Epilogeu

2.9K 266 43
                                    


Nggak ada prolog, langsung epilog wkwkwkk

Enjoy!!!

.
.
.
.

"Lo gila ya?!" teriakan frustasi keluar dari mulut Seokmin yang kini tengah-kembali-diinvasi oleh Mingyu.

Mingyu melepaskan bibir itu dengan tidak rela setelah rambutnya dijambak kuat oleh Seokmin, juga kakinya yang di tendang kuat oleh pemuda Lee tersebut.

Keduanya bernafas seperti orang yang habis lari sepuluh kilometer.

"Ya, gue gila. Gue suka sama lo, Seokmin dan gue harap lo mau jadian sama gue."

Seokmin menyipitkan matanya namun tak dapat menyembunyikan kedua pipinya yang memerah hingga ke telinga.

Seokmin pun pergi ke kamarnya, menutup pintu lalu mengunci pintunya. Meninggalkan Mingyu yang kini tengah menyeringai.

"Nggak bakalan gue lepasin lo, Lee Seokmin."

Mingyu hanya trauma, karna telat bertindak ia pun tertikung teman sendiri. Jangan sampai Mingyu tertikung lagi.

.
.
.
.

Beberapa tahun kemudian.

"Ayah!"

Seokmin menoleh kebelakang dan mendapati seorang pemuda tinggi dengan senyuman tengil yang menghiasi wajah tampannya.

Seokmin mengerutkan wajahnya, "Siapa ya?"

Pemuda itu pun langsung memeluk Seokmin dengan erat. Seokmin hanya diam dengan masih dalam keadaan kebingungan.

"Ini Kiyong, ayah."

Seokmin merasa pikirannya melayang pada ingatan beberapa tahun silam, dimana ia dan sahabatnya tinggal bersama seorang bocah lucu bernama Kiyong Suh.

"Ah, Kiyongie sudah besar ternyata. Aigoo, ayo mampir ke rumah ayah dulu."

Dengan wajah bahagia, Kiyong mengangguk dan mengikuti Seokmin menuju rumahnya.

.
.
.
.

"Ayah, kemana daddy?" tanya Kiyong sambil mengunyah kiwinya.

Seokmin tersenyum sambil mengusak gemas rambut Kiyong.

"Gimana kabar mama kamu? Sehat aja kan?" tanya Seokmin.

Kiyong mengangguk semangat. Seokmin jadi gemas sendiri, ini anak umur berapa kok masih kerasa balita banget.

Seharian mereka habiskan dengan mengobrol dan bertanya kabar masing-masing.

.
.
.

"Ish! Mama, kakak nih nyebelin!"

Chan menghela nafasnya, lalu mendatangi kedua anak kembarnya yang setiap hari selalu saja bertengkar. Terkadang Chan sangat ingin sekali menyumbangkan kedua anak nakalnya ini ke panti asuhan, tapi apa mau dikata? Sayangnya tak bisa hilang begitu saja, Chan mencintai kedua anaknya yang berharga.

"Lee Chanwoo, sudah mama bilang jangan ganggu adikmu, sayang."

Chanhee; sang adik, yang dibela pun merasa bangga dan menjulurkan lidahnya pada sang kakak, membuat mereka kembali terlibat dalam adu mulut yang membuat Chan semakin pusing dan memilih untuk diam dan kembali ke dapur saja.

Semenjak melahirkan, Chan merasa kalau dia menjadi lebih lembut dan perasa. Ia juga hingga saat ini sangat anti untuk bergaul dengan orang luar kecuali keluarga atau tetangganya yang memang sudah ia kenal sejak pertama kali ia mendarat di London. Trauma masa lalu.

Walau wajahnya selalu saja tersenyum, tak dapat di pungkiri bahwa selalu saja ada rasa sakit di dalam hatinya yang paling dalam setiap teringat kedua anaknya.

[✔️] The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang