Dengan susah payah Jimin meneguk air dari gelasnya. Entah kenapa suasana di ruang tamu keluarganya menjadi terasa tegang.
Oh, ini semua karena Ibu dan kedua adiknya yang sedang melihat Jeon Jungkook menggunakan tatapan itu."Kau bilang namamu Jeon Jungkook?" Ibu Jimin memastikan sekali lagi.
Pria yang ditanya mengangguk dengan santai. Sedangkan Jimin masih merasa tegang. Ia takut mulut Jungkook berbicara yang tidak-tidak.
"Jungkook oppa sudah punya pacar?" Kali ini Jihyo yang bertanya sambil berusaha menahan senyum.
Namun Jungkook malah melirik Jimin yang berada di sampingnya. Seketika Ibu dan kedua adiknya yang duduk di satu sofa langsung melihat Jimin.
Oh, ini dia! Matilah Jimin kalau Jungkook menjawab menggunakan otak mengerikannya."Sudah." Akhirnya Jungkook menjawab.
Jihyo sedikit terlihat kecewa. "Sayang sekali. Kalau tidak aku pasti akan mendekati Jungkook oppa."
"Memangnya Jungkook hyung mau dengan noona?" Jihoon bersuara dan langsung mendapatkan pukulan keras dari kakak perempuannya itu.
Ibu mereka menengahi dan kembali beralih pada kedua pria di depannya. "Kau sangat tampan sekali. Pacarmu sangat beruntung memilikimu, nak." Katanya berkomentar.
Jungkook tersenyum malu, lalu kembali melirik Jimin. "Aku rasa wajah tampan tidak bisa menjamin dia akan mencintaiku." Katanya, "Aku rasa dia lebih menyukai seseorang yang bekerja keras, bersungguh-sungguh dan pantang menyerah. Dan aku yang lebih beruntung karena memilikinya."
Jihyo dan Jihoon berkomentar, "Wah, wanita itu pasti sangat merepotkan."
Jungkook tertawa pelan. "Ya, benar-benar merepotkan." Dan sekali lagi melirik Jimin yang kembali meneguk air minum di gelasnya dengan gugup.
Ibu mereka hanya memperhatikan dan mulai berbicara kembali, "Kalau begitu segera mandilah, nak. Kau pasti kelelahan. Dan Jimin, antarkan Jungkook ke kamarmu."
Jimin bangkit dari duduknya, "Kenapa harus di kamarku?" Ia keberatan.
"Jadi kamar siapa? Kamar Jihyo?" Sahut Ibunya yang ingin berjalan pergi.
"Aku tidak keberatan." Sambung Jihyo cepat. Segera Jihoon memberi tatapan jijik pada kakak perempuannya.
"Jungkook bisa tidur di sofa ini." Jimin memberikan solusi.
Ibunya kembali berbalik menghadapnya. Wanita paruh baya itu menghela nafas, "Dengar, kamar dan tempat tidurmu lebih besar dari milik Jihyo dan Jihoon. Bukannya Jungkook teman dan tamumu. Kenapa kau tega sekali membiarkannya tidur di ruang tamu?"
Jimin salah tingkah. Ia malah justru membuat keadaannya semakin mencurigakan.
"Nyonya Park, sebenarnya kami sedang bertengkar. Kelihatannya Jimin masih marah padaku, jadi aku tidak keberatan kalau harus tidur disini." Jungkook bersuara. Jimin langsung melihatnya.
"Kalian sudah dewasa, kenapa harus bertengkar?" Ibu Park berdecak.
Jihoon menyambung, "Mungkin Jimin hyung dan Jungkook hyung sedang memperebutkan wanita yang sama. Aku tau itu. Teman sekolahku juga sering bertengkar karena hal itu."
Ibu Park melihat Jihoon sinis, "Kau sudah selesai membersihkan rumput liar di luar?"
Langsung saja Jihoon melompat keluar saat melihat tatapan dari Ibunya.
"Jihyo-ya, bantu Ibu menyiapkan makan malam." Perintahnya dan langsung mendapatkan anggukan dari gadis itu yang mengikuti dari belakang.
Hanya Jimin dan Jungkook yang berada di ruangan itu. Dengan malas Jimin menyeret kopernya, berjalan menuju kamar lamanya. "Ikuti aku." Perintah Jimin. Jungkook pun mengikuti sambil membawa tas ransel dipunggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"DEAR NO ONE"/KookMin (END)
Fiksi PenggemarW A R N I N G !!! Boys Love. 20+ (Maaf, beberapa bagian di private)