"Yura kecelakaan?!" Jimin kaget saat mendengar perkataan dari Minna. Gadis itu tiba-tiba menyuruhnya ke meja receptionist saat Jimin hendak pulang ke rumah, jam kerjanya sudah selesai sore itu.
"Taksi yang dia tumpangi menabrak pembatas jalan, tapi Yura baik-baik saja, dia baru meneleponku tadi. Hanya saja dia masih shock dan tidak bisa kerja hari ini." jelas Minna dengan raut wajah khawatir sama seperti Jimin. "Jadi bagaimana ini, Oppa? Siapa yang menggantikan Yura di meja receptionist? Shiftku setengah jam lagi berakhir. Aku juga ingin menjenguk Yura setelah ini."
Jimin terlihat berpikir, lalu beberapa detik berikutnya ia sudah mengambil keputusan. "Biar aku saja yang menggantikan Yura."
Minna terlihat sedikit kaget, "Oppa tidak perlu melakukan itu. Bukankah jam kerjamu sudah selesai, lebih baik oppa segera pulang dan istirahat, lalu hubungi pekerja lain yang sedang off hari ini untuk bekerja sekarang menggantikan Yura."
"Tidak, tidak. Aku tidak ingin mengganggu hari libur mereka. Jadi biar aku saja yang menggantikan."
"Tapi, oppa..." Minna tidak melanjutkan perkataannya saat melihat senyum di wajah Jimin. Pria di depannya memang benar-benar bertanggung jawab, pantas Ny. Kim Yujin mempercayainya. "Baiklah. Aku tidak akan berkomentar lagi." kata Minna akhirnya.
"Kalau begitu buat laporan akhir pekerjaanmu hari ini dan sampaikan salamku pada Yura nanti saat kau menjenguknya, aku ingin mandi dulu." Minna hanya mengangguk sambil melihat Jimin memasuki lift di depan sana.
*****
Jam ditangannya sudah menunjukan pukul 09:30 malam dan kepala Jimin mulai terasa pusing. Tentu saja, ia baru ingat kalau tidak makan siang tadi. Tentu saja, karena tadi siang ia menolak ajakan Jeon Jungkook. Dan tentu saja itu salahnya sendiri karena menolaknya dan berakhir pusing di balik meja receptionist sekarang. Dan sekarang ia tidak sempat untuk makan malam juga.
Tapi, mengingat tentang Jeon Jungkook, kira-kira berapa lama pria itu menginap disini?
Jimin pun melihat ke komputernya dan mencari nama Jeon Jungkook di daftar tamu."Ini dia." gumam Jimin. "Tiga hari?" lanjutnya lagi. Lalu dengan sedikit penasaran ia membaca profil dari pria itu. "Jeon Jungkook. Usia... 25 tahun?! Wah~ dia lebih muda dariku, sial sekali kakinya lebih panjang dariku." Jimin berdecih. Sebenarnya ia tidak membenci pria itu, hanya saja Jimin merasa sedikit malu mengingat kejadian di restoran Itali waktu itu. Ia mengira itu mejanya. Dan mengira ia tidak akan pernah bertemu dengan Jeon Jungkook lagi, tapi kenyataannya pria itu berada di hotel ini, dimana Jimin mengira ia sedang diuntit dan akan dijatuhkan dari pekerjaannya. Ya, mungkin saja Jungkook marah karena ia pernah mengklaim mejanya, pikir Jimin. Tapi sekali lagi ia dipermalukan oleh pikirannya sendiri. Jimin benar-benar tidak ingin bertemu atau berurusan dengan pria itu lagi, harapnya. Namun dunia tidak mendukungnya, Jeon Jungkook keluar dari lift di depan sana.
"Astaga, Tuhan mengutukku." gumam Jimin sambil berpura-pura sibuk dengan komputernya.
"Jimin-sshi?" Jungkook yang awalnya ingin duduk di sofa lobi hotel kini berjalan ringan ke arah pria yang sedang melihat-lihat komputernya itu. "Aku kira kau menejer disini?" lanjutnya sambil menyentuh meja recepetionist besar yang menghalanginya dari Jimin.
Pria yang ditanya berusaha terlihat normal dan tersenyum ramah, "Aku jenis orang yang bisa mengerjakan apapun." katanya.
"Wow." sahut Jungkook tanpa ekspresi. Dia menyadari wajah laki-laki di depannya terlihat pucat. "Kau sudah makan malam?" tanyanya memastikan.
Jimin menatap Jungkook, ingin sekali ia berteriak kalau ia belum memakan apapun sejak siang tadi. "Kenapa? Apa aku terlihat seperti orang kelaparan?"
"Tidak, tapi kau seperti mayat hidup." sahut Jungkook cepat.
Jimin tidak bisa berkata-kata, ia kemudian berdehem, "Lalu sedang apa kau disini? Tidak bisa tidur?" Jimin mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
"DEAR NO ONE"/KookMin (END)
FanficW A R N I N G !!! Boys Love. 20+ (Maaf, beberapa bagian di private)