10 | Feeling

2.4K 264 3
                                    

Siang ini, aku mengerjakan tugas kelompok pengantar akuntansi dengan teman baruku yang namanya Dita. Eh, nggak baru juga, sih, kami sudah ada beberapa minggu sering komunikasi satu sama lain di kelas ataupun lewat chat. Bisa dikatakan kami sudah resmi berteman sekarang. Dan temanku juga semakin bertambah banyak, itu karena Dita memang orangnya ramah dan pandai bergaul, lalu pada akhirnya dia kenalkan ke aku. Ya, mau gimana, aku memang kuper alias susah bergaul.

"Gimana, ngerti nggak?" tanya Dita. Aku menggeleng pelan. Dan Dita pun menepuk jidatnya. "Yaudah, kamu salin dulu, nanti aku jelasin ulang!" Aku mengangguk dan mulai menyalin tugas pengantar akuntansi yang sudah dikerjakan Dita.

Ah, rumit sekali pengantar akuntansi ini. Belum ada satu semester rasanya sudah mau nyerah aja sama pelajaran ini. Aku benar-benar nggak paham sama akuntansi. Ya gimana, pas SMA aku juga masuk kelas ipa. Nah, sudah gitu nganggur setahun pula, eh terus tiba-tiba mendadak masuk kuliah ngambil ke akuntansi. Luar biasa emang.

Belum lagi ada satu dosen yang kudapatkan tahun ini yang luar biasa menyeramkan dan terkenal sangat killer. Dan kelasku akan ada kuis dengan mata kuliah dosen killer itu, besok. Jadi ingin berkata kasar, kan. Huh.

Beberapa hari ini Gara juga sering chat aku, karena kami nggak bisa ketemuan. Kelasnya selalu beda jam sama sesiku. Aku banyak kedapatan sesi siang sampai sore, sementara dia banyak kedapatan sesi pagi sampai siang. Kalau pun sesi kami di jam yang sama, dan atau malam aturannya bisa ketemuan, terkadang aku atau dia ada kerja kelompok. Jadi, ya begitulah. Kebanyakan bentroknya, sih.

Ponselku tiba-tiba bergetar. Aku yakin pasti ini chat masuk dari Gara.

Nah, bener.

Gara: udh siap japoknya?

Me: blm. Jam 6-an kyknya. Soalnya, ku blm ngerti.

Gara: kok lama, sih? Nggk baik anak gadis plg malem. Kmrn katanya di ceramahin sama mamanya krn plg malem. Mau di ceramahin lagi?

Me: ya gmn, bang? Sabaran dikit kek. Nih nih, ngebut aku, nih.

Gara: byk kali nih nya :(

Me: bodo, ah. Mau cepet nggk, nih? 😒

Gara: iya, iya. Yg cepet ya, ncung!

Dia sekarang panggil aku dengan sebutan ncung. Soalnya pertama kali, dia panggil aku pesek dan aku nggak terima dikatain pesek, karena aku mancung. Dan pada akhirnya dia panggil aku ncung- yang artinya mancung. Aku sempat nggak terima juga dipanggil begitu, tapi dia langsung bilang ...,

"Nggak ada penolakan! Udah bagus aku terima kalau kamu emang mancung."

Ada-ada aja, kan? Hm.

Setelah selesai menyalin tugasnya, Dita kembali mengajariku dan aku sudah mulai sedikit paham, meski nggak paham-paham banget.

"Nggak apa-apa, namanya juga belajar, jadi butuh waktu juga buat mencerna," kata Dita sembari memasukkan buku-buku dan peralatan lainnya.

"Iya," jawabku. "Makasih ya, Dit."

"Sama-sama. Jangan lupa belajar buat besok, yak!"

"Sip, bosku." Aku terkekeh.

"Aku duluan, ya. Kakakku soalnya udah dateng ke kosku."

"Sip. TIATI, DIT! AWAS KESANDUNG!" teriakku, saat kulihat dia masuk ke lift basement.

"YA, KAMU JUGA TIAT...," jawabnya juga dengan teriakan, namun terpotong karena pintu lift sudah tertutup.

Please, Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang