Entah untuk berapa lama Jimin terduduk disana. Duduk menyandar dengan kepala terdongak menyandar pada sofa rumahnya. Bahkan untuk menyalakan lampu saja Jimin tidak ingin. Ia sedang duduk bergelap-gelapan memikirkan sesuatu.
Ya, Jimin memilih untuk pulang ke rumah setelah Lisa datang dengan kejutan ulang tahun buat Jungkook.
Dan sekarang Jimin memijit-mijit pelipisnya. Ia merasa pusing. Hatinya merasa tidak enak. Bagaimana mungkin ia bisa berkata-kata seperti itu pada Jungkook disaat pria itu sedang berulang tahun?Jimin menggeleng. Ini bukan kesalahannya. Jimin juga tidak tau kalau Jungkook sedang berulang tahun. Lisa juga tidak memberitahunya. Wanita itu hanya meminta bantuannya untuk memanggil Jungkook ke restoran Itali.
Jadi? Apa mereka sedang bersenang-senang sekarang?Jimin menggeleng lagi. Ia berusaha menepis hatinya yang entah kenapa merasa sakit. Ia sendiri yang ingin membantu Lisa. Jadi, ia tidak boleh seperti ini.
Tok! Tok!
Pintu rumahnya diketuk. Jimin melihat pintu di depan sana. Lalu melirik jam tangan pemberian Yoojung yang ia kenakan. Hampir tengah malam. Siapa yang bertamu di rumahnya dijam-jam seperti ini?
Mau tidak mau, Jimin pun bangkit dan menyalakan lampu rumahnya. Lalu menuju pintu dan segera memutar kunci.
Pintu itu dibuka. Mata Jimin melebar. Ia kaget melihat sosok berantakan di depannya."Jung...Jungkook..."
Dengan sedikit sempoyongan Jungkook memasuki rumah Jimin tanpa permisi. Ia langsung memeluk pria mungil itu dengan erat. Jimin dapat mencium bau alkohol dari tubuh Jungkook.
"Yah... Kau mabuk?" Jimin berusaha melepaskan pelukan pria itu. Ia hampir saja terjatuh karena menahan beban ditubuhnya.
"Kenapa...kau memperlakukanku seperti ini, Jimin-sshi?" Jungkook bersuara. Jimin langsung terdiam, tidak bergerak dan tidak berusaha melepaskan pelukan dari Jungkook.
"Aku...aku sangat menyukaimu. Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa ini karma yang kudapat karena telah membunuh adikku?"Jimin terhenyak. Ia langsung memegang kepala Jungkook dan menatap kedalam mata pria itu. "Apa yang kau katakan?" Kata Jimin dengan nada marah.
Jungkook membalas tatapan Jimin dengan masih memeluknya. "Aku mencintaimu."
Jimin memalingkan wajahnya. Ia segera melepaskan pelukan Jungkook yang mengendur. "Pulang dan beristirahatlah. Kau sedang mabuk." Katanya meminta sambil berjalan mendekati sofa.
Jimin benar-benar kaget dengan penampilan berantakan Jungkook. Kemeja yang sebagian keluar dari celana jeans hitamnya, rambut yang berantakan dan beberapa kancing kemeja yang bagian atas tidak terkait. Untuk pertama kalinya Jimin melihat Jungkook seperti itu.
Well, Jimin memang pernah melihat Jungkook 'berantakan' sebelumnya di tempat tidur, tapi tidak menyedihkan seperti saat ini."Apa aku melakukan kesalahan padamu?" Jungkook bertanya. Jimin berbalik dan kembali melihatnya. "Aku minta maaf kalau sudah membuatmu marah. Aku akan menebus kesalahanku. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Tapi tolong jangan lakukan ini padaku. Jangan menyuruhku untuk menjauhimu. Aku benar-benar tidak bisa melakukannya." Jungkook perlahan berjalan mendekati Jimin yang berdiri di dekat sofa.
Demi Tuhan, Jimin merasa terluka melihat pria di depannya. Jungkook benar-benar berbeda sekarang. Benar-benar terlihat sangat menyedihkan. Apa yang telah ia perbuat pada Jungkook?
"Kumohon, Jimin-sshi." Jungkook menyentuh sebelah pipi Jimin saat tepat berada di depan pria mungil itu. "Aku hanya ingin berada di dekatmu."
Wajah Jungkook semakin mendekat. Dengan otomatis Jimin memejamkan matanya. Mereka berciuman. Jungkook sedang menunggu kepastian dari pria mungil itu. Jadi, ia hanya menempelkan bibirnya saja tanpa pergerakan apapun. Cukup lama. Sampai akhirnya Jimin membuka mulutnya dan melumat bibir bawah Jungkook. Jungkook pun tersenyum dari balik ciuman. Lalu, membuka mulutnya juga dan melumat bibir atas Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
"DEAR NO ONE"/KookMin (END)
FanfictionW A R N I N G !!! Boys Love. 20+ (Maaf, beberapa bagian di private)