AC kamar Radit akhirnya dibenahi... saat berpindah aku sedang ke Kantor dan membetulkan Gadget Radit supaya dapat diisi dengan game-game kesayangan Radit. Saat aku pulang kembali ke bangsal Isolasi Radit.. AC telah diperbaiki dan cukup dingin. Aku lihat Radit tertidur pulas.. apa ini akibat perbaikan AC ya.. batinku. Aku raba kepala Radit... masih panas.. dan aku cek lagi kakinya.. hmmm dingin.. pasti ini akan demam lagi Radit. Kekhawatiranku demam selalu terjadi kalau aku raba kaki Radit dingin. Terkadang lalu aku panaskan kaki Radit dengan bantal elektrik panas, untuk mengurangi dingin kaki Radit.
"Lho pak ... aku dimana ini.. ini apa ini pak... pak ini apa... aku dimana ini pak? tiba-tiba Radit bangun dengan berteriak-teriak.
"Di rumah sakit nak... sabar...nak" kataku sambil memijit kakinya.
"Whaaaah.... " tampak kecewa Radit berteriak keras... tampaknya Radit bermimpi telah sembuh dari penyakitnya. Dan saat terbangun ia menghadapi kekecewaan itu.. tubuhnya masih diinfus, selang sonde masih ada..serta selang oksigen masih di hidungnya.
"Pak .... panggilkan Dokter pak... pakkkkk panggilkan dokter pak.. aku sudah nggak tahan pak...cepat pak panggilkan dokter..." teriak Radit berulang-ulang. Untung dokter jaga hari ini cukup baik .. sering ke tempat Radit untuk memeriksa denyut nadi di kaki, temperatur, serta menanyakan diare Radit.
Keinginan ditunggui dokter, sangat tinggi sehingga kadang aku merasa nggak enak dengan dokter-dokter maupun suster yang sedang bertugas karena seringnya aku melapor keadaan Radit. Beruntung sekali dokter Deni mampir di tempat Radit, dan Radit tempak tenang saat dr. Deni masuk dan memeriksanya.
"Panasnya masih tinggi ya pak..." tanya dr. Deni padaku
"Awal-awal Meropenem masuk dulu.. sudah stabil pak panasnya.. tapi sekarang kok kembali panas lagi..." keluhku.
"Nggak pa pa.. gimana Radit masih pusing, pandangan kabur, telinga berdenging.. " pertanyaan default dr. Deni kalau bertemu Radit.
"Nggak dokter.. cuman perut Radit sakit dokter...tolong dokter" kata Radit menghiba kepada dr. Deny.
"Iya.. ini dokter tolong.. tapi kamu istirahat ya.. tidur dulu biar cepat sembuh" kata dr. Deny
"Sudah berhari-hari Radit sulit tidur dok" kataku menjelaskan
"Oo... tidur ya Radit biar cepat sembuh" kata dr. Deni sambil memeriksa mulut Radit yang masih berdarah karena trombocitnya yang masih rendah.
"Pak tolong mulutnya Radit dibersihin ya pak, pakai kassa lembut atau pake cotton bud" kata dr. Deni kepada saya.
Saat dr. Deni akan pergi, Radit kembali meminta dr Deni untuk tetap di sisi Radit menungguinya.
"Dokter Deni keliling dulu ya mas Radit... masih banyak pasien Radit baik-baik kok.. pasti sembuh" kata dokter Deni saat akan pergi keliling ke pasien lain.
"Jangan dokter di sini aja... perutku sakit dokter.. dokter di sini saja" kata Radit memegang tangan dr. Deni.
"Masih banyak pasien dr. Deni dik yang menunggu.. kasian mereka kan..." kataku membujuk Radit. Tampak dengan berat hati Radit melepaskan pegangan tangannya dan dr. Deni pun berlalu ke bangsal yang lain. Dr. Deni sosok dokter yang perhatian sekali terhadap Radit.. mungkin terhadap pasien yang lain juga. Istriku terkesan dengan keramahan dr. Deni dan ketulusannya dalam membantu pasien dan keluarganya. Tampak Radit juga terkesan dengan dr. Deni, hal ini terlihat apabila kesakitan nama dr. Deni selalu disebut di samping prof. Taryo.
Diare Radit masih berkepanjangan.. dengan bentuk berak cair kehitaman, kemudian pipis berwarna kemerahan.
Saat aku akan mandi, posisiku digantikan oleh oom nya Radit. Aku bisa membayangkan betapa repotnya oom, yang baru pertamakali harus menghadapi penyakitnya Radit, serta diarenya yang tidak surut. Badanku sudah tidak karu-karuan, dan aku khawatir akan sakit melihat tenggorokanku sudah sangat sakit untuk menelan. Badanku terkadang mengigil kedinginan, ini menandakan aku dalam keadaan yang cukup kelelahan dan kecapekan. Istriku tahu akan hal ini, dan khawatir jika aku sakit siapa yang akan menunggui Radit. Dengan kondisi Radit seperti itu, tidak ada yang tega menungguinya kecuali bapaknya. Oom nya Radit berkali-kali tidak tahan melihat penderitaan Radit, dan terlihat menangis meskipun disembunyikan dari Radit.
Saat aku ganti kembali posisi oom yang menjagai Radit.. memang betul terlihat kerepotannya. Karena penanganan diare Radit, serta pipis yang belum terstruktur sehingga pipis dan berak Radit banyak menempel di selimut dan sprei nya. Hal ini tentu kurang bersih dan aku khawatir infeksi Radit bertambah-tambah. Oleh karena itu akupun memutuskan untuk mengganti sprei dan baju Radit saat itu. Diare Radit selalu muncul hampir setiap 2 jam, dan perut Radit selalu sakit keluhnya. Omongan Radit terkadang melantur, dan emosinya meledak-ledak saat aku tunggui.
"Pak .. panggilkan dokter pak....itu ada dokter ... panggilkan pak" kata Radit kembali.
"Iya nanti pasti ke sini.. sabar ya..." kataku gugup karena permintaan ketemu dokter kembali Radit.
"Bapak itu ... kalau aku suruh minta Dokter ke sini pasti nggak mau.... nggak seperti Oom..." kata Radit kesal terhadap bapaknya.
"Iya nanti kan ke sini Radit.. pasti dokter akan kesini.. nunggu waktu kan.." kataku menjelaskan kepada Radit...
"Waaaah..... bapak itu ngeyel..(jw. keras kepala) bapak itu ngeyel... cepat panggilkan dokter !!!" kata Radit sambil membelalakkan mata. Akupun jadi teringat jika aku marah terhadap Radit aku akan bersikap hal yang sama seperti Radit membelalakkan mata kepada Radit. Radit biasanya takut saat aku bersikap seperti itu. Dan Radit saat inipun membalas kebiasaanku marah seperti itu kepadaku. Rasa sesal menyesak di dadaku.. tidak tertahankan melihat sikap Radit seperti ini.
"Cepat pak... panggilkan... atau aku lebih baik meninggal saja......" kata Radit ketus dan mengagetkan aku. Dapat dari mana anak ini mengancam bapak nya menggunakan kata-kata seperti itu. . akupun hanya bisa lemas dan mencoba mencarikan dokter jaga saat itu. Kebetulan dokter jaga mau aku suruh ke ruangan Radit untuk memeriksa keadaan Radit.
"Nih .. ibu dokter datang... bapak kan juga seperti ooom kan..memanggilkan dokter" kataku sambil menunjuk dokter yang datang. Dokter memeriksa keadaan Radit..kembali seperti biasa tidak ada perubahan tindakan kecuali memeriksa denyut nadi kaki, tangan, dan pergi begitu saja.
Aku lihat catatan harian kesehatan Radit.... hmmm... hampir 7 kali lebih hari ini Radit berak. Tentu sangat melelahkan dan sakit keadaanya.
"Pak pipis pak..." kata Radit....kemudian aku ambilkan pispot pipisnya.
"Gimana to bapak ini... aku mau E Ek kok .. bukan pipiiiiis " kata Radit ketus menyalahkan aku. Sudah beberapa hari ini Radit memang sering kebingungan antara pipis dan berak sehingga akupun maklum selalu dimarahin Radit. Saat Radit berak.. terkadang pipisnya tidak dapat ditahan dan kemudian mengenai Sprei nya,sehingga akuputuskan untuk meminta sprei yang tahan air... akan tetapi tentu membuat Radit sedikit gerah tidak nyaman.
Malam ini aku betul-betul tidak tidur sama sekali.. karena berak Radit cukup sering dan banyak. Cair dan mulai sedikit ada gumpalan-gumpalannya, menurutku akibat dari transfusi FFP mungkin darah Radit banyak yang menggumpal walaupun prosentase airnya cukup tinggi. Aku laporkan keadaan Radit yang cukup banyak kehilangan cairan kepada dokter, dan kemudian dokter mempercepat tetesan infusnya. Akupun mulai memasukkan cairan pengganti diare melaui sonde, serta obat-obat yang lain.
Pagi ini kaki Radit sangat dingin... dan tampak tertidur kecapekan. Pagi-pagi dokter Lia memeriksa denyut nadi Radit.. di kaki.. kemudian memeriksa menggunakan stetoskop di dadanya. Tampaknya ada keresahan dr. Lia memeriksa Radit..
KAMU SEDANG MEMBACA
Obat Terakhir Raditya
SpiritualCerita ini adalah pengalaman pribadi saya sebagai bapak, yang mendampingi hari-hari terakhir anak saya yang divonis Leukemia. Ingin saya buang kenangan ini, akan tetapi semakin ingin saya melupakannya, semakin kuat saja kenangan ini hadir di setiap...