Suster yang selalu terharu

405 2 0
                                    

Saat memasukkan obat ke infus Radit, terkadang Radit kesakitan yang amat sangat sehingga secara default Radit akan mengatakan kepada suster

"Pelan-pelan ya suster" itu kata yang selalu terucap sebelum memasukkan obat suntik ke infus. Ada dua suster yang sepertinya tidak tahan dengan kondisi Radit. Satu suster bernama Sri dan satunya tidak tahu namanya.

"Aku pengen pulang suster.. aku pengen sembuh..." kata Radit..

"Kamu pasti sembuh sayang.." kata suster Sri yang menunggui infus penurun panas habis.

"Kenapa aku yang sakit suster.... Aku sudah ngomong sama bapak minta maaf.... minta sakit kepada Allah...waktu dimarahi bapak" kata Radit polos. Tampaknya kata-kata Radit itu menyentuh suster Sri.. aku meliriknya tampak menangis.. mungkin ia tahu kondisi Radit yang tidak ada kabar baik selama ini.

"Aku tidak mau merepotkan bapak.. suster" kata-kata Radit kembali menyentuh hati mbak Sri... kali ini sudut matanya sudah menetes air matanya.. tampaknya tidak ingin terlihat Radit dan bapaknya cepat-cepat suster Sri keluar sebentar menyeka air matanya.

"Dah dek Radit tidur aja ya.... Biar cepet sembuh" kata suster Sri menyembunyikan rasa harunya.

"Iya suster kalau aku tidur.. sakitku hilang suster.. aku pengen tidur lama aja suster biar sakitku hilang" kata Radit polos. Ada rasa pahit di hatiku saat mendengar kata-kata Radit.. aku tidak suka dengan kata-kata itu.

"Pak ... pijit yang keras pak... jangan ngeyel pak... pijit ya yang keras..." kata Radit menahan sakit

"Iya dek... aku pijitin" kataku sambil memijat agak keras kaki-kaki Radit... dan itu menghilangkan sementara sakit yang dideritanya selain di perut sakit yang amat sangat dirasakan di bagian kaki. Aku biasanya memijit dari atas hingga ke bawah kaki Radit.. dan Radit menikmati pijitanku ini.

"Gadget android ku mana pak...? Tanya Radit teringat akan Gadgetnya.

"Ini dek.. tadi diisi ayat-ayat Al Quran sama oom" kataku menjelaskan Gadgetnya

"Bapak baik.. mau membelikan Gadget ya.." Kata Radit memegang dengan susah Gadget 7" Androidnya.

"Bapak kan sayang Radit.. janji bapak membelikan Radit Gadget bapak tepati to... kamu suka nggak" tanyaku

"Suka pak... nanti kalau aku sembuh .. tolong pasangkan game yang banyak ya pak" kata Radit... membuat rasa optimisku meledak.

"Iya nanti kalau kamu sembuh.. mainkan Gadgetmu semaumu.." Kataku berbinar-binar.

"Kasian bapak.. bapak kan gak punya uang.. ntar aku ganti dengan tabunganku ya pak" kata Radit sok dewasa.

"Nggak papa... Buat Radit kok" kataku sambil memainkan Gadget Radit.

Suster Sri, kembali lagi ke bangsal Isolasi Radit sambil membawa sprei pesananku. Karena sprei Radit telah kotor kena pipis dan beraknya. Oom kurang pintar dalam megatur posisi berak dan pipis Radit, sehingga spreinya terkadang kotor sekali, belum lagi baju Radit sering kena noda berak radit.

Suster Sri terkadang berlama-lama memandangi aku dalam mengganti baju Radit, mengganti celana Radit, mengganti Sprei, serta mengganti Sarung bantal dan guling Radit. Entah apa yang dipikirkan, aku tidak tahu karena perhatianku tercurah penuh pada Radit. Terkadang Radit meminta sarung guling model tertentu dari rumah, dan kemudian dia tarik dan memegang lipatan tali sarung guling tersebut.

"Pak aku suka memegang bagian guling ini lho pak yang ada lipatan-lipatan tali nya" kata Radit mempraktikan kesukaannya.

"Bapak coba.. " kataku sambil melihat jari Radit yang masuk di antara lipatan-lipatan tali guling. Ini kebiasaan Radit memeluk gulingnya.. makanya saat awal di bangsal Estella ini .. Radit tersiksa jika tidur tanpa guling. Saat gulingnya datang.. Radit sangat bahagia.. dan berbinar-binar matanya menyambut guling kesayangannya.

"Wah Radit dekat sama bapaknya ya dari pada ibunya" kata Suster Sri.. kepada kami. Aku hanya diam saja... mungkin suster ini tidak tahu permasalahnnya sehingga ia berkata demikian. Aku hanya tersenyum saja menjawabnya, biar dia artikan sendiri apa arti senyum bapaknya Radit ini.

Ketakutan Radit terhadap suntik sudah hilang sama sekali, hal ini terhlihat saat pengambilan darah terakhir untuk pemeriksaan darahnya. Aku menjadi cukup bangga karena Radit sudah tidak histeris lagi saat disuntik. Mungkin deraan ketakutan-ketakutan tindakan medik sudah menjadi hal yang biasa, sehingga rasa ketakutan Radit sudah mulai berkurang. Teriakan Radit hanya ingin bapaknya mencubit keras saat jarum masuk ke pembuluh darahnya... tidak ada air mata lagi.

Tidur Radit cukup banyak... aku menduga karena AC ruangan yang cukup nyaman mebuat Radit cukup enak untuk tidur. Walaupun demikian Sakit perutnya Radit masih membuat aku risau.. sampai saat prof Taryo Visitee aku ungkapkan.

"Kok masih sakit perut terus ya Prof" tanyaku polos

"Nggak papa pak.. nanti coba dilihat anusnya merah tidak" Kata prof Taryo.

"Baik prof nanti saya lihat" kataku. Prof Taryo pun mendiskusikan dengan teamnya di ruangan dekat Isolasi. Terus terang dengan team terbaru dari Prof Taryo ini aku kurang begitu suka, di samping mereka orang baru semua.. dokter yang lama kenapa tidak dilibatkan. Mungkin dari laporan-laporan yang terkumpul mungkin bisa di analisa, sayangnya tidak ada koordinasi tugas pergantian tampaknya. Beberapa hal yang sering ditanyakan adalah... masih panas pak... berapa kali berak pak.. minumnya bagaimana... kapan terakhir kemo pak... sudah transfusi apa saja.. lha ini kan pertanyaan-pertanyaan bodoh para dokter baru tersebut. Semua kan sudah ada di laporan, tampak kemalasan membaca laporan dokter-doter pengganti ini, maunya semua ditanyakan ke pasiennya. Kalau pasiennya paham tidak apa-apa.. banyak pasien di sini adalah orang-orang tidak mampu dan kurang terpelajar. Terkadang istilah Transfusi, TC, PRC, FFP, MTX, BMP dan lain-lain tentu tidak tahu.

Dokter-dokter di Estella terkadang masuk dengan seenaknya tanpa menggunakanpenutup maskter.. baju steril... dengan enaknya pegang pasien ini itu.. tanpamemerdulikan kemungkinan infeksi dapat terjadi karena kecerobohannya ini.Pernah Radit teriak-teriak minta tolong dokter.. saat dokter mengamati daribalik kaca Isolasi... kalau tidak salah dokter Pujo... dokter ini tanpa menggunakanbaju steril, penutup muka, masuk dengan terpaksa karena dipaksa anakku untukmasuk. Contoh yang baik adalah Prof Taryo yang selalu konsisten dengankebersihan kerapian dan ketegasannya. Sayang..... mungkin prof Taryo dengandisiplinnya ini tentu banyak yang menentang. Menurutku... di Estella ini kalaubisa lebih ketat lagi supaya menghindari infeksi yang mudah mengenai anak-anakleukemia ini. 

Obat Terakhir RadityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang