6 | Nge-date (?)

3.5K 361 4
                                    

"Devania Sophie."

Seseorang menyikut lenganku, hingga aku hampir terjatuh karena tadinya lenganku, kugunakan untuk menopang dagu. Menoleh, kudapati Putri sudah duduk di sampingku dan Praska duduk dihadapanku.

"Galau mulu sih, mblo," ledek Praska. "Lihat nih gue, mblo-mblo begini selalu bahagia." Dia terbahak puas.

Aku menghujam tatapan kesal padanya. "Berisik banget sih lo keset!" Dia semakin terbahak. Emang terkadang Praska ini mulut nistanya butuh di jahit.

"Yeee, sembarangan bilang Dee masih jomblo. Dia udah punya gebetan kaleee," kata Putri.

"Ah, cuma pacar online doang, mah. Kan, real-nya masih jomblo," celetuknya.

"Dia udah ketemu kalee sama pacar online-nya. Udah resmi jadi real!" kata Putri dengan wajah innocent. Aku kemudian mendelik sebal padanya, dia malah nyengir tak berdosa. Padahal sudah kubilang untuk tidak memberitahu siapa pun dulu. Menyebalkan.

"Hah, yang bener, Dee?" Aku hanya diam. Praska beralih pada Putri. "Nah, lo aja yang jawab, Put! Siapa dia, siapa yang rebut bidadari gue secara real, Put?" tanya Praska menggebu-gebu.

Nah, kan. Kelakuan ini orang.

"Kepo ah lo, keset!"

"Loh, jadi bener?" Dia terlihat patah hati.

Aku memutar bola mata. "Drama banget sih muka lo, Pras."

"Iss, gue beneran patah hati tauk, Dee.  Tega lo, ah. Parah lo PHP-in anak pejaka orang!" katanya dengan nada sedih dibuat-buat. Aku dan Putri sontak tertawa.

"Yakin masih pejaka lo, Pras?"

Dia sontak menampilkan tampang malu-malu. "Bibir aja kok yang udah nggak."

Putri berdiri, menjitak gemas pelipis Praska. Aku terbahak, sementara Praska meringis. "Barbar banget sih lo, Put. Untung cantik. Ih, jadi gemes, deh. Sini-sini, babang Praska cium dulu, mumumu." Dia memajukan bibirnya ke arah Putri, dan dengan gemas Putri menamplok bibirnya dengan buku novel yang dia bawa.

Aku semakin terbahak. Memandang sekitar, ternyata beberapa orang di kantin memperhatikan kami dengan berbagai tatapan. Ada yang terlihat kesal, penasaran, dan biasa aja. "Udah ah, berisik banget kalian berdua. Lihat, kita udah jadi perhatian orang-orang gini."

"Eh, masa?" tanya Putri. Gantian Praska dan Putri yang memandang sekitar. Putri sendiri langsung memasang wajah minta maaf, sementara Praska memasang cengiran nista di bibirnya. Astaga, kok bisa ya aku punya teman sejenis Praska begini?

"Jadi Dee, jadi siapa gebetan lo?" tanya Praska. Dia masih penasaran ternyata.

Aku mendelik sebal kearah Putri, sementara dia hanya nyengir kuda. Aku menghela napas lelah, akhirnya menjawab, "Bang Gara."

Praska terbelalak. "Hah? Seriusan lo, Dee? Si Gara?"

Kami bertiga sontak menoleh saat suara deheman menginterupsi. Aku mendongak, melihat Gara menjulang tinggi, berdiri tepat di sampingku. Dia menampilkan senyum tipis kepada kami bertiga. Sebelumnya, dia tidak pernah tersenyum kepada siapa pun dan selalu memasang wajah triplek ke semua orang. Tapi, kenapa sekarang mudah sekali dia menampilkan senyumnya, meski hanya setipis ini?

"Hai," sapanya, ramah.

Nah, kan. Kok dia aneh begini setelah membuka wajah aslinya kepadaku dan kepada dunia nyata?

"Eh, Gar. Hai juga. " Praska menyahut.

"Keliatannya kalian lagi bahas hal seru, ya? Gue perhatiin dari jauh kayaknya ada hal menarik yang bikin kalian tertawa sampai jadi perhatian banyak orang."

Please, Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang