16.5

1.3K 181 28
                                    

Lonceng pertanda jam belajar telah berakhir masih berdentang ketika Jihoon melangkah lebar-lebar meninggalkan kelas, membelah halaman depan sekolah, dengan tas jinjing hitam di tangan kiri dan beberapa buku pinjaman dari perpustakaan di pelukan tangan kanan.

Hari ini adalah hari terakhir pengembalian buku-buku tersebut. Jihoon akan dikenakan denda jika terlambat mengembalikannya.

Itulah mengapa dia tampak buru-buru begitu. Apalagi hari Sabtu begini. Aktivitas di sekolah hanya sampai jam tiga sore saja.

Semua, termasuk perpustakaan.

Di belakang sana tampak Hoshi yang sedikit kewalahan menyamakan langkah tuan mudanya. Perbedaan panjang kaki yang cukup signifikan membuat Hoshi bingung. Jika terlalu cepat, dia akan meninggalkan Jihoon. Sedangkan jika terlalu lambat, dia yang akan tertinggal. Jadilah Hoshi melangkah setengah berlari.

"Tuan Muda Jihoon, tunggu sebentar!" Hoshi berhasil menahan langkah Jihoon dengan mencekal pundak kirinya. Ujung alis Jihoon terangkat sebelah untuk menanyakan maksud Hoshi menghentikan dirinya. Di sisi lain Hoshi agak kaget dan bingung saat ditatap begitu intens. Jadilah dia gelagapan. Bingung harus berkata apa untuk mencari alasan menahan langkah buru-buru tuannya. "Err... ba--bahaya jika berjalan secepat itu sedangkan genangan air hujan berserakan di sepanjang jalan begini."

Jihoon spontan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka dan baru sadar kalau benar ada banyak genangan air di sepanjang jalan. "Lantas?"

"Jalannya pelan-pelan saja," pinta Hoshi. Kemudian bergerak mengambil alih tas serta buku yang dibawa Jihoon. Membawanya dengan satu tangan saja. "Semua ini biar saya yang membawakannya."

Sebelah alis Jihoon terangkat lagi. "Kalau semua kau yang bawa, aku bawa apa?" tanyanya dengan wajah kebingungan karena tiba-tiba merasa ringan.

Ujung bibir Hoshi terangkat saat berkata, "Tuan Muda bawa tangan kanan saya saja. Selain lebih ringan juga bisa memberi bantuan jika diperlukan." Seraya menggenggam jemari tangan krii Jihoon yang langsung merona merah wajahnya. "Ayo! Nanti perpustakaannya tutup kalau kita tidak segera pergi."

Kegugupan Hoshi menular dengan cepat pada Lee Jihoon.

Lihat saja bagaimana pemuda mungil itu menjadi gagu seketika. Hanya menurut saja ketika langkahnya dibimbing oleh genggaman erat sang pelayan setia. Jihoon merasa waktu terasa berjalan lebih lambat dan jarak ke perpustakaan jadi lebih jauh.

Oh! Jangan lupakan detak jantungnya yang seperti akan meledak karena semua itu!

your servant;
16.5 (Extra Story)


















































Hola!
Do you remember me?
Segini aja dulu. Biar kamukamu tiada kabur. Ehe.

(dz_171219)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(dz_171219)

Your ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang