Kangen Ibu

374 3 0
                                    

Pandangan kosong, mata cekung, kesakitan, dan tangisan pengen pulang... menyayatku kembali. Saat malam hening di isolasi... merupakan saat tersunyi yang pernah aku rasakan... aku pandangi wajah kurus anakku... dengan mata setengah terpejam.. mulut setengah tertutup.. mendengkur... hmmmm anak ku mendengkur.. pertanda dalam tidurnya... dengkur yang tidak asing anakku...

"Kamu terlalu lelah ya nak... sakitmu cepat lah berlalu ya..." kataku perlahan.

Ya... Tuhan.... Setelah aku singkap selimut Radit... oh My God.... Radit ternyata berak dalam tidur.. badannya penuh dengan kotorannya.. tampaknya Radit pipis pula dalam tidur mendengkurnya..... Saat itu merupakan saat yang sangat tersulit dan terberat dalam membangunkan Radit dalam tidurnya. Setelah hampir 3 minggu tidak dapat tidur mendengkur... ternyata bapak harus membangunkan kamu untuk aku ganti dari sprei, celana, sarung gulingmu.. bajumu.. oh Tuhan.. begitu berat cobaan mu nak.

Dalam ketidak tegaan, aku bangunkan Radit dan aku ganti semuanya. Aku telanjangi tubuh kurus Radit.. dan iapun menggigil kedingingan.. menusuk rasa iba hatiku...Mengganti baju dengan infus, dan sonde serta selang oksigen.. memang cukup ruwet butuh kesabaran. Apalagi ditambah dengan mengganti sprei tempat tidur Radit. Radit sendiri tidak mungkin bangun karena terlalu lemah... untuk bapaknya sudah cukup terampil melakukannya sehingga tanpa waktu yang terlalu lama, baju, celana dalam, celana luar, sprei, perlak, dan sarung bantal sudah harum lagi. Aku cukup puas karena Radit kembali tertidur dalam mimpi sembuhnya....

Dengkuran Radit terdengar lagi.. menjadikan aku cukup damai mendengarnya.. pertanda Radit cukup terlelap.. tidur yang tidak ia nikmati hampi 3 minggu. Aku berhadap dengan tidur ini Radit akan semakin segar... dan sembuh.... Pulang... sekolah... dan jalan-jalan ke Gembira Loka.. Ke Bandung.. dan ke Lampung Naik Pesawat.. janjiku kepada Radit... dan yang penting janji yang harus ditepati adalah "Bapak tidak marah-marah lagi" itu yang ingin dibuktikan Radit.

Malam ini Radit hanya minta buang air besar sekali.. dan itupun tidak terlalu banyak...sayapun berharap diarenya Radit segera berhenti... dan akupun ingin mendengar kabar baik yang aku tunggu-tunggu..... Radit boleh pulang.... Itu saja isi doaku....

Dr. Dany.. mampir pagi itu.. dan mencoba memeriksa Radit cukup lama.. perhatian dokter satu ini memang cukup bagus terhadap Radit... sekali lagi mungkin terhadap semua pasien dr. Deni ini semua diperlakukan sama.. namun perasaanku dokter ini cukup perhatian dengan anakku.

"Beraknya sudah berkurang pak... " kataku mantab

"Syukurlah bapak... semoga semakin baik" kata dokter sambil masih memeriksa Radit dengan detail. Nampak dokter ini cukup serius dengan pemeriksaannya, berkali-kali ia memeriksa nadi di kaki dan di jempol serta melakukan tensi mengukur tekanan darah menggunakan alat tensi kuno yang besar. Aku heran kok dokter ini repot-repot menggunakannya, menggunakan alat modern penjepit jempol saja kan cukup sebenarnya. Aku sering melihat penjepit jempol kaki atau jempol tangan untuk mengukur sesuati..tampaknya detak jantung yang diukur.

"Dokter perutku sakiiit selai...... kok masih sakiiit to dok" keluh Radit terhadap dokter Deny.

"Iya ini mencret biasa kok....gak papa" kembali jawaban dokter Deni seperti yang lain.

"Ini ada bakteri E Coli pak.. jadi mencret Radit ini bukan karena apa-apa akan tetapi bakteri E Coli saja" kata dokter Deny.

"Dulu waktu Balita.. Radit pernah mondok lama dokter, karena diare.. mungkin ada hubungannya dengan sakit diarenya saat ini ya dok" kataku menjelaskan

"Ooooo dulu pernah diare ya pak..." kata dokter Deni agak terkejut.

"Iya dokter hampir lebih 2 minggu di Panti Rapih" kataku

Obat Terakhir RadityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang