16 | Rapat

1.2K 159 4
                                        

Aku membuka Line dan melihat grup komunitas jurnalis, ada pemberitahuan untuk hadir dalam rapat hari ini yang akan diadakan jam setengah 7 malam. Aku dengan cepat mengirim pesan kepada Gara untuk membatalkan janji kami.

Me: bang Gara, hari ini aku ada rapat komunitas. Makan barengnya dibatalin dulu yak.

Gara: yah. Yaudah, deh. Nnti klo dah plg, kabari ya!

Me: knp gt?

Gara: biar aku tahu klo kamu dah plg, Dee. Jadi aku nggk akan khawatir.

Me: hehe, oke bang. Shappp bos!!

Gara: good girl!
Gara: beneran dikabarin ya, awas aja klo nggk! Aku teror kamu semalaman 😈

Me: isss, iya iya. Bawel 🙃

Kebetulan banget, rapat waktu aku keluar kelas. Jadi, aku nggak perlu capek bolak-balik ke kos baru ke kampus lagi. Kulirik kakak tingkat menyebalkan yang sekelas denganku, dia sedang memasukkan buku-bukunya, sembari berceloteh dengan teman-temannya.

Dita menyenggol lenganku saat aku sudah berdiri dari tempat duduk. "Ayo!" katanya.

"Eh, gue lupa bilang. Nggak bareng kali ini, Dit. Gue ada rapat komunitas," kataku.

Dita mengangguk. "Ohh. Yaudah, kalau gitu, gue duluan ya."

"Sip. Hati-hati, Dit!"

Dita mengacungkan jempolnya, sembari mengiring langkah keluar dari kelas. Tanpa kusadari, kakak tingkat yang menyebalkan itu telah berdiri di depanku, membuatku terlonjak kaget.

"Astaga!" kagetku. "Oh, untunglah jantungku masih selamat," gumamku.

Kakak tingkat menyebalkan yang masih nggak kuketahui namanya tertawa terbahak-bahak melihat reaksiku.

"Mau mati, ya?" tanyaku, sebal.

Dia semakin tertawa. "Aduh, galaknya. Jadi gemes, deh."

"Nggak usah cuil-cuil, deh. Genit amat." Aku meliriknya dari atas sampai ke bawah. "Cakep, sih, cakep ya. Tapi kalau genit, cewek jadi ilfeel. Pantes jomblo terus," sindirku.

Aku jujur dari hati yang paling dalam, kok. Kakak tingkat menyebalkan ini memang lumayan ganteng, tapi kalau kelakuannya seperti ini, siapa yang mau? Malah bikin risih. Benar, kan?

"Sotoy lo, Dek. Gini-gini gue punya banyak mantan tahu," katanya.

Songong!- batinku.

"Bodo, Kak. Udahlah, permisi! Gue mau out." Aku berjalan mendekati pintu, namun kakak tingkat itu menghalangi jalanku. Mau apa lagi, sih?- pikirku.

"Lo mau bolos rapat, ya!" tuduhnya.

"Sotoy lo, Kak. Ya ini gue mau ke ruang rapatnya, kalee!" balasku, sinis.

"Oh. Bareng!"

"Terserah, Kak. Minggir, deh!"

"Oke," katanya semangat, memberiku jalan keluar, dan mengikutiku tepat di sampingku.

**

Perjalanan yang terasa sangat panjang, akhirnya berakhir. Kakak tingkat menyebalkan itu akhirnya berkumpul dengan teman-temannya yang lain, nggak menggangguku lagi. Padahal jalan ke sini hanya 15 menit, terasa jadi satu jam kalau sama dia. Sepanjang jalan, dia berceloteh, dan membuat kepalaku pusing-- nyaris pecah.

Aku menenggelamkan kepala kelipatan lenganku. Aku masih harus menunggu sekitar 10 menit lagi di dalam sini sendirian. Ini adalah rapat pertama, dan belum ada yang aku kenal. Sebab terakhir kali aku wawancara dan mendengar pengumuman masuk, hampir satu bulan komunitas ini tidak ada kabarnya. Aku merasa kalau komunitas ini sedikit tidak kondusif. Tapi mau bagaimana lagi? Aku terlalu menyukai dunia menulis, dan ini adalah satu-satunya komunitas yang sedikit santai pertemuannya dari komunitas yang lain.

Please, Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang