11 | Putri

2.2K 258 5
                                    

Aku langsung menelepon Putri setelah selesai ber-video call dengan mama. Aku di marah habis-habisan sama mama. Tapi bukan karena aku jujur kalau aku punya pacar atau jalan berduaan, ini karena aku bilang sama mama aku habis dari kost teman habis ngerjain tugas.

"Anak gadis nggak baik pulang malam. Kenapa kerjain tugasnya nggak pas pulang dari kampus? Harus kerjain tugas sampai selarut ini? Jangan macam-macam kamu di kota orang, Dey. Jangan bikin mama khawatir!"

Hm, lagian aku mau macam-macamnya gimana juga sih, ma?

Selama di video call aku hanya manggut-manggut dan jawab sekenanya sama mama. Jujur saja, kadang feeling mama itu terlalu kuat sampai susah buat aku bohongin.
Tapi, kalau aku mau jujur sekarang kalau aku punya pacar, video call kami pasti tidak akan berakhir sampai matahari kembali muncul. Semoga feeling mama tentang adanya pacar ini nggak ketahuan. Tapi, aku janji kok sama diriku sendiri kalau aku bakalan cerita ke mama di tempat dan waktu yang tepat.

Putri mengangkat teleponku. Namun, terasa aneh karena Putri hanya diam saja selama beberapa detik, padahal biasanya anak itu langsung berteriak 'halo' hingga aku harus menjauhkan ponsel dari pendengaranku.

"Halo," ucapnya dari seberang sana. Nada bicaranya sayu sekali. Ada apa ya?

"Put, lo kenapa?" tanyaku. Dia terisak pelan, membuat kecurigaanku makin besar. Kayaknya memang ada yang nggak beres di sana. "Put, lo di mana?"

"Gue.., gue takut, Dee," isaknya makin kuat. Dia nangis.

"Put, sekarang lo di mana? Gue suruh Gara biar jemput lo!"

"Gue.., gue di bar."

"Eh?"

**

Aku langsung menelepon Gara begitu Putri mengirimkan nama tempat dia berada. Untung Gara belum tidur dan nggak ada urusan apa-apa lagi setelah mengantar aku pulang tadi. Dan untungnya dia mau. Aku mengecek lokasi Putri di Google Maps. Lokasinya sekitar 20 menit dari kost-ku. Semoga saja Putri sampai ke sini tepat waktu sebelum gerbang kost-ku benar-benar di tutup.

Aku nggak habis pikir kalau tunangan Putri itu benar-benar brengsek. Sudah tahu kalau Putri itu tunangannya, cuma tinggal nunggu si Putri lulus juga langsung bakalan nikah. Nggak sabar banget apa sampai harus memperkosa segala. Nggak takut dosa ya itu orang? Jadi orang nggak pakai otaknya kebangetan banget.

Hm, semoga Gara nggak kayak gitu ya.

Putri sampai di kost-ku tepat waktu, ketika Mas Surya- penjaga tempat kost-ku, baru akan menutup gerbang. Putri turun dari motor Gara, kulihat wajahnya merah dengan matanya yang sembab, sementara jilbabnya sudah tidak jelas lagi bentuknya. Putri benar-benar kacau.

"Mas, teman saya numpang nginap semalam ya. Besok uang nginapnya saya bayar."

"Iya, nggak apa-apa," jawab Mas Surya. Walaupun nggak kenal, wajah Mas Surya terlihat sedikit prihatin saat melihat keadaan Putri.

"Makasih ya, Mas," ucapku, ramah. Sementara Putri kusuruh masuk dan duduk di dalam kamar, aku menemui Gara sebentar. "Saya boleh bicara sama Gara sebentar, Mas? Lima menit aja."

"Yaudah, saya masuk sebentar. Nanti kalau sudah panggil aja."

Setelah aku mengucapkan terimakasih kepada Mas Surya, laki-laki itu kemudian langsung meninggalkanku bersama dengan Gara.

"Dia nggak ngomong apa-apa. Begitu aku jemput di kamar yang kamu bilang itu. Semuanya berantakan dan nggak ada laki-laki di sana, selain dia yang meringkuk di bawah tempat tidur."

"Pasti laki-laki brengsek itu udah kabur."

"Yaudah, kamu mending tenangin dia dulu. Aku langsung pulang aja ya."

"Iya. Makasih ya, Bang. Maaf karena aku ngerepotin malam-malam kayak gini," ucapku, tulus.

"Aku nggak masalah kalau di mintain tolong yang kayak gini, kok. Yang nggak sukanya di mintain tolong beli makanan. Aku udah jadi kayak tukang go-food," sindirnya.

"Nggak iklas, ya. Yaudah, aku janji nggak akan minta tolong lagi. Ini terakhir kalinya juga, kok. Makasih ya, Bang."

Setelah mengucapkan hal itu, aku langsung saja pergi meninggalkan Gara, masuk ke kamar dan mengunci pintu. Bodo amat, menyebalkan. Lagian dia juga yang bilang waktu itu, 'kalau ada yang mau di tolongin, bilang sama aku,ya.'. Sekarang, apa? Huh, dasar omong kosong!

Tapi.., kenapa kok tiba-tiba rasanya dadaku jadi sesak gini ya? Aneh.

Gara mengedor pintu kamarku. "Dee, aku bercanda. Jangan dianggap serius, please!"

Becandaan lo nggak lucu, Gar!

Aku mengabaikan gedoran itu, hingga di menit berikutnya ku dengar Mas Surya menginterupsi, sepertinya Gara di suruh pulang karena membuat keributan. Ku dengar motornya melaju meninggalkan kost-anku.

Aku melihat Putri duduk di atas tempat tidurku dengan wajah menempel di lipatan kakinya. Begitu aku duduk di sebelahnya, dia langsung memelukku. Aku menbalas pelukannya seraya menepuk-nepuk pelan punggungnya.

"Gue takut, Dee. Aji..," isaknya.

"Udah. Lo udah aman di sini," kataku mencoba menenangkan.

Emang bejat banget si Aji. Dari awal sebenarnya aku udah nggak suka sama laki-laki itu waktu pertama kali Putri kenalin ke aku. Dari wajahnya aja udah kelihatan brengseknya. Ternyata aku memang benar! Kalau ngelihat Putri aja berani diginiin, pasti dia udah banyak ngelakuin sama perempuan lain. Ih, udah nggak waras otak itu laki-laki. Sinting! Rasanya pengen aku sunatin sampai habis biar dia tahu rasa dan nggak berani kayak giniin perempuan manapun lagi.

"Hm, tenangin diri lo, Put. Udah ya, nangisnya. Kasian juga sama badan lo. Mending sekarang lo istirahat, oke."

Dia mengangguk. Jujur, aku ingin sekali mendengar bagaimana kejadian kronologisnya, tapi aku nggak akan memaksa Putri bercerita sekarang. Dia harus istirahat dan aku juga nggak mau dia cerita di saat emosi yang nggak stabil kayak gini. Aku takut malah dia semakin stress. Dan aku mau dengar ceritanya sampai dia sendiri yang benar-benar ingin menceritakannya padaku. Aku tidak akan memaksanya meski penasaran setengah mati. Kenapa? Karena aku selalu menjaga privasi orang lain, meski itu orang tuaku sendiri.

Jadi, sepanjang malam ini aku dan Putri hanya tidur dan saling berdiam diri di dalam satu kamar.

Sementara Putri sudah terlelap, aku mulai berpikir. Entah mengapa tadi Gara ngomong kayak gitu di saat situasi seperti ini, kan jadi bikin mood-ku tambah semakin kacau.
Tapi ini benar-benar aneh, kenapa aku bisa mendadak ngerasa sesak kayak gini pas Gara benar-benar pergi dari kost-ku? Hm.

**

021217

Please, Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang