskan. Ia sendiri sudah pasrah jika Lisa tidak percaya dengan kebohongan yang baru saja ia karang sendiri.

"Kau masuk ke dalam kolam, Oppa?" kini Lisa terlihat khawatir pada Jimin.

"Ya. Tapi aku baik-baik saja."

"Syukurlah." ada kelegaan dari wajah Lisa. Dan Jimin juga merasa bersyukur, karena sepertinya wanita itu percaya dengan kebohongannya.

"Kalau begitu kau mandilah, Oppa. Aku akan mencoba menghubungi Jungkook-sshi lagi nanti." kata Lisa. Jimin mengangguk sambil tersenyum. Kemudian segera menutup pintu ketika wanita itu pergi.

Jimin masih berada di depan pintu. Ia memegangi dadanya yang berdetak-detak cepat karena ketakutan. Lalu, mengambil nafas dan mengeluarkan perlahan, berharap emosinya kembali normal. Namun saat perasaanya merasa lebih baik, Jimin malah dikejutkan dengan dekapan tangan yang melingkari pinggang dan perutnya dari belakang.

"Jiminku ternyata pandai berbohong." suara dibelakang Jimin terdengar serak. Pria itu juga mengecupi pundak Jimin.

"Yah, Jeon Jungkook. Jangan mengagetkanku." Jimin mencubit tangan Jungkook. Namun pria dibelakangnya malah tersenyum dan justru menghisap pundak Jimin.
"Kau tau ini semua salahmu."

"DEAR NO ONE"/KookMin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang