Zero

7.3K 561 133
                                    

"Berhenti kalian!" seru seorang pria dewasa pada dua orang pemuda berseragam khas SMP Tujuhbelas, berupa celana panjang warna biru dipadukan kemeja putih lengan pendek, vest, dan dasi berwarna senada celana, yang sedang berlari kencang dan baru saja menerabas semak-semak. Seperti tak peduli pada sepatu-sepatu mereka yang akhirnya kotor karena menginjak genangan air berlumpur.

Dua pemuda itu berlari sambil bergandengan tangan.

Pemuda bermata sipit dan sedikit lebih tinggi serta berambut blonde memimpin di depan. Sedangkan di belakangnya ada pemuda mungil berambut sewarna permen kapas mengekor.

Keduanya sedang berusaha melarikan diri dari guru BK yang mendapati mereka terlambat datang ke sekolah.

"Soon-young-ah, a-ku le-lah!" seru pemuda mungil di sela nafas terengah-engah hingga kalimatnya terpenggal pada pemuda sipit di depannya. "Bi-sa ber-hen-ti se-ben-tar?"

Langkah kaki jenjang pemuda yang dipanggil Soonyoung tertahan setelah memastikan guru BK yang tadi mengejar sudah jauh di belakang. Pandangan sepasang mata sipitnya liar menyapu sekitar dan langsung bertumpu pada satu titik; pada sebuah pohon besar yang rindang. Kembali langkah kaki keduanya terayun, kali ini sedikit lebih santai, menghampiri pohon tersebut.

Setibanya di sana, mereka langsung mengambil posisi duduk bersisian. Pemuda mungil berambut sewarna permen kapas langsung bersandar ke bahu Soonyoung. Melepaskan segala lelah yang mendera kaki-kaki mungilnya dengan duduk selonjoran.

"Apa kau terluka, Jihoonie?" tanya Soonyoung pada pemuda mungil di sampingnya. Memastikan tidak ada luka meski sudah dijawab gelengan. "Mianhae, gara-gara aku, kita terlambat dan harus dikejar Pak Suga." Soonyoung mengusap pelan puncak kepala Jihoon yang lagi-lagi hanya menggeleng untuk menanggapi kalimat barusan.

Jihoon menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Soonyoung ketika berujar lirih, "Gwaenchanha...." Sambil menghidu aroma khas yang menguar dari tubuh Soonyoung dan amat disukainya. "Lagipula bukan sepenuhnya salahmu."

Memang benar.

Keterlambatan mereka hari ini bukan karena Soonyoung yang terlambat bangun. Tapi karena semalam Jihoon yang mengajak begadang demi menunggui episode terbaru anime favorit mereka; Moonlight Angel.

Soonyoung dan Jihoon adalah dua sahabat yang bertetangga sejak kecil. Rumah mereka berada pada satu kompleks yang sama dan nyaris menyatu. Hanya terpisah sebuah dinding setebal lima senti saja. Kamar Jihoon berhadapan dengan kamar Soonyoung.

Beranda keduanya pun berhadapan. Nyaris menyatu. Sehingga sering kali mereka hanya butuh menyeberang untuk saling mengunjungi.

Orang tua Jihoon merupakan pengusaha super sibuk yang selalu keluar kota sehingga pemuda mungil itu sering ditinggal sendiri dan lebih suka menginap di kamar Soonyoung.

Sedangkan kedua orang tua Soonyoung adalah definisi dari sosok orang tua ideal. Mereka ramah dan baik dalam segala hal. Penuh perhatian juga tidak pernah marah pada apa pun. Sehingga Jihoon langsung jatuh cinta pada keduanya dan merasa cocok dengan keluarga Soonyoung sejak pertama kenal.

Kedua pemuda ini memiliki banyak kesamaan; sama-sama suka nonton anime, baca komik, juga minum kola sambil makan keripik kentang.

Jihoon memiliki bakat dalam membuat narasi cerita sedangkan Soonyoung memiliki kemampuan gambar yang mumpuni. Mereka bahkan berencana bakal membuat sebuah komik kolaborasi di mana Jihoon sebagai pembuat ide cerita dan Soonyoung yang membuat gambarnya.

Meski kadang sering berdebat, karena Soonyoung kadang terkesan memanjakan Jihoon dengan kemudahan tapi pemuda mungil itu bukan tipe orang yang suka menyerah apalagi diremehkan, hari-hari selalu mereka lalui bersama. Bermain, belajar, tertawa, bahkan menangisi kematian tokoh dalam anime pun bersama. Seperti saudara tapi bukan. Bahkan mereka duduk di bangku yang sama di kelas.

Your ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang