N

1.9K 302 31
                                    

Mingyu menekuk wajahnya dalam-dalam. Kesal tiada tara yang ia rasakan saat tahu bahwa sekolah Kiyong telah berakhir dan anak ini ternyata sudah tidak harus bersekolah lagi, karena Mingyu tidak mungkin mengembalikan Kiyong pada Seokmin, secara mau tidak mau Mingyu harus membawa Kiyong ke kampus bersamanya.

Sementara Kiyong merengut, ia merasa kecewa tidak dapat menari sambil bernyanyi bersama kakak cantiknya. Padahal Kiyong sudah menanti-nanti kan hal ini. Namun rasa kesal Kiyong berubah menjadi perasaan bahagia, tentu saja, ia melihat kakak cantiknya tengah berjalan ke arahnya. Dengan perasaan super bahagianya Kiyong menarik tangan sang Daddy tak sabaran, sedangkan sang oknum yang tangannya ditarik hanya bisa membeku di tempatnya berdiri saat ini. Jung Eunha sedang berjalan ke arahnya, ah tidak, maksudku ke arah mereka dengan senyuman super manisnya, membuat Mingyu meleleh.

"Kiyongie~ Sudah lama tak bertemu, ya? Eoh, Mingyu? Sedang apa kau dengan Kiyong di kampus seperti ini?"  bingung Eunha yang telah berdiri tegap di depan mereka, sebelumnya berjongkok guna menyamakan tingginya dengan Kiyong.

"A-aku ... "

Sebelum Mingyu menyelesaikan kalimatnya, Kiyong telah dengan senang hati memperkenalkan 'daddy'-nya tersebut dengan bahagianya, "Ini daddy-nya Kiyong, kak! Daddy Kiyongie sangat tampan bukan?"

Eunha hanya terkekeh lalu mengelus kepala Kiyong dengan lembut dan mengangguk.

"Iya, daddy kamu sangat tampan, Kiyongie."

Siapa pun tolong Kim Mingyu dari serangan jantungnya yang mendadak dan dapat menyebabkan ia mati berdiri saat ini juga, oh iya, jangan lupa ajarkan ia untuk bernafas dengan baik juga setelah ini.


---

"Kenapa, lo." Minky dan Seokmin yang tengah istirahat makan siang dan keduanya sedang memakan bekal masing-masing, Minky dengan bekal tuna roll-nya dan Dokyeom dengan kimbab sayurnya.

Dokyeom yang ditanyai begitu oleh sang senior hanya bisa menghela nafasnya, membuat Minky yang tadinya masih menunduk--menatap--makanannya menjadi mengalihkan perhatiannya ke arah Seokmin.

Masalah mulu, pikir Minky yang tengah melahap dua potong tuna roll buatan ibunya yang terasa sangat lezat.

"Hyung, adek gue ... "

"Hamil?"

Dokyeom mengangguk lemas, selera makannya menguap begitu saja sesaat setelah ia membaca pesan dari Chan  yang berisi salam perpisahan, Chan akan pergi dari rumahnya dan ia tidak mengatakan akan pergi kemana, ia hanya mengatakan bahwa ia dibawa ibu mereka ke Jepang dan meninggalkan Korea  hari ini.

Bahkan ia tak sempat memberikan salam terakhir untuk Chan dan calon bayinya, Dokyeom merasa sangat buruk saat ini. Rasanya ia benar-benar bukanlah kakak yang baik untuk Chan.

Minky menepuk pelan bahu Seokmin, "Nggak papa, seenggaknya dia masih inget buat  gabarin, lo. Santai aja, dia bakalan baik-baik  aja kok disana."

Sebuah kalimat penenang yang dapat membuat Dokyeom merasa sedikit lebih baik saat  ini, Dokyeom berterima kasih pada  Minky karena telah berusaha untuk menghiburnya.

"Thanks, hyung."

Minky hanya tersenyum manis dan mulai membereskan bekas makan siangnya.

"Gue deluan, ya? Itu dihabisin, awas kalo nggak!" setelah memamerkan kepalan tangannya ke depan wajah Dokyeom, Minky pergi ke dapur dan menyisakan tawa renyah Dokyeom bersama rasa sepinya tengah melahap potongan kimbabnya.

Suara bell cafe itu terdengar, itu artinya ada ornag yang memasuki cafe. Dokyeom hanya menggerutu, sudah jelas-jelas didepan tertulis kalau mereka sedang istirahat makan siang masih saja ada pelanggan yang bandel untuk datang.

Dokyeom masih melanjutkan makannya dan mendapati sebuah tangan kecil tengah menutup kedua matanya, Dokyeom yang awalnya merasa kesal pun menjadi tersenyum, ia tahu bahwa keponakan menggemaskan Mingyu lah yang tengah menutup matanya.

"Siapa ya ini?" tanya Dokyeom berpura-pura bodoh dan membuat Kiyong menahan tawanya.

Dokyeom tiba-tiba saja membalikkan badannya dan langsung saja memeluk tubuh Kiyong dengan gemas membuat yang dipeluk secara tiba-tiba memekik lalu tertawa, Dokyeom menggelitik perut kecilnya.

Mingyu datang menyusul bersama seorang gadis yang sangat Dokyeom tahu siapa dia, Dokyeom menatap dengan ekspresi paling menyebalkan didunia, menurut Kim Mingyu.

Dengan Kiyong di dalam gendongannya, Dokyeom mendatangi meja kedua insan yang tengah asyik bercakap-cakap tersebut.

"Mau pesan apa ya, mbak? Ini sopirnya kok ikutan masuk, gak disuruh pergi aja gitu?" tanya Dokyeom membuat Eunha menahan tawanya dan Mingyu dengan wajah garangnnya menatap Dokyeom yang kini tengah duduk di depan mereka berdua bersama Kiyong  yang menatap mereka bingung.

"Ayah-ayah!  Ayah tahu tidak? Hari ini Kiyongie telah belajar bernyanyi dan menari bersama kakak cantik, Daddy juga menonton. Iya kan, Daddy?" Kiyong menatap Daddy-nya dengan tatapan penuh kebahagiaan, membuat Mingyu selalu mengiyakan apa pun yang anak itu katakan.

Eunha menyerngitkan dahinya, "Ayah? Daddy?"

Dokyeom akan membuka  mulutnya sebelum suara Kiyong mendahuluinya, "Iya kakak cantik, ini ayah dan daddy aku, mereka orang tua aku!"

Eunha tersenyum kecut setelahnya.

"Ayah-ayah! Kiyongie ingin kiwi, ya, ya?" pinta Kiyong sambil menggerak-gerakkan badannya di  pangkuan Dokyeom.

Dokyeom yang kikuk pun hanya dapat tersenyum lalu undur diri untuk mengambilkan pesanan sang anak, sedangkan Mingyu hanya bisa membeku.

Bagaimana bisa keponakannya yang menggemaskan ini dapat menjadi sebuah bencana kisah cintanya? Rasanya Mingyu ingin menangis saja.


tebece



mianhaeyo kalo banyak typo h3h3

gaje juga heuheu

mian juga lama gak update wuahahaha

muah

[✔️] The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang