E M P A T - B E L A S

12.3K 1K 27
                                    


Setelah mengakhiri liburan, Faye kembali disibukkan dengan pekerjaannya yang sempat terbengkalai karena kegiatan akhir pekannya bersama Adit. Sama halnya dengan Adit, ia langsung dihadapkan dengan setumpuk berkas yang harus ia setujui.

Jam istirahat di siang hari, cukup dihabiskan Faye untuk mengisi perutnya yang kosong sejak kemarin malam. Ia terbiasa mengosongkan perutnya di pagi hari, kebiasaan sewaktu ia kuliah dan terbawa sampai sekarang. Dan, demi berlangsungnya kehidupan akhirnya ia berjalan pelan menuju kantin kantor yang entah kenapa selalu sepi. Hanya beberapa manusia berdasi dan bersetelan rapi yang duduk masing-masing disini. Mereka yang hanya bertujuan untuk mengisi perut, tanpa embel-embel bergosip atau apapun itu yang lain.

Sangat berbeda dengan kantornya dulu. Faye tiba-tiba teringat teman sekantornya yang dulu cerewet minta ampun. Untung saja Faye tipikal manusia pendengar yang sabar sekali menghadapi sahabat lemburnya itu. Ia tersenyum sekilas, kemudian mengambil sesuap nasi yang baru saja diantar ibu kantin.

"Sendiri aja neng." Sapa Adit, yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Faye. Ya, karena Faye memilih duduk menghadap kaca yang menyuguhkan betapa padatnya ibukota.

"Terimakasih deh berkat liburan kemarin hari ini gue sibuk." kata Faye sarkas.

"Bukan cuma lo yang sibuk neng. Gue juga." Sahut Adit tak mau kalah. Yah, setidaknya ia mendapatkan moodbosternya setelah seharian sejak ia kemarin sampai di apartemennya, ia telah disibukkan dengan email-email yang masuk silih berganti. Dan setelah ia kembali berada di kursi kebesaran kantornya, ia mendapati setumpuk berkas yang membuat Adit hanya bisa menghela napas.

“Iya deh kan lo bos nya.” Balas Faye sambil kemudian kembali sibuk dengan sendok dan makanan di depannya.

“Lo malam ini lembur?” Tanya Adit penasaran. Sebenarnya, ia ingin mengajak Faye kemana lagi gitu. Liburan kemarin belum cukup sepertinya.

“Iya lah. Lo kan tahu sendiri kerjaan gue ngapain.” Ya sejak kuliah, kan mereka juga sering berbalas pesan. Tak jarang baik Faye maupun Adit sama-sama berkeluh kesah akan tugas-tugas yang menumpuk. Apalagi Faye yang dari dulu selalu disibukkan dengan praktek dan laporan yang deadline nya bikin rambut cepat botak.

“Oke, besok setelah kerjaan lo kelar, mau kan gue ajak lagi?” tanya Adit, dengan sedikit nada menekan.

“Mau kemana lagi? Ngapain?” balas Faye dengan nada malas. Sebenarnya, antara senang maupun malas, jika sewaktu-waktu hatinya kembali dipermainkan. Sial, Faye jadi baper sendiri kan ini.

“Ya besok deh gue kasih tahunya. Mau ya?”

“Ada yang mau gue omongin juga besok. Makanya mau, ya?” tawar Adit, yang tak bisa lagi ditolak oleh Faye. Ia hanya mengangguk sebagai tanda setuju.

“Doain aja kerjaan gue besok udah selesai.” Ucap Faye.

“Gue percaya deh besok pasti kelar. Besok gue kabarin ya.”

***

Setelah melembur semalam, Faye memilih untuk berangkat ke kantor lebih siang. Ia sungguh masih mengantuk. Bahkan kemarin malam, setelah ia menghabiskan waktunya sampai pukul sebelas malam di kubikelnya, ia terpaksa membawa pulang pekerjaannya ke apartemen. Ia kembali berkutat di meja kerja yang berada di kamarnya sampai pukul empat pagi. Sialnya, ia diharusnya menghadiri rapat siang di kantor, karena rapat kali ini menyangkut perkerjaan lemburannya ini.

Setelah bangun pagi dengan mata yang masih rapat tertutup, Faye langsung menuju ke dapur. Memasak mi instan andalannya ketika malas kemana-mana dan demi mengisi perutnya yang sejak kemarin siang belum terisi. Naas sekali hidupnya, ia menenggak air mineral dengan bersemangat. Tenggorokannya sungguh kering. Sudah bisa dipastikan, sekarang penampilannya seperti mayat hidup.

Ia baru tidur satu jam lalu, dan ia terpaksa bangun karena perutnya yang keroncongan serta tenggorokan kering yang sungguh menyiksa tidur nyenyaknya. Harusnya ia bisa malas-malasan setelah berlembur ria—seperti biasanya. Namun, setelah ia mendapat pesan singkat dari si bosnya itu, ia langsung menghela napas berat. Kenapa juga ia rela memberikan waktu bermalas-malasannya demi seorang Adit.

Faye berjalan begitu pelan menuju lobi kantor. Kata Adit, melalui pesan singkat yang Faye terima tadi, ia sudah ditunggu orang suruhannya. Memangnya sebegitu pentingnya acara yang harus ia datangi,bersama Adit? Sampai-sampai mobil mewah hitam di depan pintu yang terlihat jelas dari dalam itu menunggunya.

“Silahkan masuk, Nona.” Sapa sopir mobil mewah suruhan Adit itu penuh sopan.

Masih dengan pikirannya sendiri, Faye sampai tidak sadar jika mobil yang ia tumpangi itu ternyata sudah berhenti bergerak. Faye keluar dengan raut muka yang serba bingung. Banyak sekali pertanyaan yang perlu Adit jawab, sekarang.

Ia berhenti di depan sebuah bangunan mewah, yang ia tebak sebagai hotel bintang atas. Lalu, si sopir tadi pun menggiringnya masuk. Membawa dirinya ke dalam ballroom hotel yang sepi dan gelap. Jika hotel telah tutup, kenapa ia disuruh datang kesini, batin Faye. Ia tak mau berimajinasi macam-macam selayaknya tokoh cerita yang hendak dilamar kekasihnya. Haha, Faye tertawa dalam batinnya. Adit saja bukan siapa-siapanya, apalagi kekasih.

Cahaya lampu perlahan menyorot ke arah Faye. Masih dengan keadaan yang setengah sadar ketika Adit datang menghampirinya. Sejak kapan ia ada di dalam sini. Adit menghampiri Faye dengan hati was-was. Takut akan penolakan dari wanita yang telah ia kenal sejak gadis itu masih imut luar biasa. Meskipun mereka, atau lebih tepatnya dirinya sendiri yang terlalu pengecut hingga terus menunda niatnya mengutarakan perasaannya sendiri.

Adit adalah bajingan yang dulu, sampai sekarang terus menghantui otak dan hati Faye akan seorang lelaki. Bagaimana tidak, Adit lah yang dulu menarik perhatian Faye ketika dirinya sedang sungguh-sungguh menutup diri dari pergaulan semasa SMA. Dan Adit lah yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Bisa dikatakan, jomblo abadi. Karena, sejak lahir Faye benar-benar tak pernah berpacaran. Siapa sangka jika jauh di dalam hatinya, Faye tanpa sadar telah menyimpan hatinya untuk Adit.

Dan karena ingatannya akan masa-masa sekolahnya dulu, ingatan akan pernyataan Adit tentang perasaannya, walaupun dengan makna lampau. Kalian tahu apa yang dikatakan Adit saat itu?

Fa, gue pernah suka sama lo.

***

KETEMU!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang